berbagi pengetahuan tentang Islam diakhir zaman.بِـسْـمِ اللهِ

Premium Blogger Themes - Starting From $10
#Post Title #Post Title #Post Title

Kisah Umar Bin Khatab Ra.



Umar bin Al-Khattab (Sahabat Rasululah yang Pemberani).

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


     Tiga belas tahun setelah kelahiran Rasulullah, datanglah waktu kelahiran tokoh yang legendaris ini. Wajah Al-Khattab bin Nufail yang merupakan ayah dari Umar bin Al-Khattab,tampak cerah menerima ucapan selamat dari kaum kerabatnya dan terlihat begitu senang hatinya dengan kehadiran putra kecilnya tersebut. Kemudian ia menuju ke rumahnya untuk mengucapkan selamat kepada istrinya, Hantamah binti Hasyim serta dipilihnya Umar sebagai nama putra kecilnya yang baru lahir itu.

     Yaitu untuk Umar bin Al-Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza. Nasab Umar bertemu dengan nasab Rasulullah pada jalur Ka’ab bin Luay.

     Nama keluarga beliau adalah Abu Hafsh, yang berarti Bapaknya Singa sebagai lambing keberaniannya yang bagaikan auman dan terkaman raja rimba.

     Sedangkan nama gelarnya adalah Al-Faruq, yang berarti orang yang dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan.

     Penulis akan langsung menceritakan bagaimana proses keislaman dari tokoh legendaris ini. Suatu malam, beliau keluar rumah hingga tiba di Masjidil Haram. Beliau menyibak kain penutup Ka’bah, dan beliau melihat Rasulullah sedang menunaikan shalat. Saat itu Rasulullah sedang membacakan salah satu firman Allah yang mulia, yaitu surat Al-Haqqah. Umar bin Al-Khattab pun menyimak bacaan Al-Qur’an itu dan ia merasa takjub terhadap susunan bahasanya. Ia berkata dalam hati, “Demi Allah, sudah pasti ini adalah ucapan seorang penyair yang biasa diucapkan oleh orang-orang Quraisy.” Lalu Rasulullah membacakan ayat:

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,
QS:Al-Haaqqah | Ayat: 40

وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ ۚ قَلِيلًا مَا تُؤْمِنُونَ
dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
QS:Al-Haaqqah | Ayat: 41

     Mendengar bacaan tadi, Umar bin Al-Khattab pun berkata dalam hatinya, “Kalau begitu, ini pasti ucapan dari tukang tenung.” Lalu Rasulullah meneruskan bacaannya:

وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.
QS:Al-Haaqqah | Ayat: 42

تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
QS:Al-Haaqqah | Ayat: 43

     Beliau meneruskan bacaannya hingga akhir surat seperti yang diceritakan Umar sendiri, maka mulai saat itulah cahaya Islam mulai menyusup ke dalam hatinya yang dulunya keras terhadap Islam.

     Inilah awal mula benih-benih Islam merasuk ke dalam hati Umar bin Al-Khattab dan hal ini juga karena berkat dari doa Rasulullah:

     “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan masuknya Umar bin Al-Khattab secara khusus” (HR. Ibnu Majah)

     Maka Umar setelah itu datanglah ia ke rumah Arqam bin Abu Al-Arqam— yang tak lain adalah tempat di mana Rasulullah menyebarkan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi—untuk masuk Islam.

     Membicarakan keutamaan Umar bin Al-Khattab merupakan dorongan dan motivasi besar bagi kita agar dapat meniru dan meneladaninya dalam segala hal aspek dunia dan akhirat. Allah menganugerahkan kepada Umar bin Al-Khattab banyak keutamaan dan kelebihan yang dimiliki oleh hamba-hamba Allah yang lain. Berikut ini beberapa contoh tentang keutamaan Umar bin Al-Khattab:
  • 1.      Telah disebutkan dalam beberapa hadits shahih bahwa Umar bin Al-Khattab termasuk penghuni surga.


