berbagi pengetahuan tentang Islam diakhir zaman.بِـسْـمِ اللهِ

Premium Blogger Themes - Starting From $10
#Post Title #Post Title #Post Title

Kapan Akhir Dunia, Tak Ada Yang Mengetahui Selain Allah

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menciptakan kehidupan, yang telah menciptakan bumi beserta isi nya dan yang kan menghancurkannya. Sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad –shollallahu alaihi wa sallam- yang mengajarkan kita agar beriman kepada Allah dan hari akhir, dan sholawat serta salam tercurahkan kepada keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti ajaran beliau hingga akhir dari dunia.
Fenomena akhir kehidupan di dunia merupakan suatu hal yang gaib, merupakan sesuatu yang sering dipertanyakan, mulai dari awal Islam hingga dunia benar-benar berakhir. Bahkan sebagian kelompok atau bangsa tertentu berusaha memprediksinya. Akhir kehidupan dunia atau dalam kata lain adalah hari kiamat merupakan sebuah ajaran teologi dari berbagai ajaran, agama atau aliran kepercayaan.

Baru-baru ini berusaha ditampilkan ke permukaan tentang kepercayaan sebuah suku yang tinggal di semenanjung Yucatan, Amerika Tengah yang berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah barat, dan Laut Karibia di sebelah timur. Suku yang pada zaman batu mencapai kejayaan di bidang teknologinya (250 M hingga 925 M), menghasilkan bentuk karya dan peradaban unik seperti bangunan (Chichen Itza), pertanian (kanal drainase), tanaman jagung dan latex . (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Maya)
Muncul sebuah film yang terinspirasi oleh ide peristiwa hari kiamat global yang bersamaan dengan akhir putaran Kalender Hitungan Panjang Maya pada atau sekitar 12 Desember 2012 (titik balik matahari musim dingin belahan Bumi utara). Banyak dari kalangan orang awam yang rela berantri-antrian untuk sekedar menonton film ini, di pekan pertamanya, film ini meraih USD 225 juta (sekitar Rp 2,1 triliun) di pasar domestik AS saja, film itu telah meraup USD 65 juta (Rp 609 miliar), sedangkan sisanya berasal dari pasar luar negeri dengan pendapatan USD 17,2 juta (sekitar Rp 161 miliar). Sangat begitu antusias tanggapan dunia bahkan di Indonesia terhadap film ini. Sebuah pencapaian luar biasa, bahkan mungkin tak terprediksikan sebelumnya oleh bangsa Maya yang jadi landasan cerita film itu.

Kalender Maya yang berbasis astronomi akan mencapai siklus penuhnya yang besar selama sekitar 5.200 tahun pada 21 Desember 2012. Meskipun tidak ada bukti-bukti yang kuat bahwa bangsa Maya kuno menganggap tanggal ini signifikan, banyak orang yang telah menduga bahwa inilah “akhir seluruh Jagad raya” menurut perspektif Maya, dan yang lainnya percaya bahwa bangsa Maya memaksudkannya sebagai lambang dari “datangnya perubahan besar.” (wikipedia.org)

Itulah sebuah keyakinan dari suku maya tentang akhir dari dunia. Namun bagaimanakah kita umat Islam? Akankah kita menelan mentah-mentah kabar atau isu yang datangnya dari orang non Islam? Sebuah kepercayaan tentang hari kiamat yang didasari oleh kepercayaan sebuah suku yang bukan beragama Islam.
Dalam ajarannya Islam memberikan pedoman yang jelas kepada para pengikutnya mengenai akhir zaman yang berpatokan pada al-Qur’an dan Sunnah, yang terdapat tanda-tanda akan terjadinya hari kiamat. Tanda-tanda ini dapat dibagi menjadi dua bagian, besar (Kubra) dan kecil (Sughra). Tanda-tanda yang besar mencakup kedatangan Dajjal, Imam Mahdi dan kemudian Nabi Isa –alaihi salam-. Namun kali ini kita tidak membahas tentang tanda-tanda hari kiamat. Kita akan kemukakan sedikit tentang iman kepada hari kiamat dan apakah dalam Islam ada waktu tertentu tentang kedatangan hari kiamat yang harus kita imani.

Dalil dari Al-Qur’an

Dalam al-Qur’an Allah –subhanahu wa ta’ala- banyak sekali menyebut tentang hari kiamat, bahkan secara khusus dalam al-Qur’an terdapat nama-nama surah yang artinya adalah hari akhir atau hari kiamat, seperti di antaranya: surah Al-Qiyamah, surah Al-Waqi’ah. Ini menandakan bahwa sangat besar hal tersebut, bahwa Islam sangat menaruh perhatian besar tentang ideologi ini.

Allah swt berfirman tentang kewajiban iman kepada hari akhir:

إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari Kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” QS. Al-baqarah : 62

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آَمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” Q.S. Al-baqarah: 126

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” Q.S. Al-baqarah: 177
Hari kiamat pasti datang, Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman:

وَكَذَلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوا أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَا إِذْ يَتَنَازَعُونَ بَيْنَهُمْ أَمْرَهُمْ

“Dan demikian (pula) kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka.” Q.S. al-Kahfi : 21

وَأَنَّ السَّاعَةَ آَتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ

“Dan Sesungguhnya hari kiamat itu Pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” Q.S. Al-hajj : 7

لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ

“Tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.” Q.S. Al-waqi’ah: 2
Yang menjadi pembahasa inti adalah bagaimana Islam mengatur tentang keyakinan kapan waktu kiamat itu tiba, benarkah ideologi suku maya yang diusung melalui sebuah film yang sangat spektakuler akhir-akhir ini.
Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui”.” Q.S. Al-A’raf: 187

أَفَأَمِنُوا أَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ أَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

“Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?” Q.S. Yusuf: 107

إِنَّ السَّاعَةَ آَتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى

“Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.” Q.S. Thaha : 15

وَلَا يَزَالُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي مِرْيَةٍ مِنْهُ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً أَوْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَقِيمٍ

“Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu- raguan terhadap Al Quran, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat. Q.S. Al-Hajj : 55

يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا

“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu Hanya di sisi Allah”. dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” Al-Ahzab : 63
Dari ayat-ayat di atas sudah diketahui sejara jelas bahwa kedatangan hari kiamat tak seorang pun mengetahuinya, bahkan Nabi kita Muhammad –shollallahu alaihi wa sallam-. Kiamat bisa datang secara tiba-tiba, kiamat bisa terjadi kapan pun tanpa ada yang mengetahui kepastian harinya

Dalil-dalil dari as-Sunnah:

Hadits malaikat Jibril –alaihi salam- ketika bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan, Malaikat Jibril berkata:

قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ

“……..kabarkan kepada saya tentang Iman. Rasulullah – shollallahu alaihi wa sallam- menjawab: Beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, hari akhir, dan beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Kemudian kabarkan kepada saya tentang Ihsan. Rasulullah – shollallahu alaihi wa sallam- menjawab: Engkau menyembah kepada Allah seakan-akan melihatnya, jika tidak dapat maka sesungguhnya Allahlah yang memperhatikanmu. Kemudian kabarkan tentang hari kiamat? Rasul – shollallahu alaihi wa sallam- menjawab: tidaklah lebih mengetahui orang yang ditanya dari yang bertanya. Kemudian kabarkan tentang tanda-tandanya. Rasul – shollallahu alaihi wa sallam- menjawab: Jika seorang budak perempuan melahirkan tuannya, engkau melihat orang-orang yang tidak mengenakan alas kaki, berpakaian compang-camping, miskin, dan manusia berlomba-lomba meninggikan bangunan rumahnya HR. Muslim
Dari hadits ini diterangkan bahwa mempercayai tentang kedatangan hari kiamat merupakan sala-satu dari keimanan dan waktu tepatnya kapan kiamat itu tidak diketahui oleh malaikat Jibril –alaihi salam- dan juga Rasulullah – shollallahu alaihi wa sallam-. Namun Rasul – shollallahu alaihi wa sallam – hanya mengkabarkan tentang tanda-tandanya.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا اللَّهُ لَا يَعْلَمُ مَا تَغِيضُ الْأَرْحَامُ إِلَّا اللَّهُ وَلَا يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ إِلَّا اللَّهُ وَلَا يَعْلَمُ مَتَى يَأْتِي الْمَطَرُ أَحَدٌ إِلَّا اللَّهُ وَلَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِلَّا اللَّهُ وَلَا يَعْلَمُ مَتَى تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا اللَّهُ

Dari Ibnu Umar –radhiallohu anhuma- dari Nabi -shollallahu alaihi wa sallam- bersabda: kunci-kunci ghaib ada 5 yang tidak ada mengetahui kecuali Allah, bayi yang keluar dari rahim ibunya, tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi besok kecuali Allah, tidak ada yang mengetahui kapan turunya hujan kecuali allah, tidak ada yang mengetahui dimana seseorang itu akan meninggal, dan tidak ada yang mengetahui kapan hari kiamat itu tiba kecuali Allah” HR Bukhari
Dalam hadits ini kiamat merupakan salah satu dari lima hal yang ghaib, kapan kiamat itu terjadi hanya diketahui oleh Allah –subhanahu wa ta’ala-

