berbagi pengetahuan tentang Islam diakhir zaman.بِـسْـمِ اللهِ

Premium Blogger Themes - Starting From $10
#Post Title #Post Title #Post Title

Berhasilkah Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia ?

Oleh : Muhammad A. Samaaun


Bismillahirrahmanirrahim
Dalam sebuah kajian Pak Ashabus Samaaun mengatakan ;"Pendidikan
karakter di Indonesia ini sulit berhasil bukan karena sistemnya,
sistemnya udah bagus, tetapi yang terjadi adalah kebanyakan teori
sampah dimasukkan keotak anak, yang terjadi adalah anak menjadi jenuh
belajar dan yang kedua adalah krisis keteladanan bagi generasi muda".
Kalau kita melihat sejarah bangsa ini dari jaman penjajahan sampai
sekarang secara umum kita bisa menyimpulkan "jaman sekarang dengan
jaman dahulu tidak ada bedanya". Ya, meskipun sekarang bangsa ini
telah merdeka namun hakikatnya masih terjajah secara moral. Karena
meski dahulu bangsa kita ini terjajah tetapi masih banyak generasi tua
yang bermoral sehingga bangsa ini bisa merdeka dengan berjuang
menegakkan moral dan kebangsaaan mereka mati-matian tanpa pamrih.
Tetapi semua itu tidak terjadi hari ini. Kenyataan yang terjadi
semangat perjuangan para pahlawan tidak terwarisi sama sekali kepada
generasi jaman ini. Generasi jaman ini termasuk generasi pasif yang
hanya bisa mengikuti alur perkembangan jaman tanpa tahu arah kemana
mereka berjalan. Semacam orang dungu yang bisa ngikut saja. Apalagi
kerusakan moral pelajar tidak terbendung lagi, dari mabuk,pacaran,
hamil diluar nikah, tawuran sampai pembunuhan sudah tidak bisa
dihitung dengan jari. Padahal mereka adalah orang-orang terpelajar,
namun pada faktanya perilaku mereka bertentangan sekali dengan
kepribadian seorang pelajar yang seharusnya. Kemudian dalam riuhnya
masalah ini semua pihak cuman bisa memegang kepala sambil pusing
memikirkan cara mengatasi kerusakan moral tersebut. Salah satu
pemikiran yang mencuat dalam kepala para intelek adalah konsep-konsep
pendidikan karakter bangsa sebagai solusi masalah kenakalan pelajar.
Namun setelah berjalan beberapa tahun, teori ini tak ubahnya angin
yang berlalu. Atau siulan burung kutilang, yang hinggap kemudian
pergi. Kenyataannya kerusakan moral pelajar makian parah. Sungguh,
sia-sia usaha yang mereka usahakan karena hanya menghabiskan dana
bermiliar-miliar sekedar merombak kurikulum yang ditambah-tambahi kata
"pendidikan karakter" dalam setiap mata pelajaran.
Bicara pendidikan karakter maka ini erat kaitannya dengan kepribadian
bangsa indonesia. dan juga khususnya karakter pelajar di Indonesia.
Pendidikan karakter di Indonesia mempunyai agenda yang bertumpuk /
lengkap. Jika dijilid dalam buku mungkin ada puluhan jilid. Tiap jilid
buku setebal 1000 halaman karena saking banyaknya teori tentang
pendidikan karakter yang sangat banyak dari para pakarnya. Pakar-pakar
dari kalangan guru sekolah dasar sampai profesor filsafat
kependidikan telah berupaya mati-matian menyusun semuanya. Mereka tahu
kalau nasib pendidikan di Indonesia ini sangat memprihatinkan.
Sehingga mereka dipandu pemerintah menyusun sebuah agenda pendidikan
yang nge-tren dengan nama "pendidikan karakter bangsa".

Dalam kenyataan teori yang segudang garam itu jarang sekali terlihat
dalam kehidupan nyata. Kita ambil contoh dalam pelajaran Bahasa
Indonesia kita diajari cara berbahasa baik dan benar sesuai dengan EYD
(Ejaan Yang disempurnakan) tapi dalam praktiknya dikehidupan
sehari-hari, ramai remaja-remaja menggunakan bahasa-bahasa "makhluk
asing" yang kurang dimengerti artinya, istilah lainnya bahasa gaul
atau bahasa alay. Virus bahasa alay ini telah merusak karakter bangsa
ini sehingga kita lihat cara penulisan dan cara berbahasa anak
sekarang sungguh berantakan sekali. Seakan-akan mereka bukan bangsa
indonesia lagi, entah bangsa alien dari planet lain, atau bangsa eropa
yang berjasad bangsa indonesia. Lihatlah dari cara berpenampilan dan
gaya berbahasa mereka, sungguh sulit dipahami. Sungguh terkesan
mengandung pesan "ngajak keributan sosial" dan tindak amoral.
Bagaimana tidak, pakaian mereka lebih mirip preman dan anak jalanan
tidak selaras dengan profesi mereka sebagai pelajar.
Kemudian contoh yang kedua, katanya mata pelajaran PKN adalah untuk
menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang berkomitmen dalam
kebangsaan. namun hasilnya kita lihat, contoh kecil saja, generasi
muda lebih menyukai gaya hidup dan produk-produk luar negri daripada
warisan budaya dan produk dalam negri. entah kenapa saya juga sangat
heran dengan hal ini, saya tidak tahu kenapa semua itu bisa terjadi.
di mata pelajaran PKN kita digembar-gembor supaya menjadi warga yang
bertanggung jawab akan tetapi murid-murid setelah pulang sekolah pada
corat-coret tembok tempat umum, merokok sembarangan dan membuang
sampah sembarangan sehingga lingkungan terlihat sangat kumuh, apa itu
cermin pribadi bangsa indonesia "berkarakter kumuh dan tidak
bertanggung jawab". Kalau begitu teori tentang kepribadian bangsa
indonesia yang katanya menjunjung tinggi karakter dan akhlaq mulia itu
cuman bualan semata. Mungkin sebab paling besarnya adalah otak anak
didik dicekoki materi-materi sampah (kebanyakan teori) yang justru
membuat anak didik ogah belajar, belajar cuman sekedar ngejar nilai
pas ada ulangan kenaikan kelas saja, bagaimana mungkin sikap begini
akan menghasilkan warga Negara yang berkarakter mulia dan bijaksana,

Faktor kedua tidak kalah pentingnya adalah krisis dan miskin
keteladanan dari para pemimpin dan generasi yang lebih tua.
Pemimpinnya berakhlaq korup dan generasi yang lebih tua amburadul
tingkah lakunya. tentu saja mau dicekoki segudang teori ke anak didik
pun yang terjadi adalah muntah, keluar telinga kiri dan keluar dari
telinga kanan. Teori-teori tersebut cuman angin berlalu didalam
sanubari anak didik kita. sebabnya mereka tidak tahu cara mempraktikan
teori itu karena pemimpin dan generasi yang lebih tua belum bisa
mempraktikkan / memberi contoh yang baik kepada generasi mudanya.
Itulah yang terjadi di Indonesia ini kenapa dimasukkannya pendidikan
karakter dalam kurikulum tidak berpengaruh sama sekali terhadap
kepribadian anak didiknya. Tidak banyak yang dapat kami sampaikan
dalam kajian ini. Tetapi, selaku orang tua, mentor dan pendidik, kita
wajib instropeksi diri dalam hal ini.
Wallahu'alam
[ Read More ]

ANCAMAN KEPADA ALIRAN SOK SUCI DAN PEMVONIS NGAWUR !

Oleh : Muhammad A. Samaaun

(pembina Majelis Ashabul Muslimin)

Mukadimah Hadits

"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong walaupun seberat biji sawi."

(HR. Muslim )

 
Tulisan ini kami buat bukan untuk siapapun melainkan untuk umat islam yang merasa diri lebih baik dan lebih mulia daripada yang lain sehingga menimbulkan sifat ujub yang merusak amal dan merusak hati. Ujub ibarat berhala yang tidak nampak yang terdapat dalam hati manusia, karena seakan-akan manusia menyembah dirinya sendiri ketika sifat ini menguasai jalan pikirannya.


FENOMENA TA'ASHUB (FANATIK GOLONGAN)

 

Kita patut heran dijaman akhir ini (jaman sekarang) umat islam itu jumlahnya sangat banyak (mungkin lebih dari 2 miliar) namun disana-sini ditindas orang kafir yang jumlahnya sebenarnya sangat sedikit mungkin sekitar 2 jutaan (semisal yahudi yang menghuni israel), ibarat 1000 umat islam dipermainkan 1 orang yahudi, sungguh ironis sekali bukan?. Jika kita bertanya kenapa? maka jawabannya secara logika adalah jumlah yang banyak tidaklah menentukan kemenangan, tapi yang menentukan kemenangan adalah kualitas bukan kuantitas.

 Ibarat kerikil kecil pasti menang melawan buih yang sangat banyak. itulah yang terjadi sekarang ini. Menurut Rasulullah saw penyakit wahn (cinta dunia, dan takut datangnya kematian) sebagaimana sabda beliau :
"Dari Tsauban ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: "Suatu masa nanti, bangsa-bangsa akan memperebutkan kalian seperti orang-orang yang sedang makan yang memperebutkan makanan di atas nampan". Kemudian ada sahabat yang bertanya: "Apakah saat itu kita (kaum Muslimin) berjumlah sedikit [sehingga bisa mengalami kondisi seperti itu]?". Rasulullah Saw menjawab: "Sebaliknya, jumlah kalian saat itu banyak, namun kalian hanyalah bak buih di atas air bah [yang dengan mudah dihanyutkan ke sana ke mari]. Dan Allah SWT akan mencabut rasa takut dari dalam diri musuh-musuh kalian terhadap kalian, sementara Dia meletakkan penyakit wahn dalam hati kalian." Ada sahabat yang bertanya lagi: "Wahai Rasulullah Saw, apakah wahn itu?" beliau menjawab: "Cinta dunia dan takut mati."

(HR. Imam Abu dawud & Imam Ahmad)

 

Kita patut bertanya darimanakah sumber penyakit wahn (cinta dunia) itu. Itu adalah berawal dari hati yang lalai mengingat Allah dan sifat rakus nan tamak yang telah menjangkiti hati umat islam hari ini. Kalau sudah muncul sifat itu kemudian masing-masing individu atau golongan akan berlomba-lomba mencari harta dan berlomba dalam membesarkan partainya, mereka berdakwah bukan atas nama agama, tetapi atas nama partai (golongan) mereka, meskipun mulut mereka teriak "ini demi persatuan islam".

 

Kemudian dengan sombongnya, masing-masing golongan mengatakan golongan sendiri paling benar sambil memvonis saudaranya (orang muslim) atau partai lain sesat kek.., bid'ah kek.., kafir kek.., tidak nyunah kek.. dan sebagainya. Dan lebih aneh, cuman gara-gara penampilan, semisal yang ini cingkrang yang satunya nggak, yang ini jenggotan yang itu dagunya polos, yang ini bergamis yang itu pakai kaos, yang ini cadar yang itu jilbab biasa itu saja sudah jadi ajang buat keributan dan terkadang kepada tetanggapun jadi tidak pernah akur. Kemudian dari fakta ini saya bertanya, terus mana bukti sunah yang mereka gemborkan padahal salah satu keutamaan sunah yang paling besar adalah ramah dan saling tegur sapa dan mengucapkan salam kepada sesama muslim, bukan sekedar penampilan saja dibesar-besakan. Kalau gitu sama kayak pertandingan bola dong! beda warna pakaian doang terus supporternya malah tawuran ribut sendiri. Sungguh aneh, mana bukti intelektualitas kita sebagai hamba yang bertakwa???

 

"Emang Surga Milik Nenek Moyang Lu ! "

 

Lebih aneh daripada yang aneh. Mereka mengklaim diri mereka adalah golongan yang selamat dan pasti masuk surga. Pantaskah mereka berkata begitu? padahal surga itu milik Allah, bukan warisan nenek moyang mereka. Dan padahal Allah SWT membenci orang yang berbangga diri, suka mengklaim sesuatu yang belum tentu kebenarannya, suka bangga diri dengan ilmunya !. Orang macam mereka memang patut dikasih imbalan kata plesetan "gampang banget ya kau berkata, emang surga milik nenek moyang lo !"

 

Begitulah, sungguh kesombongan adalah sifat paling berbahaya sehingga semua ilmu yang ada dalam sanubari hilang seketika ketika seorang hamba menyombongkan diri kepada yang lainnya, dia tidak ingat bahwa kesombongannyalah yang telah menyebabkan umat islam ini berpecah belah, kesombonganlah yang menyebabkan umat ini kehilangan arah. Persoalannya sebenarnya bukan karena perbedaan cara ibadah (fikih) semata atau cuman beda warna dan jenis pakaian saja, ini sebenarnya adalah masalah kejiwaan umat islam hari ini yang dipenuhi dengan sifat warisan iblis (sombong).