     Sungguh hal ini merupakan keagungan dan ketinggian dari kedudukan Umar bin Al-Khattab. Di waktu ia msih hidup, diberitakan sebuah kabar gembira bahwa kelak ia akan memasuki surga Allah. Yang sangat menakjubkan, berita itu bersumber dari lisan Rasulullah sendiri yang perkataannya tak pernah didustakan sedikit pun.

     Dari Sa’id bin Zaid, bahwa ia berkata, “Aku bersaksi atas nama Rasulullah, aku mendengar bahwa beliau bersabda, ‘(Sepuluh sahabat yang akan memasuki surga adalah): (1) Abu Bakar Ash-Shiddiq; (2) Umar bin Al-Khattab; (3) Utsman bin Affan; (4) Ali bin Abu Thalib; (5) Thalhah bin Ubaidullah; (6) Az-Zubair bin Al-Awwam; (7) Abdurrahman bin Auf; (8) Sa’ad bin Abu Waqqash; (9) Sa’id bin Zaid; (10) Abu Ubaidah bin Al-Jarrah’.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

     Dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, “Rasulullah pernah bersabda di atas bukit (gua) Hira bersama Abu Bakar, Umar bin Al-Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidullah, dan Az-Zubair bin Al-Awwam. Tiba-tiba bukit tersebut bergetar, maka beliau pun bersabda, ‘Diamlah, sesungguhnya di atasmu tidak lain adalah seorang nabi, seorang shiddiq, dan seorang syahid’.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)
  • 2.      Seorang yang disegani, hingga setan akan lari terbirit-birit jika berpapasan dengannya.

     Setan adalah faktor terbesar dalam menjerumuskan manusia kepada tindakan kemaksiatan. Mereka adalah musuh terburuk bagi manusia hingga Allah memerintahkan kepada umat manusia agar menjadikannya sebagai musuh yang nyata. Begitulah peran berbahaya dari setan.

     Namun keperkasaan dan kekuatan setan untuk merayu manusia agar menjadi penghuni neraka Jahanam bersamanya bertekuk lutut dan tidak berdaya di hadapan Umar bin Al-Khattab.

     Rasulullah bersabda, “Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, kamu tidak akan menjumpai setan berjalan pada suatu jalan melainkan ia berjalan di jalan selain jalanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

     Rasulullah juga pernah bersabda kepada Umar, “Sesungguhnya saya melihat setan-setan jenis manusia dan jin berlarian dari Umar.” (HR. At-Tirmidzi)




3.      Kemuliaan Umar bin Al-Khattab tak sebatas pada keberaniannya, tetapi juga pada kebenaran dirinya.

     Di bawah naungan tarbiyah nubuwah, Umar menjadi sosok pribadi yang hatinya dipenuhi dengan cahaya kebenaran dan keislaman. Hal ini membuahkan kejernihan dan keputihan hatinya. Oleh karena itu, meluncurlah dari lisan Umar sebuah kebenaran yang luar biasa.

     Ia mengusulkan agar tawanan Perang Badar dipenggal, lalu Al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Ia berpendapat agar istri-istri Nabi Muhammad berhijad, lalu Al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Ia berpendapat untuk menjadikan tempat Nabi Ibrahim saat berdiri mendirikan Ka’bah sebagai tempat shalat, lalu Al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Umar berkata kepada para istri Nabi Muhammad pada waktu berkumpul dengan mereka sebab rasa cemburu di antara mereka kepada beliau, “Apakah kalian akan menghentikan tindakan kalian atau Rabbnya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian?

     Kemudian ayat Al-Qur’an turun bersesuaian dengan pendapat Umar bin Al-Khattab tersebut.

     Allah berfirman:

عَسَىٰ رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.
QS:At-Tahriim | Ayat: 5

     Tatkala Abdullah bin Ubai bin Salul wafat, Rasulullah berdiri hendak menyalatinya, lalu Umar menarik baju beliau agar tidak melakukannya seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia seorang munafik!” Lalu beliau tetap menyalatinya, maka Allah menurunkan firman-Nya kepada beliau yang berbunyi:

وَلَا تُصَلِّ عَلَىٰ أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِ ۖ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ
Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.
QS:At-Taubah | Ayat: 84

     Umar adalah penjaga dan pemelihara Islam, karena Allah menjadikan kebenaran pada lisannya. Ibnu Umar meriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan kebenaran pada llisan dan hati Umar.” (HR. At-Tirmidzi)

     Ibnu Umar berkata, “Tidaklah ada suatu perkara yang terjadi di kalangan para sahabat, lalu mereka membahasnya begitu pula Umar, melainkan Al-Qur’an turun sesuai dengan pendapat Umar.