Faedah Pembahasan:

1. Iman kepada hari akhir atau hari kiamat merupakan rukun iman yang disyariatkan dalam agama Islam

2. Hari kiamat pasti akan datang, namun berkenaan dengan kepastian waktunya dalam Islam tidaklah ada yang mengetahuinya kecuali Allah

3. Kepastian hari kiamat merupakan hal yang gaib yang hanya diketahui oleh Allah tidak selain-Nya
Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman:

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, Q.S. al-an’am : 59
4. Keimanan tentang hari kiamat dalam Islam adalah mengimani adanya hari kiamat tanpa tau kepastiannya, Islam hanya memberi kabar tentang tanda-tandanya

5. Kewajiban seorang mukmin agar menimbang segala sesuatu dengan kacamata al-Qur’an dan Sunnah
sesuai pemahaman para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka terutama yang berkenaan dengan masalah keyakinan

6. Mitos tentang kiamat pada 2012 yang dinyatakan oleh film 2012 terinspirasi dari pemahaman suku maya, tidak semuanya sepakat bahwa seperti itu adanya. Ada juga beberapa pendapat tidak sependapat, di antaranya disebutkan bahwa:

“Penerjemahan Zaman Baru terhadap perpindahan ini menunjukkan bahwa, selama ini, planet ini dan penghuninya sedang mengalami transformasi fisik atau spiritual secara positif, dan bahwa 2012 dapat menandakan awal era baru. Sebaliknya, sejumlah orang percaya bahwa tanggal pada tahun 2012 menandakan awal kiamat. Kedua ide ini telah diterbitkan dalam berbagai buku dan dokumenter TV, dan telah menyebar ke seluruh dunia melalui situs web dan grup diskusi”.

Cendekiawan Mayanis mengatakan bahwa ide mengenai kalender Hitungan Panjang yang “berakhir” tahun 2012 tidak mewakili sejarah Maya. Di masa Maya modern, 2012 sangat tidak relevan, dan sumber Maya klasik mengenai fenomena ini sudah langka dan bertentangan, menyatakan bahwa ada kemungkinan kecil tanggal ini diakui secara universal”.

“Klaim yang terus muncul oleh orang-orang yang memperkirakan akhir dunia di tahun 2012 (sejajar dengan lubang hitam, tabrakan dengan planet bebas, perpindahan kutub) telah ditolak sebagai pseudoilmiah oleh komunitas ilmiah. Banyak klaim ini melanggar hukum fisika, atau bertentangan dengan observasi sederhana.
Suku Maya saat ini, secara keseluruhan, tidak menaruh ketertarikan apapun pada 2012. Meskipun perputaran kalender masih digunakan oleh sejumlah suku Maya di dataran tinggi Guatemala, Hitungan Panjang masih diberlakukan oleh suku Maya klasik, dan baru-baru ini ditemukan kembali oleh para arkeolog. Tetua Maya, Apolinario Chile Pixtun dan arkelolog Meksiko, Guillermo Bernal, keduanya mencatat bahwa “kiamat” adalah konsep Barat yang tidak memiliki kesamaan dengan kepercayaan Maya. Bernal percaya bahwa ide seperti itu telah disisipkan pada suku Maya oleh bangsa Barat karena mitos mereka sendiri “lenyap”. Arkeolog Maya, Jose Huchm mengeluh bahwa, “Bila aku pergi ke komunitas penutur bahasa Maya dan menanyakan orang-orang apa yang akan terjadi pada 2012, mereka tak tahu apa-apa. Apakah dunia ini segera berakhir? Mereka takkan mempercayaimu. Kami sangat mempermasalahkan hal ini, layaknya hujan.”

Kesamaan yang diberikan suku Maya klasik tentang tanggal 2012 belum jelas. Kebanyakan prasasti Maya klasik masih bersejarah dan tidak membuat pernyataan ramalan apapun. (http://id.wikipedia.org/wiki/Fenomena_2012)

Sumber : Majalah Adz dzakirah
[ Read More ]

Dilema Fatwa haram halal MUI

Menurut kepercayaan saya dalam agama Islam, batas antara yang halal dan haram sudah dijelaskan panjang lebar baik itu dalam kitab suci Al-Qur'an maupun Al-Hadist. Jangankan yang haram, sesuatu yang samar (tidak jelas halal atau haramnya) pun diperintahkan untuk dihindari. Lalu siapakah yang lebih pantas untuk menentukan halal dan haramnya suatu perbuatan atau benda? Dulu kita pernah dikejutkan dengan keluarnya fatwa MUI tentang haramnya rokok, yang anehnya menurut saya kenapa baru dikeluarkan akhir-akhir ini? Kenapa tidak dari dulu saja, sejak MUI itu berdiri? Itu sepengetahuan saya saja.
Meski jujur saya akui, saya memang seorang perokok dan saya tahu merokok itu memang merugikan kesehatan sehingga cukup logis bila keluar fatwa haram tentang merokok tersebut. Saya lebih setuju untuk menyebutnya himbauan daripada fatwa bahwa itu haram.Lalu keluar fatwa haram tentang tayangan infotainment, yang senang mengumbar keburukan atau aib seorang artis ketimbang kebaikannya. Terlebih bila melihat gaya pembawa acaranya ketika menyajikan berita atau gosip tersebut.
Menyindir dan mengungkit-ungkit dan yang paling terbaru saat ini adalah wacana MUI untuk mengeluarkan fatwa haram tentang penggunaan BBM bersubsidi. Ini yang sedikit akan saya bahas lebih banyak.
Dari sedikit contoh hal-hal yang diperdebatkan tentang halal atau tidaknya diatas, pertanyaannya siapa yang lebih pantas menilai bahwa itu halal atau haram? Masalah infotainment yang suka menggosip itu jelas, membicarakan kejelekan orang lain (apalagi di hadapan umum) sangat tidak pantas.
Itu jelas-jelas ada dalil (dasar perintahnya) bahwa kita diperintahkan oleh Rasul untuk menghindari "ghibah" (menggunjing). Bagaimana dengan rokok, lalu terlebih lagi bagaimana dengan penggunaan BBM bersubsidi bagi kalangan mampu? Dasar hukum tentang merokok setahu saya tidak ada baik itu didalam Al-Qur'an maupun Al-Hadist.
Hanya saja ada suatu dalil yang kita diperintahkan untuk tidak menjerumuskan diri sendiri ke dalam kehancuran atau kebinasaan. Istilahnya kita tidak boleh menyiksa diri kita sendiri sehingga kita sengsara bahkan sampai sakit atau mati. Merokok juga begitu, meski efeknya tidak terlihat untuk jangka pendek, tapi lambat laun akibatnya akan terasa di kemudian hari.
Itu sama saja dengan bunuh diri bukan? Apa hukumannya bagi orang yang bunuh diri? Tentu saja merupakan ahli neraka. Merokok merupakan hal yang samar (tidak jelas hukumnya, halal atau tidak) yang kita disarankan untuk menjauhinya. Terakhir adalah penggunaan BBM bersubsidi bagi kalangan orang mampu.
Apakah ini halal, atau haram? Kembali lagi ke topik atau judul artikel yang saya tulis ini : siapakah yang lebih pantas menentukan sesuatu itu halal atau haram? MUI? Saya bukan bermaksud menjatuhkan lembaga tersebut, tapi saya tidak ingin nantinya bila fatwa-fatwa yang dikeluarkan MUI justru membuat orang takut terhadap Islam.
Bahwa Islam itu agama yang ribet atau kolot, tentu saja tidak! Islam sangat fleksibel, dinamis mengikuti perkembangan jaman. Yang berhak menentukan sesuatu itu halal maupun haram hanyalah Allah. Baik itu disebutkan dalam kitab suci maupun tidak.Maka dari itu Allah memberikan manusia akal dan pikiran, hati nurani untuk senantiasa berpikir, merenung, apakah sesuatu itu patut untuk dilabeli haram atau halal. Itulah hati nurani, perwujudan secara tidak langsung dari Yang Kuasa, anugerah Illahi. Maka dari itu, untuk menyikapi berbagai hal yang ada di sekitar kita, baik itu halal atau haram, baik atau buruk, hati nurani kita sendiri yang menentukan (bila tidak jelas dasar hukumnya dalam agama).
Seperti tadi, masalah rokok atau pun tayangan infotainment di televisi, percuma bila MUI mengeluarkan fatwa bila umatnya sendiri tetap melakukannya. Kembali ke hati nurani masing-masing dengan berpedoman pada ajaran ilmu agama tentunya. Terlebih masalah penggunaan BBM bersubsidi bagi kalangan mampu yang dinilai haram oleh MUI.Tentu kita masih ingat bagaimana perjalanan dinas perwakilan rakyat ke luar negeri misalnya? Tidak usah mengambil contoh terlalu jauh, komisi 8 sendiri! Ketika melakukan kunjungan ke Australia dan mengadakan pertemuan dengan perwakilan mahasiswa Indonesia di sana saja anggota Komisi 8 sampai tidak tahu ketika ditanya apa alamat email resmi Komisi 8? Atau ketika anggota DPR yang 'berwisata' (melakukan kunjungan kerja) ke Inggris masih sempat mengunjungi stadion Old Trafford kandang Manchester United dengan dalih jadwal yang kosong?
Mengapa tidak sekalian hal tersebut saja difatwakan haram? Bukankah hal tersebut sudah jelas membuktikan bahwa kunjungan kerja dewan perwakilan rakyat ke luar negeri merupakan hal yang sia-sia dan memboroskan anggaran negara? Bukankah hal boros sudah jelas-jelas dilarang oleh agama? Mengapa bila ada hal kecil yang berkaitan dengan rakyat MUI terlalu sensitif untuk mengeluarkan fatwa?
Sebaliknya hal-hal yang berkaitan dengan kalangan elite (konon katanya) tidak tersentuh sama sekali? Sekali lagi, hati nurani yang menentukan, hati nurani saya, Anda, mereka, seluruh umat manusia sendiri yang menentukan. Apakah sesuatu hal itu baik (halal) atau buruk (haram), bukan begitu?
[ Read More ]

Darimanakah asal wali songo, penyebar islam ditanah jawa?