Yang menyebabkan masalah kecil menjadi membesar berubah menjadi perpecahan tak berujung. Sementara dibelakang bangsa musuh semacam setan dan para kafirin, bertepuk tangan gembira ria karena menang tanpa melawan. Itulah sebenarnya yang kebanyakan terjadi sekarang, kebanyakan umat islam suka sekali membanggakan golongan sendiri, sehingga yang terjadi bukannya persatuan dan yang terjadi justru perpecahan. Kalau sudah berpecah belah  yang terjadi adalah musuh memanfaatkan situasi tersebut untuk semakin melemahkan dan melumpuhkan umat islam. Akhirnya terjadi pembantaian dan penjajahan fisik dan moral yang tak terelakkan.

Bahaya merasa "Guwe Paling Bener"


Ta'asshub atau yang dikenal fanatic kepada perorangan atau kelompok tertentu, hal tersebut terjadi ditengah-tengah masyarakat  dan tidak bisa dipungkiri bahwa manusia termasuk kaum muslimin hidup dengan latar belakang yang berbeda-beda, termasuk latar belakang kelompok, baik karena kesukuan, kebangsaan maupun golongan-golongan berdasarkan organisasi maupun paham keagamaan dan partai politik, hal ini disebut dengan ashabiyah.

Memang pada jaman dahulu para sahabat nabi saja seringkali dikelompokkan menjadi dua golongan, yakni Muhajirin (orang yang berhijrah dari Makkah ke Madinah) dan Anshar (orang Madinah yang memberi pertolongan kepada orang Makkah yang berhijrah). Pada dasarnya golongan-golongan itu tidak masalah selama tidak sampai pada fanatisme yang berlebihan sehingga tidak mengukur kemuliaan seseorang berdasarkan golongan. Wahai kaum muslimin sesungguhnya perbedaan itu takdir Allah SWT, akan tetapi Allah menciptakan manusia berbeda-beda, bersuku-suku dan beragam macam budaya dan sifatnya bukan bertujuan untuk saling mencaci , menghina, saling menindas, menjajah dan saling bunuh antara satu dengan yang lainnya akan tetapi bertujuan supaya kita saling kenal mengenal dan menyambung tali silaturahim. hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya:

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS 49:13).

Itulah wahai saudaraku, pahami dan hayatilah. Kita manusia semua sama entah itu kulit hitam, kulit putih, kaya, miskin, tinggi, pendek, tampan, jelek, cantik, dekil, presiden, rakyat, mentri, petani, direktur, kondektur, bahkan kafir dan muslim semuanya sama dihadapan-Nya, karena kemungkinan kafirpun bisa menjadi mualaf (orang baru masuk islam) jika Allah telah menghendaki hidayah baginya.

Allah hanya memandang satu perbedaan , Yaitu IMAN DAN TAKWANYA.

 

Sebagai mana firman Allah SWT dalam ayat tersebut ". Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa". Allah sama sekali tidak pernah memandang rupa wajah dan penampilan, keturunan atau bahkan keilmuan. Allah hanya memandang seberapa besar ketaatan seorang hamba kepada-Nya. Orang berilmupun kalau tidak bertakwa pastinya ilmunya digunakan untuk merugikan orang lain. Orang alimpun kalau tidak bertakwa pastinya ia akan menggunakan ilmunya untuk memperoleh kedudukan dimata manusia dengan menjual agamanya. Naudzubillah.

Manakala seseorang memiliki fanatisme yang berlebihan terhadap golongan  kemudian ia senantiasa berbangga diri dengan golongannya tersebut, tidak memungkiri sehingga segala pertimbangan dan penilaian terhadap sesuatu berdasarkan golongannya, bukan berdasarkan nilai-nilai kebenaran dari al-Qur'an dan perkataan Rasulullah SAW.

Maka jika sudah masuk dalam hal ini sudah tidak bisa dibenarkan. Dan berhak memperoleh gelar sesat karena memutuskan sesuatu atas dasar hawa nafsu, sebagaimana firman-Nya

Katakanlah:" Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada (petunjuk Allah dan Rasul-Nya) niscaya aku mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar ".

 

"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

(Al-Qashash Ayat 49 – 50)

 

 Inilah yang disebut dengan ashabiyah yang sangat dilarang di dalam Islam. Apalagi bila seseorang sampai mengajak orang lain untuk bersikap demikian, lebih-lebih bila seseorang siap mati untuk semua itu, maka Rasulullah Saw tidak mau mengakui orang yang demikian itu sebagai umatnya, hal ini terdapat dalam hadits Nabi Saw:

Bukan golongan kami orang yang menyeru kepada ashabiyah, bukan golongan kami orang yang berperang atas ashabiyah dan bukan golongan kami orang yang mati atas ashabiyah

(HR. Abu Daud)

Dan lebih buruk lagi adalah siapapun yang mengajak umat islam kepada perpecahan maka sesungguhnya dia orang musyrikin, bukan orang mukmin. Karena dia beramal dan berdakwah semata-mata untuk golongannya, dia menyembah golongan itu, bukan menyembah dan beribadah kepada Allah. Wahai kaum muslimin, ini sungguh masalah berat. Waspadalah ta'ashub golongan.


APA ITU SOMBONG ?

Sombong adalah sifat yang dimiliki manusia dengan menganggap dirinya lebih dengan meremehkan orang lain, karenanya orang yang takabbur itu seringkali menolak kebenaran, apalagi bila kebenaran itu datang dari orang yang kedudukannya lebih rendah dari dirinya, Rasulullah Saw bersabda:

Sombong (takabur) itu adalah menolak kebenaran dan dan menghina orang lain
(HR. Muslim).

Jadi kesimpulannya menurut hadits ini adalah tepat dengan kondisi umat islam hari ini, yaitu suka meremehkan/menolak kebenaran islam yang sesungguhnya kemudian merasa benar dengan pendapatnya dan diringi menhina dan mencela orang muslim lainnya.

Sombong sangat berbahaya. Sombong merupakan sifat iblis laknatullah, dengan sebab itulah ia divonis ingkar/kafir kepada Allah Swt, sebagaimana firman Allah Swt :
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang sujud. Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu?. Iblis menjawab: aku lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Allah berfirman: turunlah kamu dari syurga itu, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina (QS Al-Araf [7] ayat 11-13, lihat pula QS 40:60)

DAMPAK DAN BAHAYA SIFAT SOMBONG

Sebenarnya ada banyak dampak buruk atau bahaya dari sifat sombong ini, namun kita akan menyebutkan pokoknya saja, diantara adalah:

Pertama, Tidak senang pada saran apalagi kritik.


 Hal ini karena ia sudah merasa sempurna, tidak punya kekurangan, merasa jalannya paling benar dan merasa ia golongan yang selamat dan pasti masuk surga. Apalagi bila kesombongan itu tumbuh karena usianya yang sudah tua dengan segudang pengalaman dan ilmu agama yang mapan, ia akan semakin menyombongkan diri kepada pencari ilmu yang lebih muda  dan kepada masyarakat sekitarnya, karena ia anggap kebanyakan umat islam adalah awam dan ia sendiri paling alim.

 

Ia tidak mau menoleh ketika tidak dipanggil pak Ustadz, pak Kyai, Pak Haji. Ia memandang remeh orang yang ilmunya belum setara dengan dia, ia tidak mau menegur sapa dengan orang yang ia pandang lebih rendah ilmunya, dan tidak sepaham dengannya. Apalagi karena dia merasa mendapat gelar intelek atau sarjana. Kesombongannya tambah berlipat ganda. Namun tak sadarkah dia, bahwa ia sedang menumpuk dosa-dosa besar yang nyata. Diakhirat nanti menjadi api yang siap membakar semua amal shalihnya, dan menjadi siksa pedih baginya. Naudzubillah.

Kedua, Tidak senang terhadap kemajuan yang dicapai orang lain,

 

Hal ini karena apa yang menjadi sebab kesombongannya akan tersaingi oleh orang itu yang menyebabkan dia tidak pantas lagi berlaku sombong, karenanya orang seperti ini biasanya menjadi iri hati (hasad) terhadap keberhasilan, kemajuan dan kesenangan yang dicapai orang lain, bahkan kalau perlu menghambat dan menghentikan kemajuan itu dengan cara-cara yang membahayakan seperti memfitnah, mencaci, mencela permusuhan hingga pembunuhan.

 

Bahkan lebih buruk lagi diantara mereka memfitnah dan mencela dengan atas nama agama, berdebat dengan dalil Qur'an dan Hadits hanya untuk menumbangkan reputasi golongan lainnya, mereka berdebat bukan semata-mata mencari kebenaran, tapi barangkali untuk mencari keributan. Sehingga Islam menjadi terkesan jelek karena katanya inteleknya sibuk ribut sendiri. Sangat pantas bila seorang yang sombong itu masuk neraka, karena agama telah direndahkannya dan diinjak-injaknya dengan perilaku kesombongannya. Ia tak peduli salah dan benar yang penting rasa bangga dirinya terpenuhi. Semua ilmu yang telah ia pelajari sirna seketika dalam hatinya. Ibarat ilmunya hanya masuk sebatas kerongkongan saja. Tunggulah waktunya, diakhirat ilmunya akan menjadi penuntut bagi segala tingkah lakunya. Dia mendapatkan hisab yang sangat berat diakhirat.

Ketiga, Menolak kebenaran meskipun ia meyakininya sebagai sesuatu yang benar,


Itu karena kesombongan telah menutupi mata hati mereka. Sehingga peringatan dari al-Qur'an, hadits, dan apalagi cuman nasehat manusia tidak digubris sama sekali karena takut bila mereka mengatakan "oh iya, anda benar dan saya yang salah, maafkan kehilafan saya". Atau mereka mengakui kesalahan mereka. Mereka takut harga diri / reputasi mereka jatuh, padahal anggapan kosong seperti ini adalah desas desus iblis yang ditiupkan kepada hati yang sombong. Padahal tidak ada cela bagi orang yang bertaubat, karena manusia memang tempat salah dan dosa. Sungguh orang sombong pasti menemui kebinasaan.

Hal ini difirmankan Allah Swt di dalam Al-Qur'an: Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan (QS An-Naml [27]: ayat 14).

 

Keempat, Sombong merupakan sifat warisan iblis laknatullah

 

Sifat sombong ini sebenarnya sifat jelek "tertua" dari yang pernah ada. Karena pada jaman dahulu sebelum bangsa manusia (bani adam) diturunkan kebumi. Iblis diperintah untuk bersujud (tunduk dan patuh) kepada nabi Adam as. Namun karena dia merasa lebih tinggi kedudukannya daripada adam dia (iblis) menolak dengan kesombongan. Dan hal itu ia lakukan terang-terangan dihadapan Allah. Sehingga segala kemuliaan iblis sebagai pemimpin para malaikat dicabut dan diganti dengan kehinaan dineraka jahanam. Naudzubillah

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kalian kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir" (QS. Al Baqarah:34)


Kelima, Dibenci Allah Swt , yang menyebabkannya tidak akan masuk surga-Nya

Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw yang mulia dalam mukadimah tulisan ini yaitu tidak akan masuk surga siapapun manusia yang didalam hatinya ada kesombongan meski seberat biji sawi. Meskipun amalnya seberat bola bumi akan tetapi hal itu tiada berarti dihadapan-Nya. Karena Allah SWT sangat benci sifat sombong .

didalam al-Qur'an, Allah Swt berfirman:
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman:18)

 

Dan juga senada dalam ayat lainnya

"Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (beribadah) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina" (QS. 40:60)

 

 

INILAH SEBURUK-BURUK KESOMBONGAN DUNIA DAN AKHIRAT

 

Diantara manusia mempunyai tingkatan-tingkatan kesombongan yang berbeda-beda. Dari kesombongan yang kecil tidak terlihat semacam, berbisik dalam hati "aku ternyata pinter ya, aku ternyata lebih cantik ya, aku ternyata baik ya dibandingkan dia" dsb. Sampai kepada kesombongan tingkat yang tertinggi yaitu sombong yang dinyatakan terang-terangan diikuti celaan dan hinaan dan tindakan kezaliman kepada sesama manusia  dan sombong dalam hal keilmuannya.