  • 4.      Ia adalah salah satu orang yang mendapatkan ilham dari Allah.

     Suatu keistimewaan luar biasa yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya ini. Yaitu hatinya telah dibisikkan sesuatu oleh Allah untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan, antara hidayah dan kesesatan, antara kekufuran dan keimanan, dan antara ketaatan dan kefasikan.

     Rasulullah bersabda, “Sungguh pada umat-umat terdahulu sebelum kalian, ada orang-orang yang diberi ilham, maka jika ada pada umatku seorang saja, sesungguhnya itu adalah Umar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


5.      Salah satu penyebab kejayaan Islam.

     Abdullah bin Mas’ud berkata, “Kita senantiasa dalam kemuliaan sejak Umar masuk Islam.” (HR. Al-Bukhari)

     Umar dikenal di masa Jahiliyah sebagai orang yang sangat pemberani. Oleh karena itu, Rasulullah sangat berharap terhadap keislamannya hingga beliau berdoa, “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan Umar bin Al-Khattab dan Amr bin Hisyam.

     Doa Rasulullah terkabul dan terbukti dengan keislaman Umar sehingga barisan kaum Muslimin semakin kuat dan perkasa. Umar mengajak kaum Muslimin agar menampakkan keislamannya dengan terang-terangan.

     Kepribadian Umar bin Al-Khattab sungguh sangat menakjubkan. Mengenali aspek kepribadiannya bagaikan bahtera yang berlayar di samudera yang luas tak berpantai. Butiran-butiran mutiara-mutiara kebaikannya tak pernah sirna sepanjang masa dan zaman. Berikut paparan sebagian kepribadian Umar, sosok pemimpin hebat nan tangguh:

a.   Kesederhanaannya.

     Tatkala harta rampasan perang dari tentara Raja Persia dikirim kepada Umar untuk dibagikan kepadanya dan kaum Muslimin, tiba-tiba beliau membandingkan dengan pandangan mata dan pandangan hatinya antara kehidupannya dengan kehidupan kedua sahabatnya, yaitu Rasulullah dan Abu Bakar. Maka ia mendapati bahwa Allah telah menyelamatkan keduanya dari melihat harta yang menggoda tersebut. Maka ia pun takut jika diuji dengan harta tersebut sebagai kenikmatan yang menyeret seseorang kepada kebinasaan. Ia pun menangis seraya berkata, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah mencegah harta ini dari Rasul-Mu, padahal beliau lebih Engkau cintai dan lebih mulia di sisi-Mu daripada aku. Dan engkau telah mencegahnya dari Abu Bakar, padahal ia lebih Engkau cintai dan lebih mulia daripada aku. Kemudian Engkau memberikannya kepadaku, maka aku berlindung kepada-Mu dari harta yang telah Engkau  berikan kepadaku untuk mencelakakanku.

     Kemudian beliau pun menangis hingga orang-orang yang ada di sekitarnya  merasa kasihan kepadanya. Lalu ia berkata kepada Abdurrahman bin Auf, “Aku bersumpah kepadamu agar menjualnya lalu membagikannya kepada manusia sebelum datangnya sore hari.

     Ahnaf bin Qais berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di pintu rumah Umar, tiba-tiba lewatlah seorang budak wanita. Orang-orang berkata, ‘Ini budak wanita milik Amirul Mukminin.’ Mendengar itu, Umar membantah, ‘Bukan, ia bukan milik Amirul Mukminin, Tapi termasuk dari harta Allah.’ Lalu kami bertanya, ‘Lalu apa boleh baginya dari harta Allah?’ Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya tidak halal bagi Umar dari harta Allah kecuali dua pakaian, satu pakaian untuk musim panas serta apa yang saya pakai untuk haji dan umrah. Makananku dan keluargaku tidak berbeda dengan apa yang dinamakan oleh salah seorang Quraisy’.