Memang banyak versi tentang masuknya Islam ke Nusantara. Sebagian sumber sejarah yang berasal dari kalangan orang Barat menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad XIII M, dibawa oleh orang-orang Persia dan India. Ada pula yang menyatakan penyebar Islam berasal dari China, sebagaimana ditulis Wal Suparmo dalam Walisanga dari China? Namun, berbagai keterangan itu dibantah oleh para sejarawan dari kalangan Muslim. Mereka menganggap keterangan semacam itu sengaja disebarkan demi tujuan politis tertentu.

Seminar "Masuknya Islam ke Indonesia" yang diselenggarakan pada 17-20 Maret 1963 di Medan jelas membantah keterangan masuknya Islam dibawa dari Persia, India, atau China. Seminar yang dihadiri sejumlah ulama dan ahli sejarah ternama itu menyimpulkan bahwa Islam masuk untuk pertama kali ke Indonesia melalui pesisir Sumatera pada abad pertama Hijriah, langsung dari negeri Arab.

Keterangan seperti ini diperkuat oleh sejumlah besar ahli sejarah, dari kalangan Islam maupun para peneliti dari Barat. Antara lain, L.W.C. Van den Berg dalam bukunya, Le Hadramaut et les Colonies des Arabes dans l'Archipel Indien (1886). Dalam buku itu ia menyatakan, "Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid dan Syarif. Dengan perantaraan mereka, agama Islam tersiar di antara raja-raja Hindu di Jawa dan daerah lainnya. Selain mereka, ada pula penyebar agama Islam dari suku Hadramaut, tetapi tidak meninggalkan pengaruh sebesar yang dilakukan para sayyid. Hal ini disebabkan karena kaum Sayyid dan Syarif, adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad)."

Y.A.B. Wiselin dalam bukunya De Fransen in Indochina (1878) menerangkan bahwa di Koromandel, pernah berdiri sebuah kerajaan pertama kaum Alawiyyin dari Hadramaut. Kerajaan ini akhirnya hancur karena kalah dalam suatu peperangan, penduduknya berpencar ke Cochin China, Champa, Kuching (Borneo), Brunei dan kepulauan Filipina.

Sir Thomas Raffles, mantan Gubernur Inggris di pulau Jawa (1811) menerangkan dalam bukunya, History of Java, bahwa Maulana Malik Ibrahim yang dimakamkan di Liran dekat kota Gresik, seorang penyiar agama Islam terkenal, adalah keturunan Arab, dari Zainal Abidin bin Husain bin Ali.

Selain keterangan dari para penulis Barat itu, masih banyak lagi karya peneliti Muslim seperti Hamka, K.H. Saifuddin Zuhri, Prof. A. Hasymi dan tokoh-tokoh lain yang menegaskan bahwa para tokoh penyiar Islam pertama di Indonesia, termasuk sebagian besar Walisanga, merupakan keturunan Arab. Bahkan termasuk keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW, dari garis keturunan cucu beliau, Al-Husain bin Ali.

Para penyebar agama Islam itu memang berasal dari Arab, namun mereka tidak langsung datang dari Timur Tengah menuju ke Indonesia. Dalam perjalanan, mereka sempat singgah dan menetap di beberapa tempat seperti India, Champa, Kampuchea, China bagian selatan, dan daerah-daerah lainnya. Di negeri-negeri itu adakalanya mereka menetap selama beberapa generasi dan membaur dengan penduduki asli. Maka ketika anak cucu mereka datang ke negeri-negeri lainnya, mungkin saja mereka tidak dikenal lagi sebagai orang-orang Arab, tetapi lebih dikenal sebagai warganegara asli dari negeri-negeri mereka yang baru.

Inilah sebabnya, sebagian ahli sejarah ada yang menyebutkan bahwa para penyiar Islam pertama, termasuk Walisanga yang dikenal dengan nama-nama Jawa seperti Sunan Ampel, Sunan Demak, dan lainnya berasal dari India atau Persia, bahkan ada yang menyebutnya berasal dari negeri China.
Views: 8079
[ Read More ]

Tips Punya Keluarga Yang Sakinah Bahagia

Biasanya sesuatu yang ideal tidak mudah untuk diraih, meskipun bisa. Tetapi hanya beberapa persen di antara mereka yang dapat berhasil. Keluarga bahagia “sakinah mawaddah wa rahmah”  yang tercantum di dalam Alqur’an adalah sesuatu yang ideal, maka untuk menuju mahkota kebahagiaan seperti yang diidamkan Alqur’an diperlukan perjuangan yang tidak mudah. Rasulullah memberikan konsep atau rambu-rambu tentang keluarga sakinah melalui hadits yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, beliau  bersabda : “Ada empat hal yang menjadikan seseorang bahagia, yaitu : istrinya shalihah, anak-anaknya baik, pergaulannya dengan orang-orang  baik dan rizkinya dari daerahnya sendiri.” (HR. Al-Dailamy)

Pertama, istri yang shalihah. Betapa sangat bahagia seseorang mempunyai istri shalihah. Sebab dia wanita yang jika dipandang menyenangkan, jika bicara menyejukkan dan jika diperintah patuh dan taat kepada suaminya. Peran istri sangat luar biasa berat, sehingga jika tidak shalihah amburadul dan berantakan keluarga itu. Rasulullah menggambarkan bahwa syorga ada di bawah telapak kaki ibu. Itu artinya, istri (ibunya anak-anak) yang menjadikan mereka calon-calon penghuni syorga atau sebaliknya.

Istri shalihah mengasuh dan mendidik anaknya dengan baik, halus, sopan, dan penuh tanggung jawab, terutama di usia balita (1 – 5 tahun). Menurut para ahli psikologi, bahwa anak pada usia 1 – 5 tahun adalah masa pembentukan jiwa. Sehingga kalau pada usia balita, anak diperlakukan baik, anak akan tumbuh dan berkembang dengan kesehatan mental yang baik. Begitu juga sebaliknya. Di usia berikutnya (di atas usia balta), sudah kurang berpengaruh maksimal bagi perkembangan pembentukan mental anak. Oleh karena itu pada usia balita anak harus difokuskan betul pada pengasuhan, bimbingan dan pembinaan serta perlakuan yang baik penuh kasih sayang, jangan sampai disia-siakan atau dibiarkan apalagi diperlakukan buruk, dibentak, dimarahi, dicubit atau dipukul.

Menjadi keprihatinan kita bersama kalau masyarakat kita masih rendah tingkat pendidikannya dan budaya kita yang diwariskan dari nenek moyang kita kurang kondusif bagi perkembangan pembentukan mental anak yang sehat. Mereka yang berpendidikan tinggi saja belum tentu dapat mengasuh dan membimbing anak dengan baik. Ditambah semakin banyaknya wanita buruk, kurang bermoral dan jauh dari nilai-nilai agama dalam masyarakat kita. Belum lagi semakin derasnya perkawinan yang dilakukan pada usia dini.  Tentu mereka belum siap menjadi ibunya anak-anak tetapi dipaksa untuk mengasuh dan membimbing. Lalu apa jadinya generasi penerus bangsa kita. Kalau sudah rusak, susah memperbaikinya. Ibarat mobil, tentu merawat lebih mudah daripada memperbaikinya. Karena merawat cukup mengganti oli dan membersihkan onderdil secaara periodik, sementara memperbaiki mobil  harus mengganti beberapa komponen mobil yang rusak, yang terkadang juga belum tentu cocok. Sama halnya dengan kesehatan yang kita miliki, tentu menjaga kesehatan lebih mudah daripada mengobatinya.