 

 Karena jika manusia sudah menyombongkan diri dengan keilmuannya otomatis ilmunya akan digunakan untuk memuaskan hawa nafsunya dalam berbangga diri dan merasa dirinya tinggi dihadapan orang lain. Dia rela mengorbankan akhiratnya hanya supaya reputasi (kehormatannya) naik dihadapan orang banyak. Dia menjual agama untuk dunia. Jika kesombongan itu menimpa orang berilmu (orang alim). Iapun akan tega menggelincirkan atau memutarbalikan dalil kebenaran/ fakta (kenyataan) semisal yang salah jadi benar, benar jadi salah. Berfatwa tidak sesuai dengan aturan agama, akan tetapi sesuai hawa nafsunya, karena takut ia dicela penguasa, atau mungkin ia takut kemuliaanya dihadapan penguasa jadi turun jika berfatwa benar sesuai syari'at. Sehingga dampaknya banyak orang yang terzalimi akibat kelakuan bejad si "alim" tersebut. Itulah bahaya sifat sombong bagi orang berilmu (alim), ilmunya sama sekali tidak bermanfaat. Banyak menyebabkan kerugian bagi dirinya dan orang lain bahkan menyebabkan dia terjerumus kedalam neraka jahanam sejauh langit dan bumi. Naudzubillah.

 

Belum lagi dampak kesombongan adalah ia tertipu ilmunya sendiri, Orang jawa mengatakan "pinter keblinger, karena terkadang ucapan lidah tak sesuai dengan perbuatannya. Mulutnya barangkali sering teriak 'ayo berdakwah 'ayo berjihad' akan tetapi saat ia sendirian berkelakuan bejat. Didepan orang banyak memperbanyak bacaan dzikir dan ibadah tetapi saat dihadapan Allah (sendirian) ia berbuat maksiat. Terkadang penampilan tak se'alim' yang hatinya yang dipenuhi kotoran syahwat. Didepan orang banyak ia pura-pura menundukkan pandangan tetapi saat ia sendirian ia malah mengumbar pandangan kepada yang haram.

 

Penampilan luar  tidak pernah identik dengan karakter aslinya. Ia bahkan rela menjelek-jelekan   dan mengorbankan kehormatan saudaranya dan demi memuaskan hawa nafsunya. Sombong bagi orang berilmu menyebabkan kemunafiqan yang dahsyat, munafiq adalah calon penghuni jahanam. Meskipun ia banyak beramal tapi dihadapan Allah bagaikan debu yang berterbangan.. Jika anda pernah mendengar dongeng kisah nyata tentang si Alim (ahli ilmu) atau si Abid (ahli ibadah) yang masuk neraka dan sibejat yang masuk surga, maka jangan heran karena itu sebenarnya bukan ketidakadilan-Nya, tapi karena factor utamanya adalah masalah hati. Hati yang sombong memang tidak pantas sama sekali memasuki surga-Nya. Naudzubillahi min dzalik


Mengutip nasehat ulama besar penulis Buku terkenal berjudul Al-Kabair (dosa-dosa besar). Beliau adalah Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah , beliau pernah berkata dalam tulisannya

,

 "Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya, merasa dirinya besar dengan kemuliaan yang dia miliki. Bagi orang tersebut tidak bermanfaat ilmunya untuk dirinya.

Barangsiapa yang menuntut ilmu demi akhirat maka ilmunya itu akan menimbulkan hati yang khusyuk serta jiwa yang tenang. Dia akan terus mengawasi dirinya dan tidak bosan untuk terus memperhatikannya, bahkan setiap saat dia selalu introspeksi dan meluruskannya. Apabila dia lalai dari hal itu, dia akan menyimpang dari jalan yang lurus dan akan binasa.

Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri dan meraih kedudukan, memandang remeh kaum muslimin yang lainnya serta membodoh-bodohi dan merendahkan mereka, maka hal ini merupakan kesombongan yang paling besar.

Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah (biji sawi). Laa haula wa laa quwwata illaa billah."

(dikutip dari kitab Al Kabaa'ir ma'a Syarh li Ibni al 'Utsaimin hal. 75-76, cet. Daarul Kutub 'Ilmiyah.)

 

Nasehat terakhir dari kami untuk diri kami dan para pembaca dan kaum muslimin. Mari kita hancurkan berhala yang tidak terlihat  (sifat ujub, sombong, dan bangga diri) dalam hati manusia, dari yang kecil maupun yang besar. Jangan remehkan kesombongan meski sekecil apapun, karena khawatir terbawa sampai mati sehingga menyebabkan terhalangnya masuk surga. Sombong itu hakikatnya sifat berhala, karena orang sombong seakan-akan dia beramal untuk dirinya sendiri,  bisa dikatakan hakikatnya ia menyembah dirinya sendiri bukan menyembah Allah. Sombong adalah syirik terbesar.

Terakhir kami bawakan syair islam semoga menjadi pencerah jiwa kita, semoga menjadi penerang ditengah gelapnya dunia hati ditengah zaman globalisasi yang bergaya hidup memuja materi, memperutkan syahwat dan sifat egois  yang dituruti. Dan gila popularitas yang amat ganas telah banyak menjangkiti nurani, sehingga bumi seakan-akan kering kerontang bagaikan dunia yang mati, penduduknya ibarat 'zombi' yang tidak tahu ia hidup atau ia mati. Kemanakah ia berjalan entah kanan atau kiri, yang penting bersenang-senang sampai mati. Itulah Globalisasi, tanda akhir zaman tlah Nampak sekali.

 

Hancurkan Berhala Di Hatimu !

Oleh : A. Samaaun

 

Ingatlah bukan penampilan yang Allah lihat dari seorang hamba,

tapi DIA memandang hati manusia,

seberapa besarkah ketaatan (takwa) kepada-Nya

DIA tidak memandang seberapa tinggi ilmu anda

ingatlah ilmumu cuman setetes air disamudra luas dibandingkan ilmu-Nya.

Atau memandang seberapa besar amalan anda

Ingatlah amalanmu ibarat sebutir pasir dipadang sahara

dibandingkan keluasan Karunia dan Rahmat-Nya

apalagi cuman banyakkah  besarkah harta kekayaan anda

Ingatlah kekayaanmu cuman sebanding sehelai sayap nyamuk

Dibandingkan kekayaan-Nya yang meliputi alam semesta

Ingatlah harta anda akan sirna, matipun tidak dibawa

apalagi cuman seberapa cantik dan gantengnya penampilan anda

Ingatlah kecantikan fisik itu fana, jika waktu mengambilnya

Niscaya peyotlah rupa anda, tak ada seorangpun berani mendekati anda

DIA tak juga memandang kehormatan, gelar  dan kedudukan anda

Ingatlah kedudukan anda dibanding kedudukan-Nya

Bagai jarak langit dan bumi

Dia Tuhan yang Maha Mulia

Sedangkan kita hanya seorang hamba

Manusia yang tercipta dari sperma

Yang keluar dari lubang yang hina

Lemah tak berdaya,

hidup kedunia tak membawa apa-apa

Kemana-mana perut berisi kotoran

Matipun hanya sehelai kafan yang menemaninya

Lalu pantaskah kita

Menyombongkan diri dihadapan-Nya?

tega menyakiti hati, mencela dan memaki sesama manusia

Bukan surga yang anda dapatkan,

 tapi neraka yang menyala-nyala

Impian-impian  yang anda bangun

Hanyalah ilusi semata

Jika berhala didalam hatimu itu (sifat sombong)

masih kau pelihara.

INGATLAH, ALLAH MAHA SUCI DAN DIA MENYUKAI KESUCIAN HATI.

 

Wallahu'alam

 Refrensi : Dari berbagai sumber.





 

[ Read More ]

Tokoh Islam : Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra.

Beliau ( Lahir: 61 H. - Wafat: 101 H. )

Inilah biografi kelima dari serial penuh berkah ini, para tokoh Salaf,
biografi khalifah yang zuhud, imam, ahli ibadah, Umar bin Abdul Aziz.
Seandainya kita bersikap obyektif, niscaya dia menjadi pembuka
biografi ini, karena dia lebih utama dalam pujian daripada orang-orang
yang sebelumnya, dan karena memiliki kelebihan dalam keutamaan dan
kemuliaan. Dialah pembaharu pertama bagi pemuda Islam di penghujung
seratus tahun pertama, orang yang paling harum perjalanan hidupnya,
dan paling harum batinnya. Dunia datang kepadanya dengan pasukan
berkendara dan berjalan kaki. Dia memenuhi bumi dengan keadilan,
setelah (sebelumnya) dunia dipenuhi dengan kezhaliman. Dia merubah
permukaan bumi dalam waktu dua tahun lebih lima bulan. Beliau
menjalankan misinya dan menghadap Rabbnya.

Abu Nu'aim mengatakan dalam biografinya, Dia adalah orang nomor satu
dari umatnya dalam hal keutamaan, dan paling unggul dari kaum
kerabatnya dalam hal keadilan. Dia menghimpun zuhud dan kesucian diri,
wara' dan sifat merasa cukup. Dia disibukkan oleh kehidupan akhirat
daripada kehidupan dunia, dan menegakkan keadilan telah melalaikannya
dari kezhalimannya. Dia adalah khalifah yang menjaga keamanan dan
perdamaian untuk rakyatnya, serta sebagai hujjah dan bukti atas siapa
saja yang me-nyelisihinya. Dia adalah seorang yang cakap lagi berilmu,
mampu memberikan pemahaman lagi bijaksana.

Ketika kita diberi kehormatan untuk menuliskan keutamaan-keutamaannya
dan merangkai jejak-jejaknya dalam syair, kita ber-harap kepada Allah
Yang Mahabesar kebaikan yang banyak.

Ahmad bin Hanbal mengatakan, Jika engkau melihat seseorang mencintai
Umar bin Abdul Aziz dan menyebut kebaikan-kebaikannya serta
menyebarkannya, maka ketahuilah bahwa ada kebaikan di balik itu, insya
Allah. Siapakah yang membaca sirah Imam ini lalu hatinya tidak
dipenuhi dengan kecintaan kepadanya, padahal dia telah menghimpun
berbagai keutamaan dan jiwanya jauh dari kekurangan dan kehinaan?!
Tampak padanya tanda-tanda kemuliaan sejak kecil. Dia mengkhatamkan
al-Qur`an, dan tidak sibuk dengan kemewahan dan kekayaan sebagaimana
kebiasaan para pemimpin. Tetapi dia mencari kemuliaan hakiki dan
kehormatan yang abadi. Dia pergi ke Madinah RasulNya, duduk di majelis
para ahli fikih Madinah, dan mengambil ilmu, petunjuk dan sifat
mereka. Dia tidak pernah mengincar sebagai khalifah satu hari pun, dia
bukan keturunan khalifah, dia keturunan Abdul Aziz bin Marwan,
sementara tampuk kekhalifahan ada pada keturunan Abdul Malik bin
Marwan. Tetapi takdir yang luhur memilihnya untuk menjadi khalifah,
meskipun usianya masih muda dan masa kepemimpinannya sebentar, di mana
kekhalifahannya serupa dengan kekhalifahan ash-Shiddiq Abu Bakar:
Mengembalikan hak-hak yang dizhalimi, mengangkat ahli kebajikan dan
keshalihan sebagai pejabat, dan memecat ahli kezhaliman dan kerusakan.
Sehingga pengangkatan seseorang sebagai pejabat yang dilakukannya
(dijadikan) sebagai ta'dil (penilaian adil) di kalangan para imam
al-Jarh wa at-Ta'dil. Mereka mengata-kan, Dia diangkat oleh Umar bin
Abdul Aziz sebagai pejabat. Lewat perantaranya, Allah memuliakan agama
ini, meninggikan mercusuar Sunnah, dan memadamkam api bid'ah, sehingga
ahli bid'ah tertekan lagi terhina, dan mereka tidak berani berterus
terang dengan bid'ah mereka. Dia memerintahkan agar menulis hadits dan
menghimpunnya, sehingga kebaikan menjadi banyak, kesha-lihan merata,
dan berbagai urusan hamba tertata.