     Ketika pada masanya terjadi musim paceklik, maka selama setahun beliau tidak pernah makan daging atau minyak samin.

     Qatadah berkata, “Umar mengenakan jubah dari wol yang bertambal padahal beliau adalah khalifah. Ia berkeliling di pasar-pasar dengan membawa tongkat kecil di pundaknya untuk mendidik orang-orang.

     Anas berkata, “Aku melihat empat tambalan di baju Umar di antara dua pundaknya.

     Suatu hari beliau menjenguk Ashim, putranya. Beliau mendapati anaknya sedang memakan daging, lalu Umar berkata, “Apa ini?” Ashim menjawab, “Kami sedang berselera untuk memakan daging.” Umar berkata, “Apakah setiap kali engkau berselera terhadap sesuatu engkau akan memakannya? Cukuplah sebagai pemborosan jika seseorang memakan semua yang diinginkannya!

b.   Kedermawanannya.

     Tangan kedermawanan Umar laksana angin yang berhembus. Ia berlomba-lomba dengan Abu Bakar untuk menginfakkan hartanya di jalan Allah. Ia ingin sekali mengalahkan Abu Bakar dalam hal kebaikan.

     Abu Dawud dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab, ia berkata, “Rasulullah menyuruh kami untuk mengeluarkan sedekah. Kebetulan saat itu saya sedang memiliki harta. Lalu saya katakan, ‘Hari ini saya akan mengalahkan Abu Bakar, di mana saya tidak pernah mengalahkan Abu Bakar sebelum ini. Saya datang kepada Rasulullah untuk menginfakkan separuh dari harta milik saya. Rasulullah bertanya kepada saya, ‘Lalu apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’ Saya katakan kepada Rasulullah bahwa saya meninggalkan seperti apa yang saya infakkan. Kemudian Abu Bakar datang kepada Rasulullah dengan menginfakkan semua hartanya. Rasulullah pun menanyakan kepadanya, ‘Lalu apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’

     ‘Saya menyisakan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.’ Saya pun berkata setelah itu bahwa saya tidak mungkin dapat mengalahkannya dalam segala hal untuk selamanya’.

c.   Rasa Takutnya Kepada Allah.

     Anas bin Malik berkata, “Aku pernah memasuki suatu kebun, lalu aku mendengar Umar berkata—antara aku dan ia terhalang sebuah tembok—, ‘Umar bin Al-Khattab, Amirul Mukminin, ah!!! ah!!! sungguh engkau harus takut kepada Allah, wahai Anak Al-Khattab! Atau kalau tidak maka Allah akan menyiksamu!’.

     Al-Hasan berkata, “Kadang-kadang ketika Umar memaca satu ayat dari bacaan rutinnya, maka ia terjatuh sakit hingga dijenguk berhari-hari.

     Muhammad bin Sirin berkata, “Suatu hari, Mertua Umar bin Al-Khattab datang menemuinya, lalu ia meminta kepada Umar supaya memberinya sejumlah uang dari Baitul Mal. Umar membentaknya seraya berkata, ‘Engkau ingin agar aku menghadap Allah sebagai raja yang berhianat?’ Kemudian Umar memberinya dari hartanya sendiri sebanyak 1.000 dirham.

     Demikianlah sikap wara’ dari Umar bin Al-Khattab, hingga An-Nakha’i berkata, “Sesungguhnya Umar biasa berdagang padahal beliau adalah seorang khalifah.

     Abdullah bin AUmar berkata, “Aku tidak pernah melihat Umar marah lalu disebut nama Allah di sisinya atau seseorang membaca ayat Al-Qur’an, melainkan marahnya akan berhenti dan segera mengurungkan niatnya.


d.   Sosok Problem Solver.

     Umar bin Al-Khattab adalah sosok yang teguh hatinya dan mempunyai pertimbangan yang matang dalam menentukan kebijakan. Dalam menghadapi problematika yang melanda kaum Muslimin, ia senantiasa mencari solusinya dan jalan keluar untuk kemaslahatan umat.