Kedua, generasi atau anak keturunan yang shalih. Tentu tidak mungkin lahir generasi baik kalau ibu yang melahirkan bukan dari kalangan orang-orang yang baik. Maka Allah berfirman :” Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”(QS 2:221). Jika seseorang mempunyai istri shalihah seperti yang digambarkan di atas, tentu akan mudah melahirkan generasi penerus yang baik, meskipun tidak semuanya. Apalagi doa ibu untuk anak-anaknya adalah doa yang pasti dikabulkan Allah swt. Sungguh peluang emas ini tidak akan diabaikan begitu saja oleh wanita-wanita muslimah yang shalihah. Maka alangkah bahagianya seseorang yang beristri wanita shalihah yang anak-anaknya  baik-baik. Sebab hubungan di antara mereka dipenuhi dengan rasa kasih sayang. Demikian pula hubungan ayah dan ibu nampak indah dan harmonis di mata anak-anaknya.

Ketga, berteman dan bergaul dengan orang-orang baik. Sebab tidak jarang orang baik menjadi sesat gara-gara bergaul dengan orang jahat. Tidak sedikit orang-orang tua kita sibuk dengan pekerjaannya, lantas kurang perhatian terhadap pergaulan anak-anaknya. Ternyata anak-anaknya ditemukan kecanduan narkoba. Demikian pula orang sukses, kaya raya, tidak sedikit yang bangkrut dan jatuh miskin karena bergaul dengan buaya darat atau orang-orang yang berperan seperti musang berbulu ayam. Bergaul  dengan orang-orang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan kepribadian seseorang meskipun membutuhkan waktu lama tidak sebagaimana pengaruh negatif. Artinya penjahat yang sadar dan berubah setelah berteman dengan orang-orang baik tidak begitu banyak dan memerlukan waktu lama. Sementara orang-orang baik yang jatuh menjadi jahat begitu banyak di kalangan remaja hanya karena beberapa hari bergaul dengan preman atau penjahat jalanan. Memperbaiki orang yang sudah baik saja, dalam hal ini meningkatkan kualitas iman, tidak begitu mudah apalagi memperbaiki penjahat. Penjahat yang sadar, kecenderungan untuk kembali lagi ke dunia hitam lebih dominan manakala ada peluang daripada bertahan baik kecuali bagi mereka yang benar-benar taubat. Ibarat air putih banyak, ditetesi kotoran sedikit, akan menjadi kotor. Sementara air kotor dicampuri air putih sebanyak-banyaknya masih tetap kotor, kecuali air laut.

Oleh karena itu, golongan orang-orang baik harus selalu menjaga kebaikannya sepanjang masa. Jangan sampai berbuat buruk. Sebab berbuat buruk sekali saja akan mencoreng citra dan nama baiknya dan hilang kepercayaan masyarakat terhadapnya. Sementara untuk mengembalikan kepercayaan dan nama baiknya sangat susah dan memerlukan waktu lama. Ibarat kertas putih dititik hitam sedikit, hitamnya akan tetap kelihatan.

Demikian pula orang baik yang bergaul atau pernah berkumpul bersama gerombolan penjudi, terkadang dituduh melakukan judi,  padahal dia tidak ikut berjudi dan sama sekali tidak terpengaruh. Akibatnya dia jatuh namanya di mata masyarakat dan sulit juga untuk mengembalikan citra baiknya di tengah-tengah masyarakat hanya karena persoalan fitnah atau gosif. Sedemikian besar dampak pergaulan bagi citra diri dan kepribadian seseorang. Maka hati-hatilah memilih teman bergaul, apalagi teman hidup (suami atau istri) yang akan menjadi pendamping sepanjang hayat.

Keempat,  memperoleh rizki (penghasilan) di daerahnya sendiri. Salah satu aspek penting bagi terwujudnya kebahagiaan rumah tangga adalah dia bertugas atau melakukan aktivitas di wilayahnya sendiri, tidak jauh dari tempat tinggalnya. Karena aspek silaturahim sangat penting bagi kehidupan setiap insan sebagai mahluk sosial. Apalagi bagi anggota keluarga yang masih sangat membutuhkan sentuhan hangat dan kasih sayang dari orang tuanya. Tetapi entah mengapa perkembangan kehidupan manusia justru berbalik arah. Dulu orang-orang tua kita bekerja sebagai petani, menggarap sawah tidak jauh dari tempat tinggalnya, Sekarang anak-anak kita gengsi tidak mau jadi petani, lebih baik jadi buruh atau pegawai meskipun jauh dari orang tua atau tempat tinggalnya. Lebih parah lagi sawah-sawah pertanian yang dulu miliknya sekarang berpindah tangan ke tuan-tuan tanah, karena terjerat rentenir atau untuk biaya sekolah anaknya. Kini, si ayah tetap menggarap sawah tetapi sebagai buruh tani (mencangkul) yang kadang berpindah-pindah tempat. Si ibu juga sebagai tukang petik padi yang kadang diangkut truk bersama kawan-kawannya ke daerah lain yang kebetulan panen.
Profesi lain, tidak sedikit mereka yang mengadu nasib mencari pekerjaan di ibu kota Jakarta. Jumlah pendatang di jakarta dari tahun ke tahun meningkat dan membuat jakarta kota terpadat. Mereka yang bekerja di Jakarta, paling cepat pulang ke kampung setiap bulan.  Mereka banyak memilih mudik setahun sekali, yaitu di hari lebaran.   Dampak urbanusasi tentu tidak saja menimpa keluarga yang ditinggal, tetapi menimpa juga masyarakat kota Jakarta. Mereka berangkat kerja dari jam 04.30 saat anak-anak tidur untuk mengindari kemacetan di jalan agar tidak terlambat. Dan pulang kerja karena macet di jalan sampai di rumah jam 21.00 saat anak-anak tidur kembali. Tidak ada kehangatan sentuhan kasih sayang orang tua yang masih sangat dibutuhkan oleh anak-anaknya. Masih beruntung kalau yang bekerja ayah saja. Tetapi kebanyakan kedua-duanya, ayah dan ibu kerja. Sehingga urusan anak diserahkan kepada PRT (Pembantu Rumah Tangga). Sungguh amat tragis pendidikan anak yang semestinya harus diperhatikan pada saat-saat usia pertumbuhan, malah diserahkan kepada PRT yang tidak tahu apa-apa.  

Bagaimanapun baiknya PRT, tetap tidak sebaik orang tuanya sendiri dalam berbagai hal, apalagi dalam hal kasih sayang. Tidak dapat dibayangkan nasib generasi muda kita di masa yang akan datang, saat orang-orang tua kita sibuk bekerja, berbisnis. Sementara pengasuhan, bimbingan dan pendidikan diserahkan kepada PRT. Lebih celaka lagi jika orang tua bekerja di negeri orang sebagai TKW atau TKI. Anak menderta, terlunta-lunta, ibu atau ayah yang di rumah karena hasrat seksualnya tidak tersalurkan terkadang berbuat zina atau kawin lagi tanpa sepengetahuan pasangan sahnya nan jauh di negeri orang. Lagi-lagi yang menjadi korban adalah anak-anak kita, generasi bangsa.

Wallahu'alam
[ Read More ]

Dampak Kemaksiatan, Berbuah Azab


Dalam Al-Quran surat Al-Anfaal [8] ayat 25, Allah SWT berfirman, "Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." 

Ayat di atas menyiratkan bahwa siksaan atau azab yang ditimpakan Allah sebagai balasan atas kezaliman yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok kecil orang tidak saja menimpa si pelaku kezaliman tetapi bisa juga menimpa orang-orang lain yang tidak bersalah atau tidak terlibat dalam kezaliman tersebut.

Orang-orang yang tidak bersalah sering harus turut menanggung penderitaan yang timbul sebagai azab atas kezaliman yang dilakukan orang lain. Dalam kasus penyebaran penyakit AIDS, misalnya, fakta mengungkapkan bahwa sebagian besar korban penularan AIDS di Indonesia justru ibu-ibu dan anak-anak yang sama sekali tidak pernah melakukan perbuatan yang berisiko tinggi terkena AIDS.

Ibu-ibu tersebut tertular AIDS dari suami-suami mereka sendiri dan kemudian melanjutkan penularannya kepada anak-anak mereka.Dalam Malam Renungan AIDS Nasional 2010 di Lapangan Taman Silang Monas Jakarta Pusat pada hari Sabtu malam tanggal 12 Juni 2010, lalu Ibu Nafsiah Mboi, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2006), menyatakan bahwa delapan puluh persen penderita HIV/AIDS adalah istri-istri baik-baik yang tertular AIDS lewat suami-suami mereka yang berpetualang seks di luar rumah tanpa berkondom.

Lebih menyedihkan lagi jika melihat bayi-bayi dan anak-anak yang tertular AIDS karena perbuatan ayah-ayah mereka yang tidak bertanggung jawab. Bayangkan, jiwa-jiwa suci tanpa dosa itu sudah harus menanggung penderitaan berat ketika mereka baru saja memulai hidup. Contoh lain bisa kita dapatkan dari banyaknya orang yang meninggal atau menderita penyakit karena menjadi perokok pasif. Dalam laporannya, Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) menyatakan bahwa jumlah kematian akibat merokok pasif adalah sekitar 600.000 orang per tahun.