Dari Awanah bin al-Hakam, dia mengatakan, Tatkala Umar bin Abdul Aziz
menjadi khalifah, para penyair datang kepadanya dan berdiri di depan
pintu istananya selama beberapa hari tanpa diizinkan masuk. Ketika
mereka dalam keadaan demikian, pada suatu hari, dan mereka telah
berniat untuk pergi, tiba-tiba Raja` bin Haiwah –salah seorang
pengkhutbah penduduk Syam– lewat di hadapan mereka. Tatkala Jarir
melihatnya masuk menemui Umar bin Abdul Aziz, maka dia bersenandung,
Wahai laki-laki yang terulur sorbannya Inilah saatmu, maka mintakan
izin untuk kami pada Umar Ia pun masuk dan tidak menyebutkan urusan
mereka sedikit pun. Kemudian Adi bin Artha`ah lewat di hadapan mereka,
maka Jarir mengatakan,Wahai kafilah yang menggiring kendaraannya
Inilah zamanmu, sementara zamanku telah berlalu
Sampaikan pada khalifah kami jika engkau bertemu dengannya
Aku berada di depan pintu seperti dibelenggu pada tanduk
Jangan lupa keperluanku, semoga engkau mendapat ampunan Sungguh aku
telah lama di sini meninggalkan keluarga dan tanah airku
Adi pun masuk menemui Umar, lalu dia mengatakan, Wahai Amirul
Mukminin, para penyair ada di depan istanamu. Panah mereka itu
beracun, dan kata-kata mereka itu menembus. Umar mengatakan, Kasihan
engkau, wahai Adi! Apa problemku dengan para penyair?! Dia mengatakan,
Semoga Allah memuliakan Amirul Mukminin. Sesungguhnya Rasulullah
dipuji, lalu beliau memberi, dan pada diri Rasulullah terdapat teladan
yang baik bagimu. Umar bertanya, Bagaimana (itu bisa terjadi)? Dia
me-ngatakan, Al-Abbas bin Mirdas as-Sulami memujinya, maka beliau
memberikan pakaian kepadanya, lalu beliau berhenti bicara karenanya.
Kemudian Umar mengizinkan Jarir masuk menemuinya. Dia pun masuk seraya
berkata, Sesungguhnya yang mengutus Nabi Muhammad Telah memberikan
khilafah kepada Imam yang adil Keadilan dan kewibawaannya memenuhi
khilafah Hingga meluruskan kecenderungan orang yang menyimpang
Sesungguhnya aku benar-benar berharap padamu kebaikan yang disegerakan
Dan jiwa itu dikodratkan menyukai suatu yang disegerakan
Umar mengatakan, Wahai Jarir, aku tidak melihatmu memi-liki hak di
sini. Dia mengatakan, Ya, aku mempunyai hak, wahai Amirul Mukminin,
aku adalah ibnu sabil yang terlunta-lunta. Umar pun memberikan
kepadanya dari hartanya sebanyak seratus dirham. Kemudian dia keluar,
maka para penyair berkata, Apa yang ada di belakangmu? Dia mengatakan,
Sesuatu yang menya-kitkan kalian. Aku keluar dari sisi Amirul
Mukminin, sedang dia memberi kaum fakir dan menghalangi para penyair.
Namun, aku ridha kepadanya. Kemudian dia berucap, Aku melihat jampi
setan tidak mempan terhadapnya Padahal sungguh setanku dari jin telah
menjampinya Kami memohon kepada Allah agar memberikan Umar yang lain
kepada umat Islam, yang akan mengembalikan kejayaan dan kemuliaan
umat. Dan Allah-lah yang memberi taufik kepada ketaatan, dan yang
menuntun kepada derajat yang tertinggi.

1. NAMA, KELAHIRAN, DAN CIRI-CIRI UMAR BIN ABDUL AZIZ

Nama: Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abu al-Ash bin
Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Mannaf bin Qushai bin Kilab, seorang
imam, hafizh, allamah, mujtahid, ahli zuhud, ahli ibadah, sayyid,
Amirul Mukminin yang sesungguhnya, Abu Hafsh, al-Qurasyi, al-Umawi,
al-Madani, kemudian al-Mishri, seorang khalifah yang zuhud, lurus,
orang yang kepalanya terdapat luka dari kalangan Bani Umayyah.
Kelahiran: Umar dilahirkan di Hulwan, sebuah kota di Mesir. Ayahnya
adalah gubernur di sana pada tahun 61 -konon 63-, dan ibunya adalah
Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin al-Khaththab. Al-Fallas
mengatakan, Aku mendengar al-Khuraibi mengata-kan, Al-A'masy, Hisyam
bin Urwah, Umar bin Abdul Aziz, dan Thalhah bin Yahya dilahirkan pada
tahun terbunuhnya al-Husain, yakni 61 H. Demikian pula hal itu
dikatakan oleh Khalifah bin Khayyath dan banyak lainnya tentang
kelahirannya. Ciri-cirinya: Sa'id bin Ufair mengatakan, Ia berkulit
coklat, berwajah lembut, menawan, bertubuh kurus, berjenggot bagus,
bermata lebar, pada wajahnya terdapat bekas tiupan unta (semacam
lesung pipit). Hamzah bin Sa'id mengatakan, Umar bin Abdul Aziz masuk
ke kandang ayahnya saat dia masih kecil, maka dia dihantam seekor kuda
hingga membuat kepalanya terluka. Ayahnya pun mengusap darah darinya
seraya mengatakan, 'Jika engkau adalah orang yang kepalanya terdapat
luka dari kalangan Bani Umayyah, sesungguh-nya engkau kalau begitu
benar-benar bahagia'. Dari Yahya bin fulan, dia mengatakan, Muhammad
bin Ka'ab al-Qurazhi datang kepada Umar bin Abdul Aziz, dan dulu Umar
bertubuh bagus, lalu dia menatapnya dengan tajam tanpa berkedip. Maka
Umar berkata, Wahai Ibnu Ka'ab, mengapa engkau meman-dangku
seakan-akan engkau belum pernah memandangku sebe-lumnya. Dia
mengatakan, Wahai Amirul Mukminin, dulu aku melihatmu bertubuh bagus,
dan sekarang aku melihat kulitmu telah pucat, tubuhmu telah kurus, dan
rambutmu hilang. Umar mengatakan, Wahai Ibnu Ka'ab, bagaimana
menurutmu seandai-nya engkau melihatku di dalam kubur setelah tiga
hari, dalam keadaan dua biji mataku berada di atas pelipisku,
tenggorokanku meleleh, dan mulutku penuh nanah dan larva, tentu engkau
lebih mengingkari terhadap (keadaan)ku. Ats-Tsa'labi mengatakan dalam
Latha`if al-Ma'arif, Umar bin al-Khaththab adalah botak bagian depan
kepalanya, lalu Utsman, Ali, Marwan bin al-Hakam, dan Umar bin Abdul
Aziz, kemudian kebotakan itu terputus dari para khalifah.

2. PERMULAAN PENCARIAN ILMU YANG DILAKUKAN UMAR BIN ABDUL AZIZ DAN
PENGANGKATANNYA SEBAGAI KHALIFAH

Dari az-Zubair bin Bakkar, dari al-Utbi, dia mengatakan, Mula-mula
yang tampak jelas dari Umar bin Abdul Aziz bahwa ayahnya menjadi
gubernur Mesir, sementara dia masih belia. Di-ragukan, apakah sudah
baligh atau belum. Ketika ayahnya ingin membawanya keluar, Umar
berkata, 'Wahai ayah, mungkin lebih bermanfaat bagiku dan bagimu bila
engkau membawaku ke Madi-nah, sehingga aku bisa duduk di majelis para
ahli fikih penduduk-nya, dan beradabkan dengan adab-adab mereka.'
Ayahnya pun mengirimkannya ke Madinah, lalu di sana dia menjadi
masyhur dengan ilmu dan akalnya, meskipun masih belia usianya.
Kemudian Abdul Malik bin Marwan mengirim utusan kepadanya agar pulang
pada saat ayahnya meninggal, lalu membaurkannya dengan anak-anaknya,
dan mengutamakannya dibandingkan kebanyakan dari mereka, serta
menikahkannya dengan putrinya, Fathimah yang dikatakan mengenainya,
Putri khalifah dan khalifah adalah kakeknya Saudari perempuan khalifah
dan khalifah adalah suaminya Abu Mushir mengatakan, Umar menjadi
gubernur Madinah pada masa pemerintahan al-Walid, dari tahun 86 hingga
93 H.

As-Suyuthi mengatakan, Ia sudah hafal al-Qur`an sejak masih kecil.
Ayahnya mengirimkannya ke Madinah agar belajar di sana. Dia pergi
bolak balik ke rumah Ubaidullah bin Abdullah untuk mendengar ilmu
darinya. Ketika ayahnya meninggal, Abdul Malik memintanya pergi ke
Damaskus, dan menikahkannya dengan putrinya, Fathimah. Sebelum menjadi
khalifah, dia (Abdul Malik) unggul dalam keshalihan juga. Cuma, dia
berlebihan dalam ber-gelimang kenikmatan dan congkak dalam berjalan.
Ketika al-Walid memegang tampuk kekhalifahan, dia mengangkat Umar bin
Abdul Aziz sebagai gubernur Madinah. Dia pun menjadi gubernur di sana
sejak tahun 86 hingga 93. Setelah al-Walid memecatnya, dia pergi ke
Syam.

Kemudian al-Walid bertekad untuk mencopot saudaranya, Sulaiman dari
statusnya sebagai putra mahkota, dan bermaksud mengangkat putranya
sebagai putra mahkota. Banyak dari pemuka menaatinya, baik suka rela
maupun terpaksa, tapi Umar bin Abdul Aziz menolaknya seraya
mengatakan, Ada bai'at di leher kami untuk Sulaiman. Al-Walid pun
murka dan mengurung Umar dalam kamar tertutup . Kemudian dia diberi
syafa'at setelah tiga hari, ternyata mereka mendapatinya dalam keadaan
lehernya telah lemas. Ketika hal itu diberitahukan kepada Sulaiman,
maka dia menjanjikan khilafah kepadanya.

Dari Raja` bin Haiwah, dia mengatakan, Tatkala hari Jum'at, Sulaiman
bin Abdul Malik memakai pakaian tenun berwarna hijau, dan memandang di
cermin seraya mengatakan, 'Aku, demi Allah, adalah raja yang masih
muda.' Kemudian dia pergi ke tempat shalat untuk memimpin manusia
melaksanakan shalat Jum'at. Dia tidak pulang hingga tubuhnya panas.
Ketika tubuhnya sudah berat, dia menulis surat pengangkatan putra
mahkota kepada putranya, Ayyub sedangkan dia adalah anak yang belum
baligh. Maka aku katakan, 'Apakah yang engkau lakukan, wahai Amirul
Mukminin? Sesungguhnya yang menjadikan seorang khalifah terpelihara di
kuburnya ialah mengangkat seseorang yang shalih sebagai khali-fah.'
Dia mengatakan, 'Ini adalah surat yang karenanya aku terus
beristikharah kepada Allah. Aku mencermatinya, dan aku belum
memastikannya.' Dia pun berdiam sehari atau dua hari, lalu dia
membakarnya. Kemudian dia memanggilku seraya berkata, 'Bagai-mana
pendapatmu tentang Dawud bin Sulaiman?' Aku menjawab, 'Ia hilang di
Konstantinopel sementara engkau tidak tahu, apakah dia masih hidup
ataukah sudah mati?' Dia mengatakan, 'Wahai Raja`, lalu siapakah yang
engkau pandang?' Aku katakan, 'Menurut pendapatmu, wahai Amirul
Mukminin, sementara akulah yang menilai siapa yang engkau sebutkan.'
Dia mengatakan, 'Bagaimana pendapatmu tentang Umar bin Abdul Aziz?'
Aku menjawab, 'Aku mengetahuinya -demi Allah- sebagai orang yang
utama, terbaik, Muslim.' Dia mengatakan, 'Dia, demi Allah, memang
demikian. Namun, jika aku mengangkatnya sementara aku tidak mengangkat
seorang pun dari anak Abdul Malik, niscaya hal itu akan menjadi
fitnah, dan mereka tidak membiarkannya selamanya untuk me-mimpin
mereka. Kecuali bila aku menjadikan salah seorang dari mereka setelah
Umar -dan Yazid bin Abdul Malik saat itu hilang di Mausim-.' Dia
mengatakan, 'Kalau begitu, aku jadikan Yazid bin Abdul Malik setelah
Umar, jika itu membuat mereka tenang dan ridha.'
Aku katakan, 'Pendapatmu benar.' Dia pun menulis dengan tangannya,
Amanat Sulaiman kepada Umar
Bismillah ar-rahman ar-rahim
Ini adalah surat dari hamba Allah, Sulaiman Amirul Mukminin kepada
Umar bin Abdul Aziz. Sesungguhnya aku mengangkatnya sebagai khalifah
sesudahku, dan sesudahnya adalah Yazid bin Abdul Malik. Maka,
dengar-lah dia dan taatilah, bertakwalah pada Allah dan jangan
berselisih se-hingga timbul ketamakan pada kalian.
Dari Sahl bin Yahya bin Muhammad al-Marwazi, dia menga-takan, ayahku
mengabarkan kepadaku dari Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz, dia
mengatakan, Ketika Umar bin Abdul Aziz mengubur Sulaiman bin Abdul
Malik dan naik dari tempat kubur-nya, dia mendengar tanah bergemuruh,
maka dia mengatakan, 'Suara apakah ini?' Dijawab, 'Ini suara kendaraan
kekhalifahan, wahai Amirul Mukminin. Kendaraan ini didekatkan kepadamu
agar engkau menungganginya.' Dia mengatakan, 'Aku tidak punya urusan
dengan kendaraan itu, jauhkanlah dariku. Bawalah baghal-ku kepadaku.'
Baghalnya pun dibawakan kepadanya lalu dia menungganginya. Ketika
pengawal datang berjalan di depannya dengan membawa tombak, maka dia
mengatakan, 'Menjauhlah dariku, aku tidak punya urusan denganmu. Aku
hanyalah seorang Muslim.' Kemudian dia berjalan, sedangkan orang-orang
berjalan bersamanya hingga masuk masjid. Kemudian dia naik ke atas
mimbar, dan orang-orang berkumpul kepadanya, seraya mengata-kan,
'Wahai manusia, sesungguhnya aku telah diuji dengan urusan ini tanpa
terpikir olehku, tanpa memintanya, dan tanpa pula mu-syawarah dari
kaum Muslimin. Sesungguhnya aku telah melepas bai'atku dari leher
kalian, maka pilihlah untuk diri kalian sendiri.' Orang-orang pun
berteriak dengan teriakan yang sama, 'Kami telah memilihmu, wahai
Amirul Mukminin, dan kami ridha kepa-damu, maka pimpinlah urusan kami
dengan penuh keberkahan.' Ketika dia melihat suara telah tenang, dan
manusia telah ridha kepadanya, maka dia memuji Allah dan menyanjungnya
serta ber-shalawat kepada Nabi, seraya mengatakan, 'Aku berpesan
kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, karena takwa kepada Allah
adalah pengganti dari segala sesuatu, sedangkan ketakwaan kepada Allah
itu tidak memiliki pengganti. Beramallah untuk akhirat kalian, karena
barangsiapa beramal untuk akhiratnya, maka Allah mencukupi urusan
dunianya. Perbaikilah batin kalian, niscaya Allah Yang Maha Pemurah
akan memperbaiki zahir kalian. Perbanyaklah mengingat kematian, dan
persiapkanlah dengan baik sebelum kematian datang kepada kalian,
karena dia adalah peng-hancur kenikmatan. Karena barangsiapa yang
tidak mengenang bapak yang masih hidup dari kalangan bapak-bapaknya
antara dia dengan Adam, niscaya itu menyebabkannya berkeringat dalam
kematian. Sesungguhnya umat ini tidak berselisih tentang Rabb mereka,
tentang Nabi mereka, atau tentang Kitab mereka, tetapi mereka
berselisih tentang dinar dan dirham. Sesungguhnya aku, demi Allah,
tidak memberi suatu yang batil kepada seseorang, dan tidak pula
menghalangi seseorang dari haknya.'