     Salah satu contoh bahwa Umar adalah sosok problem solver adalah saat minuman keras masih dihalalkan pada kaum Muslimin. Umar berpendapat bahwa minuman keras akan menghilangkan akal dan menghabiskan harta kemudian ia berdoa, “Ya Allah, berilah penjelasan kepada kami tentang perihal minuman keras, karena sesungguhnya ia dapat menghilangkan akal dan harta.” Kemudian turunlah wahyu kepada Rasulullah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
QS:An-Nisaa | Ayat: 43

     Akan tetapi kebiasaan meminum minuman keras di kalangan umat belum juga berhenti. Maka Umar kembali memohon kepada Allah, “Ya Allah, jelaskanlah kepada kami perihal minuman keras dengan keterangan yang pasti, karena sesungguhnya ia dapat menghilangkan akal dan harta.” Kemudian turunlah ayat kepada Rasulullah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
QS:Al-Maidah | Ayat: 90

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
QS:Al-Maidah | Ayat: 91

[ Read More ]

Kisah Abu Bakar Assidiq ra.



Abu Bakar ash - Shiddiq adalah khalifah pertama orang Muslim dari tahun 632-634 . Abu Bakar adalah sahabat Nabi Muhammad saw yang paling rapat sekali . Saat Nabi Muhammad s.a.w. berhijrah dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 , hanya dia seorang yang mengikuti Rasulullah saw tanpa ditemani oleh orang lain . Rasulullah saw. menikahi putrinya yaitu  'Aisyah tidak lama setelah migrasi ke Madinah terjadi . Pernah menjadi kaya , dia juga dikenangi karena jasanya membebaskan beberapa hamba yang beragama Islam dari tuan mereka yang kafir termasuk Bilal Bin Rabah .  Dia seorang yang jujur ​​, berbudi pekerti , adil , tegas dan memiliki sifat yang terpuji . Lahir 2 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw.
Dia mendapat gelar ash - Shiddiq karena selalu membenarkan setiap perkataan dan tindakan Rasulullah saw.
Abu Bakar termasuk pelopor kaum Muslimin pertama, As-Sabiqunal Awwalun, para pendahulu. Ia adalah orang yang memercayai Rasulullah di saat banyak orang menganggap beliau gila. Abu Bakar termasuk orang yang siap mengorbankan nyawanya, di saat banyak orang hendak membunuh Rasulullah. 

1. Asal-Usul Abu Bakar

Nama awal Abu Bakar adalah Abdullah bin Abu Quhafah. Dalam lembaran sejarah disebutkan nama ayahnya adalah Abu Quhafah. Ini pun bukan nama sebenarnya. Utsman bin Amir demikian nama lain dari Abu Quhafah. Abu Bakar lahir pada 573 Masehi, lebih muda sekitar tiga tahun dari Nabi Muhammad.
Sebelum masuk Islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Ka’bah. Ada cerita menarik tentang nama ini. Ummul Khair, ibunda Abu Bakar sebelumnya beberapa kali melahirkan anak laki-laki. Namun setiap kali melahirkan anak laki-laki, setiap kali pula mereka meninggal. Sampai kemudian ia bernazar akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk mengabdi pada Ka’bah. Dan lahirlah Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar lahir dan besar ia diberi nama lain; Atiq. Nama ini diambil dari nama lain Ka’bah, Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya dengan sebutan Abdullah. Nama Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam Islam. Bakar berarti dini atau awal.

