berbagi pengetahuan tentang Islam diakhir zaman.بِـسْـمِ اللهِ

Premium Blogger Themes - Starting From $10
#Post Title #Post Title #Post Title

Hikmah : Pentingnya sikap disiplin

Oleh M Husnaini

Di antara ajaran mulia yang sangat ditekankan dalam Islam adalah
disiplin. Disiplin merupakan salah satu pintu meraih kesuksesan.
Kepakaran dalam bidang ilmu pengetahuan tidak akan memiliki makna
signifikan tanpa disertai sikap disiplin.





Sering kita jumpai orang berilmu tinggi tetapi tidak mampu berbuat banyak
dengan ilmunya, karena kurang disiplin. Sebaliknya, banyak orang yang
tingkat ilmunya biasa-biasa saja tetapi justru mencapai kesuksesan luar
biasa, karena sangat disiplin dalam hidupnya.





Tidak ada lembaga pendidikan yang tidak mengajarkan disiplin kepada anak
didiknya. Demikian pula organisasi atau institusi apapun, lebih-lebih
militer, pasti sangat menekankan disiplin kepada setiap pihak yang
terlibat di dalamnya. Semua pasti sepakat, rencana sehebat apapun akan
gagal di tengah jalan ketika tidak ditunjang dengan disiplin.





Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disiplin adalah ketaatan
atau kepatuhan terhadap peraturan. Ketaatan berarti kesediaan hati secara
tulus untuk menepati setiap peraturan yang sudah dibuat dan
disepakatibersama. Orang hidup memang bukan untuk peraturan, tetapi
setiap orang pasti membutuhkan peraturan untuk memudahkan urusan hidupnya.





Analoginya sederhana. Kita bisa perhatikan pentingnya peraturan itu dalam
lampu lalu lintas. Ketaatan setiap pengendara terhadap isyarat lampu
lintas jelas membuat kondisi jalan menjadi tertib dan aman. Bayangkan
ketika masing-masing pengendara mengabaikan peraturan berupa isyarat
lampu lalu lintas itu. Pasti kondisi jalan akan kacau, macet, dan bahkan
memicu terjadinya kecelakaan.





Contoh di atas tentu bisa ditarik ke dalam ranah kehidupan yang lebih
luas. Tegasnya, disiplin sangat ditekankan dalam urusan dunia, dan
lebih-lebih urusan akhirat. Tidak heran jika Allah memerintahkan kaum
beriman untuk membiasakan disiplin. Perintah itu, antara lain, tersirat
dalam Al-Qur'an surat Al-Jumuah ayat 9-10.





"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan
shalat Jum'at, maka bersegeralah untukmengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian
mengetahui.Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di
muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kalian beruntung." (QS Al-Jumuah: 9-10).





Menurut ayat di atas, keberuntungan akan kita raih dengan disiplin
memenuhi panggilan ibadah ketika datang waktunya dan kembali bekerja
ketika sudah menunaikan ibadah. Bukan hanya urusan dagang yang harus
ditinggalkan ketika sudah tiba waktu shalat. Sebab, menurut para mufasir,
ungkapan "Tinggalkanlah jual beli" dalam ayat itu berlaku untuk segala
kesibukan selain Allah. Dengan kata lain, ketika azan berkumandang, maka
kaum beriman diserukan untuk bergegas memenuhi panggilan Allah itu.





Meskipun demikian, bukan berarti kaum beriman harus terus menerus larut
dalam urusan ibadah saja. Ayat di atas juga memerintahkan supaya kaum
beriman segera kembali bekerja setelah menunaikan ibadah. Dengan
demikian, disiplin harus dilakukan secara seimbang antara urusan akhirat
dan urusan dunia. Tidak dibenarkan mementingkan yang satu sambil
mengabaikan yang lain.





Disiplin yang dilakukan secara seimbang antara urusan ibadah dan kerja,
akhirat dan dunia, itulah yang akan mengantarkan kaum beriman kepada
kesuksesan. Perintah untuk menyeimbangkan antara urusan akhirat dan dunia
juga dapat ditemukan dalam Al-Qur'an surat Al-Qashash ayat 77.





"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan jatahmu dari kenikmatan
dunia, dan berbuat baiklah kamu kepada orang lain sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi.
Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS
Al-Qashash: 77).





Kita juga bisa cermati ajaran disiplin dalam perintah shalat jamaah.
Kewajiban shalat wajib lima waktu selama sehari semalam sangat dianjurkan
untuk dikerjakan secara berjamaah. Menurut keterangan Rasulullah SAW,
nilai pahala shalat wajib secara berjamaah adalah dua puluh tujuh derajat
dibanding shalat sendirian. Dari sini, dapat dipahami jika sebagian ulama
kemudian menghukumi shalat jamaah sebagai sunnah muakkadah, sementara
sebagian ulama lain menghukuminya wajib.





Shalat jamaah jelas membutuhkan disiplin. Karena, umumnya shalat jamaah
dikerjakan bersama-sama di masjid atau langgar tidak lama setelah azan
berkumandang yang diikuti dengan iqamah. Dengan demikian, jika ingin
mengikuti shalat jamaah, maka kita harus segera meninggalkan kesibukan
setelah mendengar azan. Shalat jamaah di masjid atau langgar itu
dikerjakan tepat waktu. Kalau kita masih saja ruwet dengan segala tetek
bengek dunia, sementara azan sudah berkumandang, dipastikan kita akan
ketinggalan, atau malah tidak mendapati shalat jamaah sama sekali.





Belum lagi tradisi i'tikaf atau berdiam diri ketika menunggu shalat
jamaah dimulai. Ditambah tradisi berzikir setelah shalat jamaah selesai.
Tanpa disiplin waktu yang bagus, mustahil kita dapat melakukan semua itu.
Membiasakan disiplin dalam segala urusan secara seimbang itulah yang akan
menjadikan hidup kita indah, tertata, dan diliputiberkah.

Redaktur : Heri Ruslan

Sumber www.republika.co.id


--
ttd.


M. Alie Marzen

Leave a Reply

    close
    Banner iklan disini

    Kunjungan Anda

    Total Tayangan Halaman