Kemudian dia mengeraskan suaranya hingga dia bisa mem-perdengarkannya
kepada banyak orang, dengan pernyataannya,

'Wahai manusia, barangsiapa menaati Allah, maka dia wajib ditaati, dan
barangsiapa bermaksiat kepada Allah, maka tidak ada ketaatan
kepadanya. Taatilah aku selama aku menaati Allah. Jika aku durhaka
kepada Allah, maka kalian tidak wajib menaatiku'.

3. PUJIAN ULAMA DAN KECINTAAN MANUSIA KEPADA UMAR BIN ABDUL AZIZ

Sufyan ats-Tsauri mengatakan, Khalifah ada lima: Abu Bakar, Umar,
Utsman, Ali, dan Umar bin Abdul Aziz. Dari Zaid bin Aslam, dari Anas,
dia mengatakan, Aku tidak pernah shalat di belakang seorang imam pun
sesudah Rasulullah yang lebih mirip shalatnya dengan shalat Rasulullah
dibandingkan pemuda ini. Yakni Umar bin Abdul Aziz, yang saat itu
sebagai gubernur Madinah. Zaid bin Aslam mengatakan, Ia
menyempur-nakan rukuk dan sujud, meringankan berdiri dan duduk. Hadits
ini memiliki jalur-jalur lainnya dari Anas, yang diriwayatkan
al-Baihaqi dalam Sunannya dan selainnya. Muhammad bin al-Husain pernah
ditanya tentang Umar bin Abdul Aziz, maka dia mengatakan, Dia adalah
orang paling mulia dari Bani Umayyah, dan dia akan dibangkitkan pada
Hari Kiamat sebagai umat seorang diri.

Dari Sufyan, dia mengatakan, Para ulama (disejajarkan) ber-sama Umar
bin Abdul Aziz sebagai murid.

Ketika datang berita kematian Umar bin Abdul Aziz, maka al-Hasan
mengatakan, Orang terbaik telah meninggal.

Dari Abu Sa'id al-Firyabi, dia mengatakan, Ahmad bin Hanbal
mengatakan, Sesungguhnya Allah mendatangkan kepada manu-sia pada
setiap penghujung seratus tahun (satu abad) orang yang mengajarkan
sunnah-sunnah kepada mereka, dan menghilangkan kedustaan dari
Rasulullah. Kami memperhatikan, ternyata di peng-hujung seratus tahun
terdapat Umar bin Abdul Aziz, dan di peng-hujung dua ratus tahun
terdapat asy-Syafi'i.

Dari Suhail bin Abu Shalih, dia mengatakan, Aku bersama ayahku pada
pagi Arafah, lalu kami berdiri untuk melihat Umar bin Abdul Aziz,
sementara dia adalah Amirul Hajj, maka aku katakan, 'Wahai ayah, demi
Allah, aku benar-benar melihat Allah mencintai Umar.' Dia bertanya,
'Mengapa?' Aku menjawab, 'Karena sesuatu yang aku lihat, yaitu
kecintaan yang dimasukkan ke dalam hati manusia. Engkau telah
mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, إِذَا أَحَبَّ
اللّٰهُ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيْلَ: إِنَّ اللّٰهَ قَدْ أَحَبَّ فُلَانًا
فَأَحِبُّوْهُ. Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil
Jibril (lalu Jibril menyeru kepada penduduk langit), 'Sesungguhnya
Allah mencintai fulan, maka cintailah ia'.

Adz-Dzahabi mengatakan, Orang ini bagus fisik dan akhlak-nya, sempurna
akalnya, bagus sifatnya, bagus kepemimpinannya, sangat menginginkan
keadilan semaksimal mungkin, luas ilmunya, faqih, tampak kecerdasan
dan kepahamannya, senantiasa bertaubat, taat kepada Allah lagi lurus,
zuhud meskipun sebagai khalifah, berbicara dengan kebenaran meskipun
sedikit pendukung dan banyak pejabat yang zhalim, yang merasa jemu
terhadapnya dan tidak suka bila dia menyelidiki mereka. Dia mengurangi
jatah me-reka, dan mengambil banyak dari apa yang ada di tangan mereka
yang telah mereka ambil dengan tanpa hak. Mereka tetap demikian hingga
mereka meminuminya dengan racun, sehingga dia meraih syahadah dan
kebahagiaan. Sementara para ahli ilmu mengkatego-rikannya sebagai
Khulafa` Rasyidin dan ulama yang beramal.

Dari Ibnu Aun, dia mengatakan, Ibnu Sirin apabila ditanya tentang
arak, maka dia menjawab, 'Ini dilarang oleh Imam al-Huda', dia
memaksudkan Umar bin Abdul Aziz.

Juwairiyah bin Asma` (Kibar al-Atba`) mengatakan, Ketika Umar bin
Abdul Aziz diangkat sebagai khalifah, Bilal bin Abu Burdah datang
kepadanya untuk mengucapkan selamat kepadanya seraya mengatakan,
Dahulu kekhalifahan membuat seseorang mulia, maka sekarang sungguh
engkaulah yang memuliakan khilafah. Dahulu kekhilafahan menghiasi
seseorang, maka sekarang sungguh engkaulah yang menghiasi
kekhalifahan. Engkau seba-gaimana kata Malik bin Asma`,

Engkau lebih harum daripada parfum paling wangi Bila engkau
menyentuhnya adakah yang menyerupaimu Jika mutiara menghiasi wajah
yang menawan Maka sungguh keindahan wajahmu telah menghiasi mutiara
itu

4. RASA TAKUT DAN TANGISAN UMAR BIN ABDUL AZIZ

Dari al-Mughirah bin Hakim, dia mengatakan, Fathimah binti Abdul Malik
mengatakan kepadaku, 'Wahai Mughirah, mungkin di antara kaum laki-laki
terdapat orang yang lebih banyak shalat dan puasanya daripada Umar.
Tetapi aku tidak melihat seorang pun dari manusia yang lebih takut
kepada Rabbnya daripada Umar. Apabila masuk rumah, dia menjatuhkan
dirinya di tempat sujud-nya, lalu dia tidak henti-hentinya menangis
dan berdoa hingga tertidur. Kemudian dia bangun lalu melakukan hal itu
di sepanjang malamnya'. Dari Abdul Aziz bin al-Walid bin Abi as-Sa`ib,
dia mengata-kan, Aku mendengar ayahku mengatakan, 'Aku tidak melihat
seorang pun takut -atau khusyu'- yang lebih tampak pada wajahnya
daripada Umar bin Abdul Aziz'.

Dari Mazid bin Hausyab -saudara al-Awwam-, dia mengata-kan, Aku tidak
melihat orang yang lebih takut daripada al-Hasan dan Umar bin Abdul
Aziz. Seakan-akan neraka tidak diciptakan kecuali untuk keduanya. Dari
Hisyam bin al-Ghaz, dia mengatakan, Kami singgah di suatu tempat saat
pulang dari Dabiq. Ketika kami berangkat, Makhul berlalu, dan dia
tidak memberitahu kami hendak ke mana. Kami pun berjalan terus hingga
kami melihatnya, lalu kami bertanya, 'Hendak pergi ke mana engkau?'
Dia menjawab, 'Aku mendatangi kubur Umar bin Abdul Aziz untuk
mendoakannya.' Kemudian dia mengatakan, 'Seandainya aku bersumpah,
maka aku tidak ber-istitsna` (mengecualikan). Tidak ada pada zamannya
orang yang lebih takut kepada Allah daripada Umar. Seandainya aku
bersum-pah, maka aku tidak beristitsna` (mengecualikan). Tidak ada
pada zamannya orang yang lebih berzuhud di dunia daripada Umar'.

Qatadah mengatakan, Seorang laki-laki yang biasa dipanggil Ibnu
al-Ahtam mengunjungi Umar bin Abdul Aziz, lalu dia tidak
henti-hentinya menasihatinya sementara Umar menangis hingga jatuh
pingsan.

Dari Abdussalam mantan sahaya Maslamah bin Abdul Malik, dia
mengatakan, Umar bin Abdul Aziz menangis, maka Fathimah menangis, lalu
penghuni rumah menangis, tanpa mereka menge-tahui apa yang membuat
mereka menangis. Ketika kesulitan telah sirna dari mereka, maka
Fathimah berkata kepadanya, 'Ayahku menjadi tebusanmu, wahai Amirul
Mukminin, karena apa engkau menangis?' Umar menjawab, 'Wahai Fathimah,
aku teringat tem-pat berpulang kaum di hadapan Allah, satu golongan di
surga dan satu golongan lainnya di neraka.' Kemudian dia menangis
keras dan pingsan.

Dari Atha` bin Abu Rabah, dia mengatakan, Fathimah istri Umar bin
Abdul Aziz menceritakan kepadaku bahwa suatu saat dia mengunjungi
Umar, ternyata dia sedang berada di tempat shalatnya. Tangannya pada
pipinya, air matanya mengalir. Maka aku katakan, 'Wahai Amirul
Mukminin, apakah karena ada sesuatu yang terjadi?' Dia menjawab,
'Wahai Fathimah, sesungguhnya aku dibelenggu dengan urusan umat
Muhammad, lalu berpikir me-ngenai orang yang fakir lagi kelaparan,
orang yang sakit lagi tersia-siakan, orang yang tidak berpakaian lagi
kesusahan, orang yang terzhalimi lagi tertekan, orang yang asing lagi
tertawan, orang yang sudah tua renta, dan orang-orang yang memiliki
kebutuhan di berbagai penjuru bumi. Aku tahu bahwa Rabbku akan
bertanya kepadaku tentang mereka, dan yang memperkarakanku untuk
membela mereka adalah Muhammad a, maka aku takut bila argu-menku tidak
mampu menolak pengaduannya. Aku pun berbalas kasih kepada diriku, lalu
aku menangis'. Dari Abdullah bin Syaudzab, dia mengatakan, Sulaiman
melaksanakan haji bersama Umar bin Abdul Aziz. Setelah itu, dia pergi
ke Tha`if. Ketika terkena petir dan kilat, maka dia ketakutan lalu
berkata kepada Umar, 'Tidakkah engkau melihat, apakah ini wahai Abu
Hafsh?' Dia mengatakan, 'Ini adalah tanda rahmatNya turun. Maka
bagaimanakah sekiranya jika azabNya turun? Dari al-Hasan bin Umairah,
dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz membeli sahaya wanita A'jamiyah
(non Arab), lalu budak itu mengatakan, 'Aku melihat orang-orang
bergembira, tetapi aku tidak pernah melihat orang ini gembira.' Umar
bertanya, 'Apa yang dikatakan oleh orang awam ini?' Dijawab, 'Ia
berkata demikian dan demikian.' Umar mengatakan, 'Kasihan dia! Kalian
katakanlah kepadanya bahwa kegembiraan ada di hadapannya'.