Sementara, jumlah penderita penyakit akibat merokok pasif, walaupun tidak dapat disebutkan secara spesifik, bisa dipastikan mencapai jutaan orang jika dibandingkan dengan jumlah kematian di atas dan tingkat konsumsi rokok saat ini. Korupsi dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan adalah bentuk kezaliman lain yang berakibat serupa. Para pelakunya mendapatkan "kenikmatan" dan "kemakmuran" di atas penderitaan masyarakat banyak.

Contoh lain dalam skala global adalah kemiskinan global yang timbul sebagai akibat dari pendistribusian kemakmuran dunia yang tidak proporsional. Sebagai ilustrasi, 20 negara terkaya di dunia menguasai lebih dari 60% kekayaan dunia, sedangkan jumlah seluruh penduduk kedua puluh negara tersebut tidak lebih dari 20% jumlah seluruh penduduk dunia.Meskipun banyak pihak menyatakan prihatin atas ketimpangan yang tajam ini, belum banyak tindakan nyata yang telah diambil untuk mengatasinya. Sejumlah negara tampak masih enggan untuk berbagi.

Mereka mengemukakan berbagai alasan dan pertimbangan, antara lain karena mereka perlu mempertahankan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan mereka sendiri. Proporsionalitas pendistribusian kekayaan (kemakmuran) sebenarnya telah diamanatkan oleh Allah dalam Al-Quran surat Al-Hasyr [59] ayat 7.Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan pembagian harta rampasan kepada semua orang yang berhak supaya harta itu tidak beredar di antara orang-orang kaya saja di antara masyarakat.

Beberapa abad kemudian, Francis Bacon (1561-1626), filsuf Inggris, memberikan pernyataan yang menegaskan amanat Al-Quran tersebut: "Above all things, good policy is to be used so that the treasures and monies in a state be not gathered into a few hands. Money is like muck, not good except it be spread." (Terjemahan bebasnya: "Di atas segalanya, kebijakan yang baik harus diterapkan sehingga perbendaharaan harta dan uang di satu negara tidak dikuasai oleh segelintir anggota masyarakat. Uang itu seperti pupuk kandang, tidak baik kecuali jika disebarkan.").

Contoh-contoh di atas sekedar memberi gambaran betapa azab Allah atas kezaliman yang dilakukan oleh sekelompok orang bisa saja menimpa orang-orang lain yang tak bersalah. Sebagai orang yang beriman, kita perlu selalu mawas diri dan memohon perlindungan kepada-Nya agar kita senantiasa terhindar dari kezaliman dan tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim.

Wallahu;alam
[ Read More ]

Santri, Apa itu?

Kita tak pernah asing dengan sebutan santri, dan kitapun tak pernah bisa melepaskan jasa jasa para lulusan pesantren yang disebut santri, misal saja ketika ada acara tahlilian,kenduri,pernikahan,ataupun ketika ada saudara kita yang meninggal dunia.90% di antara beliau yang memimpin acara tersebut adalah lulusan pesantren yg dulunya disebut santri dan kini beliau berganti gelar menjadi kiai. Mungkin saat beliau masih menjadi santri, banyak orang yang tak menganggap keberadaanya. 
 
Namun ketika beliau bisa menjadi sesosok figur teladan dalam masyarakat, beliau amat disegani, sangat di harapkan barokah doanya. namun jangan salah, perjuangan beliau disaat masih berstatus ''santri'', sangatlah berat. berawal dari keberangkatanya dari desa yang nun jauh menuju pesantren, terkadang beliau berjalan kaki ataupun menaiki sepeda tua.Keringat beliau adalah pahala, langkah kaki beliau selalu di hitung oleh para malaikat yang setia disisinya.beliau tak pernah mengeluh seberapa jauhnya perjalanan itu, tak pernah mengeluh sedikitnya bekal yang di berikan oleh orang tuanya. 

Karena tekad beliau hanya satu yaitu mencari ilmu yang bermanfaat. sesudanya sampai di pesantren, beliau lantas tak pernah melewatkan waktunya untuk mengaji, bangun malam untuk sholat tahajjud ketika para manusia sedang tidur terlelap. sungguh perjuangan yang amat sangat sulit untuk di praktekkan oleh manusia di zaman ini sekalipun mereka yang masih menuntut ilmu di pesantren.Itulah sang santri yang esok harinya menjadi figur teladan di masyarakat. meskipun dulunya ia hanya berjalan kaki, namun skarang tak jarang beliau beliau yang mempunyai mobil bahkan lebih dari satu. banyak orang yang mengatakan bahwa hidup zaman sekarang jika tak mempunyai ijazah maka akan sulit tuk mencari makan. 

Padahal beliau beliau para kiai banyak yang tak mempunyai ijazah. banyak manusia yang tak pernah bersyukur atas apa yang di berikan oleh Alloh SWT padanya. sehingga mereka lebih mempercayai doktrin barat daripada agama islam itu sendiri.Semoga dengan perjuangan beliau beliau para pemegang panji panji agama islam senantiasa di beri ketabahan dan kekuatan oleh Alloh SWT tuk membimbing kita semua kembali pada jalanNya. amin.


[ Read More ]

Ketika Remaja Memuja Kecantikannya

Wanita mana yang tak ingin terlihat cantik di depan banyak orang? Tampak memesona, anggun, dan mampu memikat hati kaum adam merupakan alasan utama para wanita dalam mengekspresikan kecantikan yang dimilikinya. Ada yang berpendapat bahwa kecantikan alami yang natural itu sudah lebih dari cukup.
 Karena itu merupakan wujud rasa syukur atas segala yang Allah ciptakan untuk kita. Akan tetapi, ada juga yang merasa kurang puas dengan keindahan yang Allah berikan, sehingga tak jarang di era sekarang ini marak oplas (operasi plastik) dilakukan oleh para wanita untuk mencapai kecantikan sesempurna mungkin.
Memang, demam operasi plastik ini bukan hal yang tabu, apalagi setelah merebaknya demam K-pop di Indonesia. Para artis Korea mayoritas memang melakukan operasi plastik untuk menyempurnakan tubuhnya, seperti para personel SNSD, Super Junior, Shinee, DBSK, dan sebagainya. 

Jangankan mereka yang notabenenya artis yang memang secara kodrat dituntut untuk tampil sempurna di depan penggemarnya, akan tetapi para masyarakat biasa pun tak menganggap operasi plastik sebagai sesuatu yang istimewa, karena mereka juga melakukan hal yang sama seperti artis yang mereka idolakan.
Mulai dari melebarkan bola mata, memancungkan hidung, meniruskan pipi, membuat dagu menjadi indah, dan sebagainya mereka lakukan tanpa perduli biaya dan efek bagi kesehatan mereka. Tak heran, penduduk Korea terlihat begitu cantik.

Memang, wanita kebanyakan tak pernah berpikir panjang apabila itu menyangkut penampilannya. Sebagai contoh sederhana, saat seorang wanita berpikir ia tak akan terlihat modis kala memakai jaket, ia pun rela kedinginan, padahal itu jelas-jelas membahayakan kesehatannya.Ia rela melakukan apapun, menahan risiko apapun agar dirinya tampil bak seorang Princess. Hal ini pula lah yang membuat kasus extreme Valeria Lukyanova, seorang gadis berusia 21 tahun dari Ukraina yang rela mentransformasi tubuhnya menjadi seorang barbie hidup. Demi menunjukkan kekagumannya pada boneka legendaris pujaannya itu. 

Ia rela mengecilkan lingkar pinggangnya, memperbesar volume payudaranya, bahkan nekat memesan wajah karakter fiksi barbie kepada dokter bedah estetika guna memberikan kesan sempurna pada transformasninya ini. Ia benar-benar gila karena sama sekali tidak takut dan tidak memikirkan dampak negatif yang nantinya akan diterima oleh tubuhnya.Bagaimana pun, sesuatu yang tak alami yang masuk ke dalam tubuh lama-kelamaan akan dianggap musuh sehingga tubuh akan menolak hal itu. Terlepas akan hal itu, sekarang Valeria lebih menikmati perannya sebagai barbie hidup sesuai obsesinya selama ini.

Itulah sekelumit bukti bahwa pemujaan akan tubuh merupkan hal yang penting bagi sebagian kaum hawa. Akan tetapi kita harus ingat, bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara, semuanya adalah titipan. Segala bentuk yang Allah berikan kepada kita adalah sesuatu yang pas. Allah memberikan hidung pesek kepada kita, mungkin itulah yang terbaik. Karena belum tentu kita terlihat cantik tatkala hidung kita mancung.

wallahu alam
[ Read More ]

Rasulullah saw, Buta Huruf Tapi Jenius

 Allah mentakdirkan Nabi pilihannya buta huruf adalah supaya menambah keyakinan bahwa al-Qur;an bukan jiplakan atau karangan manusia, coba saja Rasulullah pintar membaca pasti banyak yang mengatakan kalau Nabi Muhammad terinpirasi dari karangan ini itu untuk membuat al-Quran, padahal al-Quran itu Firman Allah bukan perkataan manusia. karena begitu saja masih saja ada yang membantah kebenaran al-Quran sebagai firman Tuhan. bukan hanya ada sangat banyak dan tak terhingga.

