Oleh : Muhammad A. Samaaun
Bismillahirrahmanirrahim
Dalam sebuah kajian Pak Ashabus Samaaun mengatakan ;"Pendidikan
karakter di Indonesia ini sulit berhasil bukan karena sistemnya,
sistemnya udah bagus, tetapi yang terjadi adalah kebanyakan teori
sampah dimasukkan keotak anak, yang terjadi adalah anak menjadi jenuh
belajar dan yang kedua adalah krisis keteladanan bagi generasi muda".
Kalau kita melihat sejarah bangsa ini dari jaman penjajahan sampai
sekarang secara umum kita bisa menyimpulkan "jaman sekarang dengan
jaman dahulu tidak ada bedanya". Ya, meskipun sekarang bangsa ini
telah merdeka namun hakikatnya masih terjajah secara moral. Karena
meski dahulu bangsa kita ini terjajah tetapi masih banyak generasi tua
yang bermoral sehingga bangsa ini bisa merdeka dengan berjuang
menegakkan moral dan kebangsaaan mereka mati-matian tanpa pamrih.
Tetapi semua itu tidak terjadi hari ini. Kenyataan yang terjadi
semangat perjuangan para pahlawan tidak terwarisi sama sekali kepada
generasi jaman ini. Generasi jaman ini termasuk generasi pasif yang
hanya bisa mengikuti alur perkembangan jaman tanpa tahu arah kemana
mereka berjalan. Semacam orang dungu yang bisa ngikut saja. Apalagi
kerusakan moral pelajar tidak terbendung lagi, dari mabuk,pacaran,
hamil diluar nikah, tawuran sampai pembunuhan sudah tidak bisa
dihitung dengan jari. Padahal mereka adalah orang-orang terpelajar,
namun pada faktanya perilaku mereka bertentangan sekali dengan
kepribadian seorang pelajar yang seharusnya. Kemudian dalam riuhnya
masalah ini semua pihak cuman bisa memegang kepala sambil pusing
memikirkan cara mengatasi kerusakan moral tersebut. Salah satu
pemikiran yang mencuat dalam kepala para intelek adalah konsep-konsep
pendidikan karakter bangsa sebagai solusi masalah kenakalan pelajar.
Namun setelah berjalan beberapa tahun, teori ini tak ubahnya angin
yang berlalu. Atau siulan burung kutilang, yang hinggap kemudian
pergi. Kenyataannya kerusakan moral pelajar makian parah. Sungguh,
sia-sia usaha yang mereka usahakan karena hanya menghabiskan dana
bermiliar-miliar sekedar merombak kurikulum yang ditambah-tambahi kata
"pendidikan karakter" dalam setiap mata pelajaran.
Bicara pendidikan karakter maka ini erat kaitannya dengan kepribadian
bangsa indonesia. dan juga khususnya karakter pelajar di Indonesia.
Pendidikan karakter di Indonesia mempunyai agenda yang bertumpuk /
lengkap. Jika dijilid dalam buku mungkin ada puluhan jilid. Tiap jilid
buku setebal 1000 halaman karena saking banyaknya teori tentang
pendidikan karakter yang sangat banyak dari para pakarnya. Pakar-pakar
dari kalangan guru sekolah dasar sampai profesor filsafat
kependidikan telah berupaya mati-matian menyusun semuanya. Mereka tahu
kalau nasib pendidikan di Indonesia ini sangat memprihatinkan.
Sehingga mereka dipandu pemerintah menyusun sebuah agenda pendidikan
yang nge-tren dengan nama "pendidikan karakter bangsa".
Dalam kenyataan teori yang segudang garam itu jarang sekali terlihat
dalam kehidupan nyata. Kita ambil contoh dalam pelajaran Bahasa
Indonesia kita diajari cara berbahasa baik dan benar sesuai dengan EYD
(Ejaan Yang disempurnakan) tapi dalam praktiknya dikehidupan
sehari-hari, ramai remaja-remaja menggunakan bahasa-bahasa "makhluk
asing" yang kurang dimengerti artinya, istilah lainnya bahasa gaul
atau bahasa alay. Virus bahasa alay ini telah merusak karakter bangsa
ini sehingga kita lihat cara penulisan dan cara berbahasa anak
sekarang sungguh berantakan sekali. Seakan-akan mereka bukan bangsa
indonesia lagi, entah bangsa alien dari planet lain, atau bangsa eropa
yang berjasad bangsa indonesia. Lihatlah dari cara berpenampilan dan
gaya berbahasa mereka, sungguh sulit dipahami. Sungguh terkesan
mengandung pesan "ngajak keributan sosial" dan tindak amoral.
Bagaimana tidak, pakaian mereka lebih mirip preman dan anak jalanan
tidak selaras dengan profesi mereka sebagai pelajar.
Kemudian contoh yang kedua, katanya mata pelajaran PKN adalah untuk
menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang berkomitmen dalam
kebangsaan. namun hasilnya kita lihat, contoh kecil saja, generasi
muda lebih menyukai gaya hidup dan produk-produk luar negri daripada
warisan budaya dan produk dalam negri. entah kenapa saya juga sangat
heran dengan hal ini, saya tidak tahu kenapa semua itu bisa terjadi.
di mata pelajaran PKN kita digembar-gembor supaya menjadi warga yang
bertanggung jawab akan tetapi murid-murid setelah pulang sekolah pada
corat-coret tembok tempat umum, merokok sembarangan dan membuang
sampah sembarangan sehingga lingkungan terlihat sangat kumuh, apa itu
cermin pribadi bangsa indonesia "berkarakter kumuh dan tidak
bertanggung jawab". Kalau begitu teori tentang kepribadian bangsa
indonesia yang katanya menjunjung tinggi karakter dan akhlaq mulia itu
cuman bualan semata. Mungkin sebab paling besarnya adalah otak anak
didik dicekoki materi-materi sampah (kebanyakan teori) yang justru
membuat anak didik ogah belajar, belajar cuman sekedar ngejar nilai
pas ada ulangan kenaikan kelas saja, bagaimana mungkin sikap begini
akan menghasilkan warga Negara yang berkarakter mulia dan bijaksana,
Faktor kedua tidak kalah pentingnya adalah krisis dan miskin
keteladanan dari para pemimpin dan generasi yang lebih tua.
Pemimpinnya berakhlaq korup dan generasi yang lebih tua amburadul
tingkah lakunya. tentu saja mau dicekoki segudang teori ke anak didik
pun yang terjadi adalah muntah, keluar telinga kiri dan keluar dari
telinga kanan. Teori-teori tersebut cuman angin berlalu didalam
sanubari anak didik kita. sebabnya mereka tidak tahu cara mempraktikan
teori itu karena pemimpin dan generasi yang lebih tua belum bisa
mempraktikkan / memberi contoh yang baik kepada generasi mudanya.
Itulah yang terjadi di Indonesia ini kenapa dimasukkannya pendidikan
karakter dalam kurikulum tidak berpengaruh sama sekali terhadap
kepribadian anak didiknya. Tidak banyak yang dapat kami sampaikan
dalam kajian ini. Tetapi, selaku orang tua, mentor dan pendidik, kita
wajib instropeksi diri dalam hal ini.
Wallahu'alam
Berhasilkah Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia ?
Posted by Marz on
- -
Posted in