Dari Maimun bin Mihran, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz membaca,
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (At-Takatsur: 1), lalu dia
menangis, kemudian dia mengucapkan, Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
(At-Takatsur: 2). Aku tidak melihat pekuburan melainkan (tempat)
ziarah, dan sudah pasti orang yang berziarah suatu saat akan kembali
ke surga atau neraka.

5. KEZUHUDAN UMAR BIN ABDUL AZIZ

Dari Maslamah bin Abdul Malik, dia mengatakan, Aku me-nemui Umar bin
Abdul Aziz untuk menjenguknya saat sakitnya, ternyata dia memakai
pakaian kotor, maka aku katakan kepada Fathimah binti Abdul Malik,
'Wahai Fathimah, cucilah baju Amirul Mukminin.' Fathimah mengatakan,
'Aku akan melakukannya, insya Allah.' Kemudian aku kembali, ternyata
baju tersebut masih tetap seperti sediakala. Maka aku katakan, 'Wahai
Fathimah, bukankah aku menyuruhmu agar mencuci baju Amirul Mukminin?
Karena banyak orang akan menjenguknya.' Fathimah mengatakan, 'Demi
Allah, dia tidak memiliki baju selainnya'.

Dari Sa'id bin Suwaid bahwa Umar bin Abdul Aziz meng-imami mereka
shalat Jum'at, kemudian duduk, dan dia memakai baju yang sudah
bertambal kantongnya dari depan dan belakang-nya, maka seorang
laki-laki berkata kepadanya, Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah
telah memberimu, maka alangkah baiknya bila engkau memakai pakaian
yang layak?! Umar pun menunduk (diam) beberapa saat, kemudian
mengangkat kepalanya seraya mengatakan, Sebaik-baik kesederhanaan
adalah pada saat berkelebihan, dan sebaik-baik pemberian maaf adalah
pada saat memiliki kemampuan (untuk membalas).

Malik bin Dinar mengatakan, Orang-orang berkata, 'Malik adalah orang
yang zuhud', tetapi orang yang benar-benar zuhud adalah Umar bin Abdul
Aziz, yaitu orang yang dunia datang kepa-danya tetapi dia
meninggalkannya.

Abu Umayyah al-Khasyi, budak Umar berkata, Suatu hari aku menemui tuan
putriku, lalu dia memberiku makan Adas, maka aku bertanya, 'Setiap
hari makan Adas?' Dia menjawab, 'Wahai anakku, ini adalah makanan
tuanmu, Amirul Mukminin'.

Ahmad bin Abu al-Hawari mengatakan, Aku mendengar Abu Sulaiman
ad-Darani dan Abu Shafwan berdebat tentang Umar bin Abdul Aziz dan
Uwais al-Qarni. Abu Sulaiman berkata kepada Abu Shafwan, 'Umar bin
Abdul Aziz lebih zuhud daripada Uwais.' Abu Shafwan berkata kepadanya,
'Mengapa?' Dia menjawab, 'Karena Umar adalah raja dunia, lalu dia
berzuhud di dalamnya.' Abu Shafwan mengatakan kepadanya, 'Seandainya
Uwais adalah raja dunia, niscaya dia berzuhud padanya sebagaimana yang
dila-kukan Umar.' Abu Sulaiman mengatakan, 'Janganlah menjadikan orang
yang sudah mengalaminya sebagaimana orang yang belum pernah
mengalaminya. Sesungguhnya orang yang dunia mengalir di kedua
tangannya tapi tidak memiliki tempat di hatinya, adalah lebih utama
daripada orang yang dunia tidak pernah mengalir di kedua tangannya,
meskipun itu tidak memiliki tempat di hatinya'.

6. SIKAP WARA' UMAR BIN ABDUL AZIZ

Dari Abu Utsman ats-Tsaqafi, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz
memiliki budak yang bekerja menggunakan baghal-nya. Setiap hari dia
datang dengan membawa satu dirham. Suatu hari dia datang dengan
membawa satu setengah dirham, maka dia bertanya, 'Apa yang tampak
olehmu?' Dia menjawab, 'Pasar telah memberikan keuntungan.' Umar
mengatakan, 'Tidak, tetapi engkau memenatkan baghal itu.
Istirahatkanlah dia selama tiga hari'.

Ja'unah mengatakan, Ketika Abdul Malik bin Umar bin Abdul Aziz
meninggal, Umar menyanjungnya, maka ada seseorang ber-tanya, 'Wahai
Amirul Mukminin, seandainya dia masih hidup, apa-kah engkau akan
mengangkatnya sebagai putra mahkota?' Umar menjawab, 'Tidak.' Dia
bertanya lagi, 'Mengapa, sedangkan engkau memujinya?' Umar mengatakan,
'Aku takut bila kebaikannya di-tampakkan di mataku sebagaimana
ditampakkannya kebaikan seorang anak pada mata seorang ayah'.

Dari Wuhaib bin al-Ward, dia mengatakan, Anak-anak Marwan berkumpul di
depan pintu Umar bin Abdul Aziz, dan datanglah Abdul Malik bin Umar
untuk menemui ayahnya, maka mereka berkata kepadanya, 'Silakan pilih,
engkau memintakan izin untuk kami, atau engkau menyampaikan pesan
surat kami kepada Amirul Mukminin.' Abdul Malik mengatakan,
'Katakanlah.' Mereka mengatakan, 'Sesungguhnya para khalifah
sebelumnya memberi sesuatu kepada kami, dan mengetahui kedudukan kami.
Sementara ayahmu menghalangi kami dari sesuatu yang ada di kedua
tangan-nya.' Abdul Malik pun menemui ayahnya lalu mengabarkan
kepa-danya tentang mereka, maka Umar berkata kepadanya, 'Katakan-lah
kepada mereka, sesungguhnya ayahku mengatakan kepada kalian,
'Sesungguhnya aku takut azab pada hari yang besar, jika aku durhaka
kepada Rabbku'.

Dari Amr bin Muhajir bahwa Umar bin Abdul Aziz memiliki lampu lilin
yang dipergunakan untuk keperluan kaum Muslimin. Jika dia telah
selesai dari keperluan mereka, maka dia memadam-kannya, kemudian dia
menyalakan lampunya sendiri.

Dari Jarir bin Hazim, dari seorang laki-laki, dari Fathimah binti
Abdul Malik, dia mengatakan, Suatu hari Umar bin Abdul Aziz
menginginkan madu, sementara kami tidak punya, maka kami menyuruh
seseorang mengendarai unta pos (unta untuk mengirim surat, milik
negara) ke Ba'labak untuk membeli madu. Suatu hari aku katakan
kepadanya, 'Engkau pernah menyebut madu, dan kami punya madu, apakah
engkau menginginkannya?' Dia menjawab, 'Ya.' Kami pun membawa madu
itu. Dia pun mendekatinya, kemu-dian berkata, 'Dari mana kalian
mendapatkan madu ini?' Aku men-jawab, 'Kami menyuruh seseorang pergi
mengendarai salah satu unta pos dengan membawa dua dinar ke Ba'labak
supaya mem-belikan madu untuk kami.' Umar pun menyuruh memanggil orang
itu. Ketika orang itu datang, Umar berkata, 'Bawalah madu ini ke pasar
lalu juallah, dan kembalikan kepada kami modal kami. Jika ada
kelebihan, berikan kepada Baitul Mal kaum Muslimin untuk pakan
unta-unta pos. Seandainya muntahku bermanfaat bagi kaum Muslimin,
niscaya aku telah berusaha muntah'. Dari Umar bin Muhajir, dia
mengatakan, Umar bin Abdul Aziz menginginkan apel, lalu mengatakan,
'Seandainya kami punya buah apel, karena dia harum aromanya, enak
rasanya.' Maka ber-dirilah salah seorang dari keluarganya lalu
menghadiahkan apel kepadanya. Ketika utusan datang dengan membawa buah
itu, maka Umar berkata, 'Betapa harum aromanya dan betapa bagusnya!
Angkatlah wahai pemuda, lalu sampaikan salam kepada fulan. Katakan
kepadanya bahwa hadiahmu telah sampai di tempat sebagaimana yang
engkau inginkan.' Aku katakan, 'Wahai Amirul Mukminin, dia adalah anak
pamanmu dan salah seorang dari ke-luargamu. Engkau telah mendapatkan
berita bahwa Nabi makan hadiah dan tidak makan sedekah.' Umar
menimpali, 'Kasihan engkau! Sesungguhnya hadiah tersebut untuk Nabi,
sementara bagi kita saat sekarang ini adalah suap'.

Dari Rabi' bin Atha`, dia mengatakan, Suatu hari dibawakan kepada Umar
bin Abdul Aziz sebuah Anbar (sejenis parfum) dari Yaman, maka dia
meletakkan tangannya pada hidungnya dengan pakaiannya. Melihat hal
itu, Muzahim mengatakan, 'Ini hanyalah baunya, wahai Amirul Mukminin.'
Umar mengatakan, 'Kasihan engkau, wahai Muzahim, bukankah parfum itu
tidak diambil man-faatnya kecuali aromanya?' Rabi' bin Atha`
mengatakan, Tangan-nya tetap di hidungnya hingga parfum itu diangkat.

Dari Yahya bin Sa'id, dia mengatakan, Abdul Hamid bin Abdurrahman
menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz, Dilaporkan kepadaku bahwa
seseorang telah mencelamu –dan mungkin Hammad mengatakan, mencaci
makimu– lalu aku bermaksud untuk memenggal lehernya. Akhirnya aku
menahannya, dan aku menulis surat kepadamu untuk mengetahui pendapatmu
mengenai hal itu.

Umar membalas suratnya,

Seandainya engkau membunuhnya, niscaya aku mengqishashmu. Karena
seseorang tidak boleh dibunuh karena mencaci maki seseorang, kecuali
siapa yang mencaci maki Nabi. Maka caci makilah ia, jika engkau mau,
lalu bebaskanlah.

7. KETAWADHU'AN UMAR BIN ABDUL AZIZ

Dari Raja` bin Haiwah, dia mengatakan, Aku berjalan malam bersama Umar
bin Abdul Aziz, lalu lampu rusak, maka aku ber-gegas untuk
memperbaikinya. Namun, Umar memerintahkanku agar duduk, kemudian dia
bangkit untuk memperbaikinya. Setelah itu, dia kembali lalu duduk,
seraya mengatakan, 'Aku berdiri se-mentara aku adalah Umar bin Abdul
Aziz. Aku duduk sementara aku adalah Umar bin Abdul Aziz. Seseorang
dicela jika menjadikan tamunya sebagai pelayan'.

Dari Ayyub, dia mengatakan, Dikatakan kepada Umar bin Abdul Aziz,
'Wahai Amirul Mukminin, sekiranya engkau datang ke Madinah. Jika Allah
menakdirkan kematian, maka engkau dikubur di tempat penguburan keempat
bersama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar. Umar mengatakan, Demi Allah,
sungguh Allah mengazabku dengan segala azab –kecuali neraka, karena
aku tidak tahan terhadapnya– lebih aku sukai daripada Allah mengetahui
dalam hatiku bahwa aku memandang bahwa aku layak mendapat-kan hal itu.

Dari Basyir bin al-Harits, dia mengatakan, Ada seorang laki-laki
memuji Umar bin Abdul Aziz secara berlebih-lebihan di hadapannya, maka
Umar berkata, 'Wahai laki-laki, seandainya engkau mengetahui diriku
sebagaimana aku mengetahuinya, nis-caya engkau tidak memandang
wajahku'.

Dari Abu Sa'id al-Mu`addib, dari Abdul Karim, dia mengata-kan,
Dikatakan kepada Umar, 'Semoga Allah membalasmu dengan sebuah kebaikan
atas jasamu terhadap Islam.' Umar menimpali, 'Tidak, bahkan semoga
Allah membalas Islam dengan sebuah ke-baikan atas jasanya terhadapku'.

Dari Umar bin Hafsh, dia mengatakan, Seorang syaikh men-ceritakan
kepada kami, dia mengatakan, 'Ketika Umar bin Abdul Aziz menjabat
sebagai gubernur di Dabiq (wilayah Syam), dia keluar pada suatu malam
bersama penjaga. Lalu dia masuk masjid, dia melewati orang yang sedang
tidur dalam kegelapan malam, lalu terpeleset karenanya (menginjaknya).
Orang itu pun mengang-kat kepalanya kepadanya seraya mengatakan,
'Apakah engkau gila?' Umar menjawab, 'Tidak.' Ketika penjaga bermaksud
mem-balasnya, maka Umar berkata kepadanya, 'Jangan, sesungguhnya dia
hanyalah bertanya kepadaku, 'Apakah engkau gila?' Maka aku menjawab,
'Tidak'.