Karena beliau tidak mampu baca tulis, beliau mengangkat beberapa orang sahabat sebagai juri tulis. Rasulullah tidak dapat membaca, sehingga ketika Al Quran turun ia benar-benar dapat ditampilkan sebagai mukjizat. Mukjizat yang menunjukkan Muhammad benar-benar Nabi yang diutus Allah SWT. Dalam penalaran awam, tidak mungkin seorang yang buta huruf mampu menghasilkan karya tulis yang sangat indah. Pasti karya itu Sang Maha Pencipta.

Rasulullah seorang buta huruf, sebagian besar kami tidak peduli status itu. Namun jika pernyataan itu dicerna lebih dalam, muncul pertanyaan besar atau malah beban besar. Aku pasti malu jika menyatakan ayahku buta huruf,  bahkan aku rela berbohong untuk menyatakan ayahku tidak buta huruf. Namun sosok uswatun hasanah, diidolakan milyaran orang, ditunggu syafaatnya di Hari Akhir ternyata person yang buta huruf. Apakah kita harus malu? Apa yang harus kita jawab saat  seseorang menanyakan konfirmasi kepada kita ”Lho,nabimu buta huruf tho?” Apa jawaban kita? Atau perlukah kita menutupi status buta huruf tersebut?

Kita telaah kembali jejak-jejak sang idola. Kita cari ikon-ikon yang dapat kita jadikan pembelaan atau akan semakin menunjukkan bahwa sang uswatun hasanah memang bukan tokoh sembarang tokoh. Rasulullah SAW diberi usia sepanjang 63 tahun oleh Allah SWT. Sebuah skala waktu yang relatif tidak jauh berbeda dengan manusia di era sekarang. Kita kenang kembali masa-masa usia Rasulullah dan kita bandingkan dengan era kita sekarang.

Muhammad adalah anak yatim, ayahnya meninggal semasa beliau dalam kandungan. Ibunda pun meninggal saat beliau balita. Beliau diasuh oleh kakek kemudian pamannya. Untuk membantu penghidupan paman, beliau menggembala kambing hingga berdagang. Di usia 7 tahun beliau telah ikut kafilah dagang hingga ke negara Syam. Kegiatan berdagang ini tetap ditekuni hingga waktu yang lama. Kita lihat anak-anak kita yang berusia 7 tahun, sebagian besar mereka masih bermanja-manja kepada orang tua. Merengek jika minta sesuatu. Sementara Muhammad sudah berjerih payah bekerja berdagang. Kalaupun di sekitar kita terdapat anak-anak yang sudah berdagang, Muhammad sudah berbeda level. Muhammad bukan pedagang asongan atau kaki lima. Muhammad adalah pedagang antar negara, jika dalam bahasa kita sekarang, Muhammad kanak-kanak sudah merintis karir sebagai eksportir/importir. Muhammad kanak-kanak bepergian keluar negeri untuk bekerja, berdagang, berwirausaha. Sementara kanak-kanak kita di luar negeri masih berarti sekedar hiburan, dolan-dolan.

Karir Muhammad sebagai importir/eksportir terus berkembang hingga di usia remaja beliau mampu menjadi pemimpin kafilah perdagangan. Dalam bahasa kita sekarang, Muhammad remaja telah menjadi direktur atau manajer perusahaan dagang. Kita tinjau sekarang, berapa banyak remaja kita telah berprestasi sebagai direktur atau manajer perusahaan?

Ketika Muhammad menikah di usia 25 tahun, beliau memberikan mas kawin 25 ekor unta betina muda. AA Gym memberikan ilustrasi jika setiap ekor unta berharga Rp. 25juta, maka mas kawin Muhammad senilai 0,5 milyar. Kita coba ilustrasi lain, jika unta dinilai sebagai alat transport maka seokor unta senilai sebuah mobil. Jika sebuah mobil berharga Rp. 100juta, maka mas kawin Muhammad senilai Rp.2,5milyar. Dan Muhammad pasti masih punya unta-unta lain atau mobil-mobil lain. Pada ummat beliau sekarang, berapa banyak seorang berusia 25 tahun dan memiliki properti bernilai milyaran?

Muhammad pun mencatat prestasi sebagai diplomat ulung. Beliau mampu mendamaikan perselisihan antar suku ketika pemugaran Ka’bah dan penempatan kembali Hajar Aswad. Muhammad mampu mencegah peperangan antar suku, ketika beliau berusia 30-an. Kembali kita tengok sekitar kita, adakah diplomat muda berusia 30-an yang mampu berprestasi se-cemerlang Muhammad. Mecegah peperangan dan menciptakan perdamaian.

Muhammad telah mencatatkan prestasi-prestasi cemerlang sebelum diangkat sebagai Rasulullah. Di usia kanak-kanak, beliau merintis karir sebagai pedagang antar negara. Muhammad telah sukses sebagai manajer di usia remaja hingga diplomat. Sudah selayaknya kita sebagai umat bangga akan prestasi yang beliau raih. Prestasi-prestasi yang hanya dapat diraih oleh tokoh jenius dan memiliki keuletan tinggi. Lantas jika kembali datang sesorang meminta konfirmasi ”Lho, nabimu buta huruf tho?”. Kita menyatakan dengan bangga ”Muhammad boleh saja seorang ummi (buta huruf), tapi beliau adalah seorang super jenius”.

Selamat Ulang Tahun ya, Muhammad. Rindu kami padamu Ya Rasulullah.
[ Read More ]

Bahaya Sifat Tamak

Dalam suatu kesempatan Rasulullah SAW bersabda, “Sekiranya anak Adam memiliki satu lembah daripada harta, niscaya ia menginginkan lembah kedua, dan sekiranya ia mempunyai dua lembah, niscaya ia menginginkan lembah ketiga. Tidak akan memenuhi perut anak Adam melainkan tanah, dan Allah senantiasa menerima taubat orang yang bertaubat” (HR. Ahmad).
 
 Secara simplistis, hadits di atas menjelaskan bahwa sifat asli manusia kerap kali tamak dalam usaha meraup dan mempertahankan segala bentuk rezeki Allah SWT. Tamak merupakan sifat tercela yang sering kita temui di dalam kehidupan ini, terlebih di kalangan pemerintahan. Tamak adalah suatu sifat ingin menguasai atau mendapatkan bagian yang lebih banyak daripada orang lain. 

            Pada umumnya, sifat tamak berkenaan dengan perkara kepuasan dan kemewahan hidup di dunia. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, “Kelak bumi akan memuntahkan jantung hatinya berupa tiang-tiang emas dan perak. Maka datanglah seorang pembunuh seraya berkata: ‘Karena inilah aku jadi pembunuh.’ Kemudian datang si perampok, lalu berkata: ‘Karena inilah aku putuskan hubungan silaturrahim.’ Kemudian datang pula si pencuri seraya berkata: ‘Karena inilah tanganku dipotong.’ Sesudah itu mereka tinggalkan saja harta kekayaan itu, tiada mereka mengambilnya sedikitpun.” (HR. Muslim).
           
 Orang yang tamak umpama anjing yang lidahnya senantiasa terjulur ketika melihat apa yang ada di atas tangan orang lain. Anjing itu tidak mempedulikan caci maki dan pukulan dari siapapun, kecuali hanya terpusat untuk memperoleh makanan. Lalu apa bedanya dengan seorang penguasa yang selalu mengedepankan sifat ketamakan dalam memimpin? Tentu segala perbuatan akan dilakukan demi mendapatkan apa yang diinginkan. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya harta dan anak-anak adalah perhiasaan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi [18]: 46).

            Sejatinya, manusia cenderung ingin selalu mengejar harta dunia, tanpa disadari mereka sesungguhnya telah terpengaruh oleh hawa nafsu dan bisikan syaitan. Akibatnya, mereka dengan tega membunuh, merampok, hingga memutuskan tali silaturrahim. Padahal, dunia ini diciptakan sebagai lahan ujian bagi manusia. Akankah kita korbankan ketakwaan kepada Allah hanya untuk mengejar harta yang fana? Bukankah pemimpin ibarat seorang penggembala kambing yang harus bertanggung jawab atas segala apa yang dilakukan gembalanya, yaitu rakyat yang dipimpinnya.