2. Perkenalannya dengan Rasulullah saw.

Suatu hari Abu Bakar ingin berangkat berdagang ke wilayah Thaif bersama rekan bisnisnya, Hakim bin Hizam—keponakan Khadijah. Tiba-tiba sesorang datang menemuinya. Orang itu berkata kepada Hakim, “Bibimu Khadijah mengaku suaminya menjadi nabi sebagaimana Musa. Ia sungguh telah mengabaikan tuhan-tuhan.”
Selanjutnya Abu Bakar berpikir. Ia orang yang paling mengerti tentang Muhammad Saw. Sebelum sesuatu terjadi, ia harus menemui beliau untuk memastikan beritatersebut. Setelah itu barulah ia akan menentukan sikap.
Abu Bakar mendatangi Rasulullah Saw. Ia berusaha mengingat kembali semua kisah tentang sahabatnya itu. Ia yakin, sahabatnya tidaklah seperti orang-orang Quraisy kebanyakan. Sahabatnya bukanlah orang yang mengagungkan berhala-berhala yang disembah oleh orang-orang Quraisy. Di masa mudanya tidak ada sifat kekanak-kanakan seperti halnya pemuda-pemuda Quraisy dan ia mempunyai kebiasaan yang sangat berbeda dengan kaumnya. Setiap tahun, ia menyendiri di Gua Hira selama sebulan penuh.
Semua gambaran dan bayangan itu bergelayut dalam ingatan Abu Bakar. Ia mempercepat langkah untuk segera mengetahui kebenaran dari mulut sahabatnya langsung. Lalu muncul dalam ingatan Abu Bakar tentang keberkahan yang dialami kaum Bani Sa’ad saat Halimah As-Sa’diyah mengambil beliau dalam susuannya menuju kampungnya. Abu Bakar juga mengingat ulang pembicaraan Bukhaira, seorang pendeta yang mengingatkan paman beliau Abu Thalib dari tipu daya Yahudi apabila mereka mengetahui tentang anak kecil yang dibawanya.
Akhirnya Abu Bakar sampai juga di rumah Muhammad Saw. Ia masuk menemui sahabatnya dan langsung bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi dengan beritayang telah aku dengar tentangmu? Apakah engkau mengira kaummu mengakui kebenaran yang engkau katakan?”
“Wahai Abu Bakar, maukah engkau kuceritakan sesuatu, apabila engkau rela aku akan terima, namun jika tidak suka maka aku akan menyimpannya,” jawab Muhammad.
Abu Bakar menjawab, “Ini telingaku, silakan katakan.”
Nabi Saw membacakan beberapa ayat Al-Qur’an kepada Abu Bakar. Beliau juga menceritakan kepadanya tentang wahyu yang turun dan peristiwa di Gua Hira yang beliau alami. Jiwa Abu Bakar telah siap memercayainya, karena kemudahan yang Allah berikan kepadanya dengan pertemanan dan ketulusan pengenalan.
Tanpa ragu, belum sampai Rasulullah Saw menyelesaikan ceritanya, Abu Bakar berbisik lirih, “Aku bersaksi bahwa engkau orang yang jujur. Apa yang engkau serukan adalah kebenaran. Sesungguhnya ini adalah kalam Allah.”
Setelah itu, ia menemui Hakim bin Hizam dan berkata, “Wahai Abu Khalid, kembalikanlah uangku, aku telah menemukan bersama Muhammad bin Abdullah sesuatu yang lebih menguntungkan daripada perniagaan bersamamu.” Abu Bakar mengambil hartanya dan berlalu.

3. Kedudukannya di sisi Rasulullah saw.

Rasulullah bukan tanpa alasan memilih Abu Bakar menjadi orang kedua setelah dirinya. Suatu hari Rasulullah pernah mengabarkan tentang keutamaan sahabat sekaligus mertua beliau ini. “Tak seorang pun yang pernah kuajak masuk Islam yang tidak tersendat-sendat dengan begitu ragu dan berhati-hati kecuali Abu Bakar. Ia tidak menunggu-nunggu atau ragu-ragu ketika kusampaikan hal ini,” sabda Rasulullah Saw.
Hal ini pula yang menyebabkan ia dilantik dengan gelar Ash-Shiddiq di belakang namanya. Abu Bakar memang selalu membenarkan Rasulullah tanpa sedikit pun keraguan. Pada peristiwa Isra’ Mikraj, Abu Bakar adalah orang pertama yang percaya saat Rasulullah menyampaikan hal itu. Tanpa setitik pun ada kebimbangan di benaknya.