8. ITTIBA' UMAR BIN ABDUL AZIZ KEPADA SUNNAH

Dari Ziyad bin Mikhraq, dia mengatakan, Aku mendengar Umar bin Abdul
Aziz saat berkhutbah kepada manusia berkata, Seandainya bukan karena
sunnah yang aku hidupkan atau bid'ah yang aku matikan, niscaya aku
tidak peduli bila aku tidak hidup walaupun sesaat. Adz-Dzahabi
mengatakan, Ghailan menampakkan al-qadar (paham Qadariyah) pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Ketika Umar memintanya supaya
bertaubat, maka dia me-ngatakan, 'Sungguh aku dulu sesat lalu engkau
beri aku petunjuk.' Umar berucap, 'Ya Allah, jika dia jujur. Jika
tidak, maka saliblah dia dan potonglah kedua tangan dan kedua
kakinya.' Doanya pun terlaksana. Ghailan ditangkap pada masa
kekhalifahan Hisyam bin Abdul Malik, lalu kedua kaki dan kedua
tangannya dipotong, lalu disalib di Damaskus karena menyebarkan paham
Qadariyah.

Selainnya mengatakan, Bani Umayyah biasa mencaci maki Ali bin Abu
Thalib dalam khutbah. Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah,
maka dia membatalkan hal itu, dan menulis surat kepada semua wakilnya
agar membatalkannya. Sebagai gantinya, membaca, Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90).

Pembacaan ayat ini berlangsung hingga sekarang. Dari Hazm bin Abu
Hazm, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz mengatakan dalam ucapannya,
'Seandainya setiap bid'ah yang dimatikan oleh Allah lewat tanganku,
dan setiap sunnah yang dihidupkan Allah lewat tanganku itu (dibalas)
dengan imbalan sepotong dari dagingku hingga tiba yang terakhirnya
berupa jiwa-ku, maka itu mudah dalam (berjuang di jalan) Allah'.

Telah disebutkan sebelumnya perkataan Imam Ahmad bin Hanbal,

إِنَّ اللّٰهَ يُقَيِّض لِلنَّاسِ فِيْ كُلِّ رَأْسِ مِائَةٍ مَنْ
يُعَلِّمُ النَّاسَ السُّنَنَ وَيَنْفِي عَنِ النَّبِيِّ الْكَذِبَ،
فَنَظَرْنَا فَإِذَا فِيْ رَأْسِ الْمِائَةِ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ
الْعَزِيْزِ، وَفِيْ رَأْسِ الْمِائَتَيْنِ الشَّافِعِيُّ.

Sesungguhnya Allah mendatangkan kepada manusia pada setiap penghujung
seratus tahun (satu abad) orang yang mengajarkan sunnah-sunnah kepada
mereka, dan menghilangkan kedustaan dari Nabi. Kami memperhatikan,
ternyata di penghujung seratus tahun terdapat Umar bin Abdul Aziz,
sedangkan di penghujung dua ratus tahun terdapat asy-Syafi'i.

9. GURU DAN MURID UMAR BIN ABDUL AZIZ

Gurunya:

Al-Mizzi mengatakan, Dia meriwayatkan dari Anas bin Malik, dan Anas
shalat di belakangnya lalu mengatakan, 'Aku tidak melihat seorang pun
yang lebih mirip shalatnya dengan shalat Rasulullah daripada pemuda
ini.' Dia juga meriwayatkan dari ar-Rabi' bin Sabrah bin Ma'bad
al-Juhani, as-Sa`ib bin Yazid, Sa'id bin al-Musayyab, dan dia minta
hibah dari Sahl bin Sa'ad sebuah bejana yang dulu pernah dipakai minum
oleh Rasulullah maka Sahl menghibahkannya. Dia juga meriwayatkan dari
Amir bin Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Ibrahim bin Qarizh -ada
yang me-ngatakan, Ibrahim bin Abdullah bin Qarizh-, Abdullah bin
Ja'far bin Abu Thalib, Urwah bin az-Zubair, Uqbah bin Amir al-Juhani
–konon, meriwayatkan secara mursal–, Muhammad bin Abdullah bin
al-Harits bin Naufal, Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri, dan dia
mati sebelumnya, Naufal bin Musahiq al-Amiri, Yahya bin al-Qasim bin
Abdullah bin Amr bin al-Ash, Yusuf bin Abdullah bin Salam, Abu Bakar
bin Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam, Abu Salamah bin Abdurrahman
bin Auf, dan Khaulah binti Hakim secara mursal.

Muridnya:

Adz-Dzahabi mengatakan, Yang menuturkan darinya ialah Abu Salamah,
salah seorang syaikhnya, Abu Bakar bin Hazm, Raja` bin Haiwah, Ibnu
al-Munkadir, az-Zuhri, Anbasah bin Sa'id, Ayyub as-Sakhtiyani, Ibrahim
bin Ablah, Taubah al-Anbari, Humaid ath-Thawil, Mushlih bin Muhammad
bin Za`idah al-Laitsi, putra-nya, Abdul Aziz bin Umar, saudaranya,
Zabban, Sakhr bin Abdullah bin Harmalah, putranya, Abdullah bin Umar,
Utsman bin Dawud al-Khaulani, saudaranya, Sulaiman bin Dawud, Umar bin
Abdul Malik, Umar bin Amir al-Bajali, Amr bin Muhajir, Umair bin Hani`
al-Anbasi, Isa bin Abi Atha` al-Katib, Ghailan bin Anas,
sekretaris-nya, Laits bin Abu Ruqayyah, Abu Hasyim Malik bin Ziyad,
Muhammad bin Abu Suwaid ats-Tsaqafi, Muhammad bin Qais al-Qash, Marwan
bin Janah, Maslamah bin Abdul Malik al-Amir, an-Nadhr bin Arabi,
sekretarisnya, Nu'aim bin Abdullah al-Qaini, maulanya, Hilal Abu
Sha'mah, al-Walid bin Hisyam al-Muthi'i, Yahya bin Sa'id al-Anshari,
Ya'qub bin Utbah al-Mughirah, dan banyak selain mereka.

10. KATA-KATA MUTIARA DARI UMAR BIN ABDUL AZIZ Abu al-Hasan
al-Madayini mengatakan, Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada Umar
bin Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah, sebagai takziah untuknya atas
kematian anaknya,

Amma ba'du. Sesungguhnya kita adalah kaum dari ahli akhirat, yang
ditempatkan di dunia, orang-orang yang akan mati, anak dari
orang-orang yang sudah mati. Mengherankan memang mayit menulis surat
kepada mayit, bertakziah kepadanya karena mayit, wassalam.

Dari Hamzah al-Jazari, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz menulis
surat kepada seseorang, Aku berpesan kepadamu supaya bertakwa pada
Allah yang tidak menerima selain ketakwaan, tidak merahmati kecuali
ahli ke-takwaan, dan tidak memberi pahala kecuali atas dasar
ketakwaan. Sesungguhnya orang-orang yang memberi nasihat dengannya
sangat banyak, tetapi yang mengamalkannya sangatlah sedikit.

Dari Umar bin Muhammad al-Makki, dia berkata, Umar bin Abdul Aziz
berkhutbah dengan mengatakan, Sesungguhnya dunia bukanlah negeri
tempat tinggal kalian, negeri yang telah Allah tetapkan sebagai negeri
yang fana, dan Dia menetapkan (bahwa) penghuninya akan
meninggalkannya. Betapa banyak penghuni yang terikat (betah) pada
tempat yang sedikit (nilainya) lagi (mudah) hancur, dan betapa banyak
pemukim yang meninggalkan suatu yang sedikit (nilainya). Karena itu,
pergilah sebaik-baiknya darinya dengan membawa muatan yang terbaik.
Berbekallah, sesungguh-nya sebaik-baik perbekalan adalah takwa. Takwa
itu hanyalah laksana awan yang menyusut lalu hilang. Tatkala keturunan
Adam di dunia berlomba-lomba dalam perkara itu, dan dia bergembira
dengannya, tiba-tiba Allah memanggilnya dengan qadarnya, me-lemparnya
dengan hari kematiannya, merampas peninggalan dan dunia darinya, lalu
tempat usaha dan kekayaannya menjadi milik orang lain. Sesungguhnya
dunia ini tidak menyenangkan (bila ditimbang) dengan kadar sesuatu
yang membahayakannya, se-sungguhnya dunia ini menyenangkan sedikit dan
membawa ke-sedihan yang panjang.

Dari Abu Imran, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz ber-kata,
Barangsiapa yang kematian dekat dengan hatinya, maka dia akan
memperbanyak apa yang ada di hadapannya (bekal akhirat).

Dari Muhammad bin Isa bin Abdul Aziz, dia mengatakan, sebagian pejabat
yang diangkat Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepadanya,

Amma ba'du. Sesungguhnya kota kami telah hancur. Jika Amirul Mukminin
bersedia memberikan harta kepada kami, maka kami akan memperbaikinya.

Umar menulis surat balasan,

Amma ba'du. Aku telah memahami suratmu dan apa yang engkau sebutkan
bahwa kota kalian telah rusak. Jika engkau telah membaca suratku ini,
maka bentengilah kota itu dengan keadilan, dan bersihkanlah jalannya
dari kezhaliman, karena itulah cara memperbaikinya. Wassalam.

Dari seorang laki-laki, dari anak Utsman bin Affan bahwa Umar bin
Abdul Aziz berkata di sebagian khutbahnya, Sesung-guhnya tiap-tiap
safar itu sudah pasti ada bekalnya, maka berbe-kallah untuk perjalanan
kalian dari dunia menuju akhirat. Jadilah kalian laksana orang yang
telah melihat secara langsung sesuatu yang telah disiapkan oleh Allah
berupa pahala dan siksanya, nis-caya kalian akan berharap dan
sekaligus cemas. Janganlah kalian berpanjang angan, yang menyebabkan
hati kalian keras dan me-nyerah kepada musuh kalian. Karena, demi
Allah, tidak terbentang angan orang yang tidak menyadari, barangkali
dia tidak berada di pagi setelah berada di petang hari, dan tidak
berada di petang hari setelah berada di pagi hari. Bisa saja terjadi
sambaran kematian di antara waktu itu. Betapa banyak kita melihat
orang yang terper-daya di dunia. Sesungguhnya yang merasa terhibur itu
hanyalah orang yang percaya bahwa dirinya akan selamat dari azab
Allah, dan yang merasa gembira itu hanyalah orang yang merasa aman
dari peristiwa Kiamat yang mencekam.

Adapun orang yang tidak terbebas dari luka melainkan pasti tertimpa
luka dari arah lainnya, aku berlindung kepada Allah dari memerintahkan
kalian kepada perkara yang aku larang terhadap diriku, sehingga
merugilah diriku, tampak kemiskinanku, dan terlihat kehinaanku, pada
hari ketika di dalamnya yang kaya dan yang fakir tampak, serta
timbangan-timbangan ditegakkan. Sung-guh kalian telah dibebani dengan
sesuatu yang seandainya dibe-bankan kepada bintang-bintang, niscaya
akan berjatuhan, seandai-nya dibebankan kepada gunung-gunung, niscaya
akan meleleh, dan seandainya dibebankan kepada bumi, niscaya akan
terbelah. Apakah kalian tidak tahu bahwa tidak ada tempat antara surga
dan neraka, tapi kalian akan kembali kepada salah satu dari
kedua-nya?!

Dari Abdurrahman bin Maisarah al-Hadhrami bahwa Umar bin Abdul Aziz
pernah mengatakan, Takwa kepada Allah itu bukan dengan berpuasa di
siang hari, Qiyamul Lail, dan mencam-pur di antara hal itu. Tetapi
takwa kepada Allah ialah meninggal-kan sesuatu yang diharamkan Allah
dan melaksanakan sesuatu yang diperintahkan Allah. Barangsiapa setelah
itu diberi kebaikan, maka itu adalah kebaikan di samping kebaikan
sebelumnya. Dari Maimun bin Mihran, dia mengatakan, Umar bin Abdul
Aziz berpesan kepadaku dengan mengatakan, Wahai Maimun, janganlah kamu
berduaan dengan perempuan yang tidak halal bagimu, meskipun engkau
membacakan al-Qur`an padanya. Ja-ngan mengikuti penguasa, meskipun
engkau memandang bahwa engkau akan menyuruhnya kepada kebajikan dan
mencegahnya dari kemungkaran. Janganlah bergaul dengan orang yang
meng-ikuti hawa nafsunya, lalu dia akan melontarkan dalam hatimu
sesuatu yang membuat Allah murka kepadamu.