            Rasulullah SAW bersabda, “Pemimpin seumpama penggembala. Ia adalah orang yang bertanggung jawab terhadap gembalanya.” (HR. Muslim, Abu Dawud, dan At-Turmidzi dari Ibnu Umar).
Oleh. S. Adi Winarko
[ Read More ]

Pentingnya Menuntut Ilmu Bagi Umat Islam

Barangsiapa menginginkan kebahagiaan dunia, maka tuntutlah ilmu, barangsiapa menginginkan kebahagian akhirat, maka tuntutlah ilmu, dan barangsiapa menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, maka tuntutlah ilmu. (HR. Thabrani)
 
Begitu bunyi salah satu hadist tentang menuntut ilmu, juga banyak hadist-hadist lain yang menjelaskan bagaimana kedudukan menuntut ilmu bagi seorang muslim. Sudah tahu bukan, bagaimana istimewanya ilmu bagi umat manusia, khususnya umat muslim sendiri. Bayangkan seandainya Allah tak mengkaruniakan Ilmu pada manusia, juga akal sebagai pengolah ilmu,  barangkali dunia tidak semaju ini, Tidak ada bedanya pula antara manusia dan hewan.
Sedikit melihat realitas yang ada sekarang, umat kita tengah tertinggal jauh dalam menguasai ilmu pengetahuan.  Lihat saja dunia ini, teknologi, sains dan dan berbagai ilmu pengetahuan telah di genggam oleh orang-orang barat yang notabenenya mereka adalah orang-orang kafir. Lalu dimana umat kita? Dimana para pemuda? Kenapa yang dicari pemuda? Tentu saja, karena pemuda adalah agent of change.  Prajurit yang semestinya bergerak di barisan paling depan untuk membawa perubahan. Dimana semestinya pemuda memiliki idealisme-idealisme yang tinggi. Sayang sekali,  jaman sekarang tak banyak menemukan agent-agent seperti itutak perlu mencari jauh-jauh. Lihat saja di kampus-kampus atau sekolah.  Sedih rasanya ketika menemukan tak sedikit orang yang sekolah dan kuliah hanya sekedar kuliah. kuliah hanya sekedar menjadi rutinitas. Berangkat,duduk, mendengarkan dosen, tidur, kalo ujian nyontek, selasai kuliah lalu kongkow-kongkow. Jika demikian, bagaimana umat ini akan maju. barangkali pemuda jaman sekarang tak memiliki motivasi untuk menuntut ilmu. Kira-kira apa saja saja sih motivasi agar giat menuntut ilmu?

1.     Menuntut ilmu sebagai kewajiban
Perlu direnungkan lagi kawan, tentang hakikat menunutut ilmu. Mulai dari wahyu Allah SWT pada nabi yang pertama berupa perintah membaca, juga amanah Allah kepada manusia untuk menjadi kholifah fiil Ard. Secara otomatis, ilmu menjadi mata utama untuk bekal sebagai kholifah bukan? Pemimpin di bumi yang bertanggungjawab memakrurkan bumi ini. Karenanya betapa pentingnya ilmu emang. Jangan sampei ilmu-ilmu kita seterusnya di tangan orang kafir. Dari ilmu, kita bisa merebut kejayaan dan menegakkan kalimat Allah pula.

2.     Melaksanakan amanah orang tua
Pernahkah kalian mebayangkan, bagaimana setiap hari orang tua kita pontang panting membanting tulang untuk ngumpulin uang. Untuk siapa lagi kalo bukan anaknya. Mereka berharap besar anak-anaknya tak seperti dirinya, berharap anak-anaknya menjadi orang-orang hebat yang bisa dibanggakan dan memperabaiki masa depan kehidupannya. Realitanya, jarang sekali orang-orang yang sadar akan hal itu. Baik pelajar maupun mahasiswa, ngmpus sekedar ngampus, kadang juga mbolos. Mereka tak ingat kerja keras orang tua demi anaknya, begitulah, Kuliah menjadi tak sungguh-sungguh. Lalu, masih berpikirkah untu menyiakan usaha mereka?

3.  Mengharap rahmat dan Karunia Allah SWT
Seperti hadist di atas, dengan menuntut ilmu, kita akan mampu meraih kebahagiaan dunia, bahkan juga akhirat sobat. Pernah suatu kali saya mengenal seseorang yang memiliki pengalaman jalan-jalan ke luar negeri. Gratis pula, bisa berkunjung dari ke berbagai negara mengikuti bermacam-macam event. Ketika suatu kali aku tanyakan, “ mbak gimana sih caranya koq asik banget bisa keliling dunia kesana kemari tanpa modal sepeser uang pun dari kantong sendiri?” si mbaknya dengan ringan dan tersenyum menjawab “ ilmu dek... ilmu lah yang membawa mbak bisa seperti ini.. dan tidak lain ini adalah rahmat dan karunia Allah. Yaitu bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh menuntu ilmu.” Jawabnya membuat hati ini tersayat-sayat malu.
“dan bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS Al-jumuah : 10)

Betapa mulianya kedudukan ilmu bagi seorang muslim. Bahkan dikisahkan, ada seorang lelaki yang kebiasaannya mendatangi majelis-mejelis ilmu. Tidak seperti yang lain, laki-laki ini selalu berpakaian rapi, mengalahi rapinya datang ke undangan resepsi nikah, dengan kemeja batik, terkadang menggunakan jas, wewangian, peci / kopiah segala macam. Suatu kali, seseorang menanyakan, “Wahai si Fulan, hendak kemanakah gerangan, hingga kamu berpakaian amat rapi seperti ini?”

“sesungguhnya saya akan mendatangi majelis ilmu, dimana disitu para malaikat juga berkumpul dan mengepakkan sayapnya seraya bersholawat dan mendoakan kebaikan bagi siapa saja yang hadir disitu dengan niat menuntut ilmu serta mengaharap ridho Allah.” Wallahu’alam
[ Read More ]

Membangun Negri dengan Moral dan Akhlaq

Rasulullah SAW diutus oleh Allah ke dunia ini tak lain untuk mengoptimalkan akhlaq manusia. Dengan pengoptimalisasian akhlaq tersebut diharapkan akan tercipta kehidupan yang ideal. Kata akhlaq merupakan bentuk plural dari khalaqa, kata ini sangat erat sekali dengan makna makhluq. Manusia sebagai makhluq ciptaan Tuhan tidak bisa dipisahkan dengan akhlaq sebagai sifat turunan Allah. Keterkaitan antara makhluq sebagai pelaku dengan akhlaq sebagai sifatnya, sungguh merupakan satuan yang harus tetap diaktualisasikan.
Tanpa adanya akhlaq ataupun moral, maka kehancuran negara berdemokrasi sangatlah memungkinkan. Otoritas kepemerintahan sangatlah rawan dengan kehancuran dengan ketiadaannya moral. Seorang pemimpin negara diharapkan mampu mengaktualisasikan segala ultimatumnya dengan nilai moralitas yang baik. Sebab, proses aktualisasi ini sangatlah mempengaruhi terciptanya kehidupan masyarakat yang madani.
            Moralitas bukanlah sebuah kata ucapan semata, namun haruslah diaktualisasikan. Moralitas haruslah bersifat aplikatif, bukan hanya normatif. Normalitas bukan hanya untuk dipelajari, namun juga untuk dipraktekkan. Hal-hal seperti inilah yang sering kali terbalik dalam kehidupan nyata di masyarakat. Pasalnya, banyak sekali dari kita yang hanya mengetahui dan menyadari pentingnya sebuah moralitas, namun sangat enggan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
            Moralitas, bukan berarti seorang yang berbaju lusuh, kotor dan dekil bermoral jelek. Justru banyak sekali kita temukan, orang-orang yang berbaju rapi dan berdasi namun moralnya tak sebanding dengan para petani yang setiap hari bekerja di sawah. Bagaimana jika seorang president yang selalu di posisikan dalam “Tut Wuri Handhayani” justru tidaklah bermoral? Tentu hal ini sangatlah ironis sekali.
            Tujuan dari seluruh agama tidak lain adalah untuk menciptakan masyarakat yang madani. Pencapaian masyarakat yang madani tentunya harus mengedepankan adanya HAM. Dengan adanya infiltrasi kebebasan HAM, maka setiap warga negara dapat mengapresiasikan segala usulannya dalam bentuk yang demokratis. Maka sebuah ultimatum dari seorang pemimpin negara haruslah selalau memperhatikan mashlahah ummah. Sehingga, kebijaksanaannya dapat diterima segala lapisan dan tidak membebani pihak-pihak tertentu.
            Jika kita menengok ke arah alirah-aliran agama dalam Islam, maka kita akan menemukan aliran Syi’ah dan Sunni. Terdapat perbedaan yang siknifikan di antara keduanya. Aliran Syi’ah sangat mengedepankan Imam sebagai panutan mereka, segala bentuk memorandum dari seorang imam akan mereka lakukan. Hal ini sangatlah berbeda dengan Sunni, lalu bagaimana dengan demokrasi? Akan kah demokrasi selaras dengan ajaran Syi’ah yang selalu mengedepankan memorandum dari seorang Imam? Ataukah ajaran sunni yang tidak ada didalamnya konsep imam?
            Kemashlahatan dalam sebuah negara demokratis sungguh sangat kental dan wajib di kedepankan. Lalu apakah bentuk-bentuk dari sebuah kemashlahatan? Ukuran dari sebuah kemashlahatan dapat kita lihat dari ada dan tidaknya unsur lima (Jam’ul Khamsah): yaitu (hifdzun ddin) penjagaan agama, (hifdzun Nafs) penjagaan diri, (hifdzun ‘aql) penjagaan akal, (hifdzun mal) penjagaan harta, dan (hifdzun nasl) penjagaan keturunan.
            Ketersediaan kelima unsur di atas menandakan jalannya sebuah sistem demokratis dalam negara. Hal ini jugalah yang menjadi parameter moralitas seorang pemimpin negara, dimana dirinya mampu menghadirkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang menjunjung keadilan dan lima unsur kemashlahatan.
Penulis adalah, Shodiq Adi Winarko
[ Read More ]

Aliran Sesat, Dari Niatnya yang benar tapi caranya salah

Perbincangan masalah aliran sesat masih menarik dan dikaji oleh banyak pihak. Yang menjadi sorotan mereka adalah sebuah keheranan bahwa kalangan terpelajar, macam mahasiswa, justru sangat mudah tersesat di dalamnya. Demikian kecilnyakah kesadaran mereka menggunakan logika? Dan siapa semestinya yang bertanggung jawab mematikan perkembangan aliran sesat tersebut?