4. Memulai Menyebarkan Da'wah.

Abu Bakar memulai misi mulia dalam menyerukan agama Allah, sehingga berkat tangannya, Allah memberikan hidayah-Nya kepada generasi pertama Islam (As-Sabiqunal Awwalun), di mana dengan kesabaran dan kesungguhan mereka membangun Islam.
Ia mulai menyebarkan Islam kepada orang-orang di kaumnya yang ia percayai, orang yang berteman dan duduk bersamanya. Sehingga banyak sekali yang masuk Islam karenanya seperti Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdurrahman bin Auf. Mereka ini berangkat menemui Rasulullah ditemani Abu Bakar. Lalu beliau menawarkan Islam kepada mereka, membacakan Al-Qur'an, menjelaskan kebenaran Islam, hingga mereka beriman.
Betapa mulianya Abu Bakar Ash-Shiddiq yang telah mengislamkan lima dari sepuluh sahabat Nabi yang dijamin masuk surga. Umar berkata, “Abu Bakar adalah junjungan kami dan telah memerdekakan junjungan kami, yakni Bilal.”
Ibnu Umar berkata, “Dahulu kami melakukan pemilihan kepada orang-orang pada zaman Nabi Saw masih hidup siapakah yang terbaik, maka kami memilih Abu Bakar dan kemudian Umar bin Khatab dan kemudian Utsman bin Affan.” (HR Bukhari).

5. Menjadi Khalifath Pertama

Semasa Rasulullah s.a.w. sedang sakit berat, baginda mengarahkan supaya Saidina Abu Bakar mengimamkan shalat orang Islam. Selepas kewafatan Nabi Muhammad s.a.w., sebuah majlis yang dihadiri oleh golongan Ansar dan Muhajirin ditubuhkan untuk melantik seorang khalifah bagi memimpin umat Islam. Hasil daripada perjumpaan itu, Abu Bakar dilantik dan menjadi khalifah pertama umat Islam.
Perlantikan  Abu Bakar mendapat tentangan daripada beberapa orang yang ingin melantik  Ali Abi Talib sebagai khalifah karena  Ali merupakan menantu dan sepupu Rasulullah s.a.w. Golongan Syiah yang merupakan golongan dari keluarga Bani Hasyim menentang penunjukan Abu Bakar.Tentangan itu berakhir setelah Ali Abi Talib membai'at Abu Bakar . 
Abu Bakar hanya sebentar memegang kendali pemerintahan Islam setelah Rasulullah. 
Masalah mulai timbul ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah . Masalah ini mengugat stabilitas dan keamanan negara Islam . Banyak suku-suku Arab memberontak dan menentang khalifah . Beberapa dari mereka enggan membayar zakat sementara ada pula yang kembali ke menyembah berhala dan menurut tradisi lama mereka . Bangsa ini mengklaim bahwa mereka hanya menurut perintah Rasulullah saw dan mengingat Rasulullah s.a.w. telah wafat maka mereka tidak perlu lagi mengikuti ajaran Islam dan mereka telah bebas 
Abu Bakar menegaskan bahwa mereka tidak hanya menyatakan taat sembah kepada seorang pemimpin malah mereka kini tergolong dalam golongan Muslim . Ada diantara mereka mengklaim bahwa mereka adalah nabi dan rasul . Untuk menggagalkan penghinaan dan perbuatan murtad ini maka Abu Bakar mengobarkan perang terhadap golongan yang digelar golongan Riddah . Hal ini merupakan awal seri Perang Islam - Riddah . Antara orang yang mengaku menjadi nabi adalah Musailamah al - Kazzab . Namun Khalid Al - Walid berhasil menumpas Musailimah dalam suatu pertempuran peperangan Islam-Riddah.

6. Ekspedisi ke Utara

Setelah berhasil mengurangi golongan riddah, Abu Bakar mulai mengirim panglima-panglima perang Islam ke utara untuk memerangi Bizantium (Romawi Timur) dan Kekaisaran Persia. Khalid Al-Walid merebut Irak dalam hanya satu kampanye militer. Dia juga menempuh keberhasilan dalam beberapa ekspedisi ke Syria. Menurut seorang orientalis Barat, kampanye Abu Bakar hanyalah sebuah lanjutan dari Perang Riddah. Hal ini jelas salah karena kebanyakan golongan riddah terletak di selatan Semenanjung Arab dan bukannya di utara. 