Dari Abdullah bin Muhammad bin Sa'ad al-Anshari bahwa Umar bin Abdul
Aziz naik mimbar, sementara orang-orang ber-kumpul di hadapannya.
Setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya, dia mengatakan, Amma ba'du.
Wahai manusia, sesungguhnya aku tidak mengumpulkan kalian karena suatu
urusan yang aku ada-adakan di tengah kalian, tetapi aku memikirkan
tentang urusan yang akan menjadi tempat kembali kalian. Aku tahu bahwa
orang yang mempercayai hal ini adalah dungu, sedangkan orang yang
mendustakannya akan binasa. Kemudian dia turun dari mimbar.

Dari Muhammad bin hajir, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz memiliki
tempat tidur Nabi, tongkat, bejana dan mangkok besar beliau. Ketika
segolongan kaum Quraisy menemui-nya, mereka mengatakan, 'Ini adalah
warisan orang yang karena-nya Allah memuliakan kalian, menolong
kalian, dan seterusnya'.

Dari Abdullah bin al-Fadhl at-Tamimi, dia mengatakan, Akhir khutbah
yang disampaikan Umar bin Abdul Aziz, bahwa dia naik ke atas mimbar,
lalu dia memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian berkata, 'Amma
ba'du. Sesungguhnya di tangan kalian terdapat barang-barang milik
orang-orang yang sudah mati, dan semuanya akan ditinggalkan oleh
orang-orang yang masih hidup sebagaimana telah ditinggalkan oleh
orang-orang yang sudah berlalu. Apakah kalian tidak menyadari bahwa
kalian dalam setiap sehari semalam pergi menuju Allah, baik siang
maupun malam. Kemudian kalian diletakkan di bumi, kemudian di perut
bumi tanpa alas dan tanpa bantal, dalam keadaan telah terlepas dari
segala sebab, berpisah dari orang-orang yang dicintai, tinggal di
dalam tanah, dan menghadapi hisab, dalam keadaan butuh ke-pada amal
yang telah dia lakukan, dan tidak membutuhkan harta yang ditinggalkan
oleh kakeknya. Demi Allah, aku benar-benar mengatakan hal ini sedang
aku tidak mengetahui dari seorang manusia pun sebagaimana aku
mengetahui dari diriku sendiri.' Kemudian dia meletakkan ujung
pakaiannya pada kedua matanya, lalu menangis, kemudian turun dari
mimbar. Setelah itu, dia tidak keluar hingga dia dikeluarkan ke
kuburnya, semoga Allah merah-matinya.

11. SYAIR YANG DIPERTAMSILKAN ATAU YANG DIUCAPKAN UMAR BIN ABDUL AZIZ

Dari Muhammad bin Katsir, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz berkata
pada suatu hari, sedang dia mencela dirinya sendiri,

Apakah engkau terjaga hari ini ataukah engkau tidur Bagaimana mungkin
orang yang bingung lagi sedih bisa tidur

Seandainya engkau terjaga pagi ini

Niscaya kedua matamu telah mengalirkan air mata deras Siang harimu,
wahai orang yang terperdaya, hanya bergadang dan kelalaian

Sedangkan malammu adalah tidur dan kebinasaan selalu Engkau melalaikan
amal yang kelak engkau tidak suka ketiadaannya

Demikian pula di dunia, engkau hidup seperti binatang ternak

Dari Aqil bin Murrah, dia mengatakan, Harami bin al-Haitsam
menyenandungkan syair Umar bin Abdul Aziz kepadaku,

Tiada kebaikan pada kehidupan seseorang

yang tidak memiliki bagian bersama Allah di negeri keabadian

Jika dunia membuat manusia terkagum

Maka sesungguhnya ia kenikmatan sedikit dan sebentar lagi lenyap

Dari Yunus, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz berjalan di tengah
jamaah. Ketika banyak debu, dia menutup wajahnya, kemudian dia
menyebutkan bait-bait yang diucapkan Abdul A'la al-Qurasyi,

Siapa yang dahinya terkena terik matahari atau debu, Dia khawatirkan
wajahnya akan menjadi buruk Dia pun mencari naungan agar wajahnya
tetap elok Tetapi kelak dia akan tinggal pada suatu hari dalam keadaan
hina

Dalam lubang gelap, berdebu, berlubang Dia tinggal lama di bawah tanah
di lubangnya yang sempit

Mas'ud bin Bisyr menuturkan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada
Umar bin Abdul Aziz, ketika dia menjabat sebagai khalifah, Luangkanlah
waktu untuk kami. Umar menjawab,

Telah datang kesibukan orang yang sibuk Sedang aku menyimpang dari
jalan-jalan keselamatan Waktu luang telah pergi,

Sehingga tidak ada waktu luang Hingga Hari Kiamat

12. WAFAT UMAR BIN ABDUL AZIZ, DAN RITSA` (SYAIR PUJIAN UNTUK ORANG
YANG SUDAH MENINGGAL) YANG DIDEDIKASIKAN UNTUKNYA

Umar bin Abdul Aziz wafat di Dair Sam'an, salah satu wilayah bagian
Himsh, pada hari kesepuluh yang tersisa -konon, lima hari yang
tersisa- dari bulan Rajab 101 H. Ketika itu dia ber-usia 39 tahun
lebih enam bulan. Dia wafat karena racun. Bani Umayyah sudah merasa
gerah terhadapnya, karena dia bersikap keras terhadap mereka, dan
mengambil dari tangan mereka banyak dari harta yang telah mereka
rampas. Sementara dia sendiri me-ngabaikan penjagaan.

Mujahid berkata, Umar bin Abdul Aziz berkata kepadaku, Apa yang
dikatakan manusia tentang diriku? Aku menjawab, Mereka mengatakan,
'Dia terkena sihir'. Umar mengatakan, Aku tidak kena sihir. Sungguh
aku benar-benar tahu kapan saat aku diberi minum. Kemudian dia
memanggil budaknya lalu menga-takan kepadanya, Celaka kamu! Apa yang
mendorongmu mem-beri aku minum racun? Dia menjawab, Imbalan seribu
dinar yang akan diberikan kepadaku, dan aku dijanjikan akan
dimerdekakan. Umar mengatakan, Bawalah ke mari seribu dinar itu.
Ketika dia membawanya, maka Umar memasukkannya ke Baitul Mal, dan
mengatakan kepadanya, Pergilah ke tempat yang tidak ada se-orang pun
yang melihatmu.

Dari al-Mughirah bin Hakim, dia mengatakan, Fathimah binti Abdul Malik
menceritakan kepadaku, dia mengatakan, Aku mendengar Umar saat
sakitnya yang menyebabkan kematiannya berucap, 'Ya Allah,
sembunyikanlah kematianku dari mereka, walau sesaat dari siang hari.'
Tatkala pada hari kematiannya, aku keluar lalu duduk di rumah lainnya,
sedangkan antara aku dengan-nya dipisahkan oleh sebuah pintu, dan dia
berada di kubahnya, lalu aku mendengarnya mengucapkan, Negeri akhirat
itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan
diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik)
itu adalah bagi orang-orang yang ber-takwa. (Al-Qashash: 83).

Kemudian dia diam, dan aku tidak mendengar lagi suara desisan atau
ucapan darinya, maka aku katakan kepada al-Washif yang membantunya,
'Lihatlah Amirul Mukminin.' Ketika mema-sukinya, dia berteriak, maka
aku bangkit dan masuk kepadanya, ternyata dia sudah meninggal dalam
keadaan menghadap kiblat. Dia memejamkan dirinya sendiri, dengan
meletakkan salah satu tangannya pada kedua matanya, sementara
tangannya yang lain pada mulutnya.

Dari Ubaid bin Hassan, dia mengatakan, Ketika Umar bin Abdul Aziz
sekarat, dia mengatakan, 'Keluarlah dariku, sehingga tidak ada tersisa
seorang pun di dekatku.' Saat itu Maslamah bin Abdul Malik berada di
sisinya. Mereka pun keluar, lalu dia dan Fathimah duduk di depan
pintu. Kemudian mereka mendengar Umar berucap, 'Selamat datang kepada
wajah-wajah, bukan wajah-wajah manusia dan jin.' Kemudian dia berucap,
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan
(yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang ber-takwa. (Al-Qashash:
83).

Kemudian suara senyap, maka Maslamah berkata kepada Fathimah, 'Suamimu
telah meninggal.' Mereka pun masuk, ter-nyata mereka mendapatinya
telah meninggal dalam keadaan telah terpejam matanya. Maslamah bin
Abdul Malik memandang Umar bin Abdul Aziz yang telah diselimuti dengan
kain seraya mengatakan, Se-moga Allah merahmatimu. Sungguh engkau
telah melunakkan hati kami yang keras, dan engkau menyisakan nama yang
bagus untuk kami di tengah orang-orang yang shalih. Katsir bin
Abdurrahman al-Khuza'i mengatakan, Engkau menjabat khalifah lalu
engkau tidak mengecam Ali Tidak mengintimidasi orang yang tidak
bersalah Tidak pula memperturutkan keinginan orang yang jahat Engkau
berkata lalu kata-katamu engkau buktikan dengan perbuatan Sehingga
membuat ridha semua Muslim Jarir berkata, Orang-orang menyebarkan
kabar kematian Amirul Mukminin kepada kami Wahai sebaik-baik orang
yang berhaji dan berumrah ke Baitullah Engkau memikul perkara berat
lalu engkau menjadi kuat dengannya Engkau berjalan di dalamnya dengan
hukum Allah, wahai Umar Matahari bersinar tidak bergerhana
Bintang-bintang malam dan bulan menangisimu Dari Umar bin Shalih
az-Zuhri, dia mengatakan, seorang yang tsiqah menceritakan kepadaku,
dia mengatakan, Ketika Muharib bin Ditsar mendengar berita tentang
kematian Umar bin Abdul Aziz, maka dia memanggil sekretarisnya seraya
mengatakan, 'Tu-lislah.' Maka dia menulis: Bismillah ar-Rahman
ar-Rahim. Dia me-ngatakan, 'Hapuslah! Karena Bismillah ar-Rahman
ar-Rahim tidak dituliskan pada syair.' Kemudian dia mengatakan,
Andaikata kematian terbesar diciptakan untuk mengalahkan ke-adilannya
Niscaya kematian tidak akan menimpamu, wahai Umar Betapa banyak
syariat hak telah engkau hidupkan kembali Padahal nyaris mati, dan
yang lainnya ditunggu darimu Wahai tambatan jiwaku dan tambatan
orang-orang yang merasakan bersamaku Pada orang yang sangat adil yang
diinginkan oleh semua lubang kubur Ada tiga orang yang mataku belum
pernah melihat ada yang me-nyamai mereka Yaitu tiga orang yang
tulang-tulang mereka dihimpun oleh lubang-lubang di dalam Masjid
Sedang engkau mengikuti mereka tanpa kenal lelah Berusaha mengikuti
sunnah-sunnah haq mereka Seandainya aku punya (kesempatan), sedangkan
takdir itu

Biasanya datang dengan segera dan pagi-pagi sekali Niscaya aku
palingkan Umar Kebajikan dari tempat kematiannya

Di Dair Sam'an, tetapi takdir mengalahkan Kita tutup dengan pernyataan
yang disebutkan Ibnu al-Jauzi saat menutup biografinya. Dia
mengatakan, Aku mendapatkan kabar bahwa al-Manshur berkata kepada
Abdurrahman bin al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, 'Nasihatilah
aku!' Dia me-ngatakan, 'Berdasarkan apa yang aku lihat ataukah
berdasarkan apa yang aku dengar?' Al-Manshur menjawab, 'Berdasarkan
apa yang engkau lihat.' Dia mengatakan, 'Umar bin Abdul Aziz meninggal
dengan meninggalkan 11 anak, dan harta peninggalan-nya mencapai 17
dinar. Dia dikafani dari harta peninggalan itu dengan biaya lima
dinar, dan untuk membeli tempat pemakaman-nya dengan biaya dua dinar,
lalu sisanya dibagi-bagikan kepada anak-anaknya. Masing-masing dari
anaknya mendapatkan 19 dirham. Sementara Hisyam bin Abdul Malik
meninggal dengan meninggalkan 11 anak, lalu warisannya dibagi-bagikan,
dan masing-masing mendapatkan satu juta dari warisannya. Aku melihat
seorang dari anak Umar bin Abdul Aziz dalam satu hari membawa muatan
seratus kuda di jalan Allah, sedangkan aku melihat salah seorang anak
Hisyam diberi sedekah'.

Sumber : Biografi 60 Ulama Ahlussunnah

penulis Syaikh Ahmad Farid
www.Darulhaq.com
[ Read More ]

    close
    Banner iklan disini

    Kunjungan Anda

    Total Tayangan Halaman