7. Pengumpulan al-Quran 

Menurut ahli sejarah Islam, setelah serangkaian Peperangan Islam-Riddah banyak orang yang mahir menghafal al-Quran terbunuh. Umar Al-Khatab (khalifah yang berikutnya) meminta Abu Bakar untuk mulai menjalankan kegiatan pengumpulan kembali ayat-ayat al-Quran . Utsman Affan kemudian melengkapi kegiatan pengumpulan al-Quran tersebut.

8. Wafatnya Khalifah Abu Bakar

Hari itu ia berniat untuk mandi. Udara amat dingin mencekam. Suhu tubuhnya tiba-tiba memanas. Karena merasa janjinya dengan Allah sudah dekat, Abu Bakar ingin menetapkan pengganti setelahnya.

Ia meminta Abdurrahman bin Auf untuk datang. Ketika ditanyakan tentang pribadi Umar bin Khatab, Abdurrahman menjawab, “Ya, Umar lebih tepat, tetapi ia terlalu keras.”

“Ia keras karena melihatku lunak. Kalau urusan ini sudah berada di tangannya, ia akan lunak,” kata Abu Bakar.

Setelah itu, Abu Bakar memanggil beberapa sahabat lainnya, baik dari kaum Anshar maupun Muhajirin. Semua setuju untuk mengangkat Umar sebagai pengganti Abu Bakar. Setelah semuanya bubar, Abu Bakar meminta Utsman bin Affan untuk menulis apa yang didiktekannya. Abu Bakar berkata, “Tuliskan Bismillahirrahmanirrahim. Inilah janji yang diminta Abu Bakar kepada umat Islam...” tiba-tiba Abu Bakar pingsan.

Namun Utsman meneruskan tulisannya: “Sesungguhnya aku mengangkat Umar bin Khatab sebagai penggantiku atas kalian dan aku tidak mengabaikan kebaikan untuk kalian...”

Abu Bakar sadar kembali, lalu meminta Ustman membacakan apa yang dia tulis. Mendengar apa yang dibaca Utsman, Abu Bakar bertakbir. “Engkau menghawatirkan tadi aku akan meninggal sehingga engkau khawatir umat akan berselisih (kalau tidak ada nama yang tertulis)?” tanya Abu Bakar.

Utsman mengiyakan. Panas Abu Bakar kian meningkat. Pada Senin 22 Jumadil Akhir 13 Hijriyah Abu Bakar wafat. 

 

 

 

 

 

 

 

 

9. Pesan Terakhir Khalifah

Pada detik-detik terakhir hidupnya, Abu Bakar sempat menuliskan menuliskan sebuah wasiat yang diabadikan sejarah. Demikian isinya:

“Bismillahirrahmanirrahim. Inilah pesan Abu Bakar bin Abu Quhafah pada akhir hayatnya dengan keluarnya dari dunia ini, untuk memasuki akhirat dan tinggal di sana. Di tempat ini orang kafir akan percaya, orang durjana akan yakin, dan orang yang berdusta akan membenarkan. Aku menunjuk penggantiku yang akan memimpin kalian adalah Umar bin Khatab. Patuhi dan taati dia. Aku tidak mengabaikan segala yang baik sebagai kewajibanku kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada agama, kepada diriku, dan kepada kamu sekalian. Kalau dia berlaku adil, itulah harapanku, dan itu pula yang kuketahui tentang dia. Tetapi kalau dia berubah, maka setiap orang akan memetik hasil dari perbuatannya sendiri. Yang kuhendaki ialah setiap yang terbaik dan aku tidak mengetahui segala yang gaib. Dan orang yang zalim akan mengetahui perubahan yang mereka alami.”
Semoga Allah menempatkannya pada sisi yang terbaik. Amin, sebarkan !!!
                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                               “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”









 

 

 

 

 

[ Read More ]

    close
    Banner iklan disini

    Kunjungan Anda

    Total Tayangan Halaman