Pertanyaan pertama paragraf di atas menyentak sebagian besar mahasiswa – setidaknya – penulis. Sebagian lainnya acuh tak acuh. Sejumlah nama yang menjadi jama’ah memang sebuah fakta. Namun apabila menilai mereka representasi mahasiswa jelas banyak yang menolak. Wahana berekspresi dan berkreasi terbuka bagi mahasiswa. Terlepas dari variasi tingkat fasilitasi, baik organisasi intra maupun ekstra kampus dapat menampung potensi, minat dan bakat mahasiswa.

Pemberitaan media mengenai aliran-aliran baru (Islam) sangat genjar beberapa bulan yang lalu. Kehebohan Al-Qiyadah Al-Islamiyah – setelah sebelumnya penganut Al-Qur’an Suci mengemuka – mampu menggeser perbincangan konversi minyak tanah ke gas elpiji. Aliran yang disebutkan pertama kali tercatat sebagai aliran yang paling mendapat sorotan masyarakat. Belum habis rasa was-was masyarakat akan keberadaan aliran pimpinan Ahmad Mushaddeq, hal yang mencengangkan yakni pengakuan tobatnya setelah berdiskusi dengan Kang Said, panggilan akrab K.H. Said Aqil Siradj, ketua PB NU.

Langkah yang Mushaddeq lakukan mendapat respon yang beragam dari para jama’ahnya. Ratusan pengikut di Semarang mengikuti bai’at pertobatan dengan membaca kalimat syahadat di Masjid Besar Kauman pada Jum’at siang (9/11). Berbeda dengan apa yang terjadi di Kabupaten Tegal, sebanyak 18 pengikut Al-Qiyadah pimpinan Heru Muhaimin tidak mau mengucapkan kalimat syahadat yang benar.

Tidak jelas apa yang menjadi medan perjuangan Al-Qiyadah Islamiyah. Demikian juga dengan visi-misi sebagai organisasi yang belum terdoktrinasi keburu bubar. Seolah-olah aliran yang bercikal bakal di Kampung Gunung Sari, Desa Gunung Bunder, Bogor ini hanya mencari sensasi. Keberadaan dan sepak terjang (mantan) jama’ah Mushaddeq hampir tidak tersorot media massa baik media cetak maupun elektronik. Siapa serta bagaimana bentuk tanggung jawab dalam rangka mematikan perkembangan aliran ”sesat” tersebut?

Kehebohan aliran sesat yang masih hangat di memori masyarakat ialah munculnya kelompok Satria Piningit. Kehadirannya ditengarai menghalalkan hubungan badan dengan bukan pasangan suami-istri atau barter pasangan. Apa sebenarnya motif kelompok Satria Piningit Weteng Buwono di bawah komando Agus Imam Solihin. Langkah apa yang perlu dilakukan lembaga seperti MUI selain memberi label ”sesat”.

Memperbaiki bukan menghakimi
 
Ulah Mushaddeq memancing amarah umat Islam di tanah air. Pasalnya, ia mempercayai Syahadat baru, mempercayai adanya Nabi/Rasul baru sesudah Nabi Muhammad SAW, dan tidak mewajibkan pelaksanaan sholat, puasa dan haji. Motivasi Mushaddeq megajarkan demikian kita belum mengetahui secara pasti sampai saat ini. Kalau mengacu pada pernyataan bahwa dia mengaku menjadi ”Nabi” baru berarti ada dugaan hanya mencari kekuasaan dan penghambaan (asketisisme).

Sekedar melacak teori, Weber mengutip Goethe, ”asketisisme sebenarnya hendak mengupayakan kebaikan, tapi akhirnya menciptakan kejahatan” (Weber, 1904-5: 172). Pemikiran Weber merupakan teori sosial yang skeptis, yang diarahkan oleh perhatian terhadap kompleksitas, aksi, motivasi individu, bentuk-bentuk asosiasi beserta konsekuensi sosialnya. Bantahan masyarakat terhadap pernyataan Mushaddeq bukan hanya berakibat pada tidak tercapainya penghambaan jama’ah kepada imamnya. Konsekuensi sosial berupa penangkapan pimpinan lapis kedua dan kebawahnya serta jama’ah turut berimbas.

Visi yang menjadi prinsip perjuangan Tan Malaka ini pernah mendapat kritik yang halus dan tajam dari (mantan) guru yang amat dihormatinya, Horensma. Setelah mengetahui murid kesayangannya itu ditangkap di Bandung dan kemudian dipenjarakan di Semarang, sebelum dibuang ke Negeri Belanda, Horensma menulis sebuah surat yang cukup panjang kepadanya.

Mengetahui bahwa Tan Malaka ditangkap karena dituduh terlibat dalam pemogokan karyawan rumah gadai di Yogya/Jawa Tengah, ia tampaknya merasa terpukul sekali, karena menganggap bekas anak didiknya itu telah melanggar hukum yang berlaku dan melawan pemerintahan yang sah.

Dengan perkataan lain, Tan Malaka telah menempuh jalan politik yang melawan sistem yang ada dan berlaku dalam memperjuangkan cita-citanya untuk memperbaiki nasib bangsanya. Dalam suratnya, Hirensma dengan persuasif mengemukakan bahwa ia sama sekali tidak menentang cita-cita luhur Tan Malaka, hanya saja ia amat menyayangkan cara atau jalan yang ditempuhnya itu salaha atau sesat. Oleh karena itu, ia berusaha meyakinkan bekas muridnya itu agar meninggalkan jalan yang sesat itu, sebab kalau tidak ia akan konyol bersama-sama denga cita-citanya.

Ia mengemukakan jalan baru sebagai alternatif yang dianggapnya paling baik bagi Tan Malaka untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu jalan yang selama ini ditempuhnya sendiri, dan itu adalah berjuang dari dalam sistem yang ada dan berlaku. Kalau tidak puas dengan sistem itu, perbaikilah dari dalam. Bagaikan seorang idealis moderat, Horensma mengajak Tan Malaka bergerak maju dari dalam dengan tenang, boleh keras tetapi adil, dan selalu berpegang pada ungkapan: ”memperbaiki tanpa menimbulkan rasa pahit”.

Hernawan, guru SMP St. Bellarminus, Trainer di Kontak Center Semarang
[ Read More ]

Jihad Melawan Hawa Nafsu

Ramadhan segera menjelang, ada baiknya kita mempersiapkan diri. Ramadhan adalah bulan perlawanan, perlawanan terhadap hawa nafsu.
 
Seorang darwis sedang melakukan perjalanan jauh. Setelah berjalan berminggu-minggu, ia akhirnya sampai di kaki sebuah bukit yang curam, yang samar-samar tampak bagaikan gunung di hadapannya. Ia menengadahkan tangan dan berdo'a, "ya Tuhan, Engkau Maha mengetahui bahwa aku telah melakukan perjalanan karena-Mu.. Engkau maha Menguasai segala sesuatu. Kirimkanlah seekor keledai yang dapat memudahkan aku menaiki bukit ini.

Tiba-tiba ia mendengar suara ringkikan, dan benarlah, terlihat seekor keledai terjebak di dalam semak-semak. Ia bersyukur kepada Tuhan atas hadiah tersebut. Begitu ia mau menunggangi keledai tersebut, datang seorang penjahat yang menunggangi seekor kuda jantan Arab. Penjahat tersebut bertubuh gemuk, berperawakan seram, berkumis tebal, dengan otot-otot yang menonjol. Ia membawa pistol dan pedang yang diikat di pinggangnya.

Penjahat itu berteriak, "Aha! Seorang darwis. Aku benci para darwis! Kalian selalu berbicara tentang kejujuran, kerendahan hati, dan membantu orang lain. Siapa kalian hingga berani mengkritik gaya hidupku? Dan kau, seorang lelaki besar hendak menunggai keledai yang kecil. Lebih baik keledai tersebutlah yang menunggangimu. Ya, benar! Angkatlah keledai itu, dan letakkan ia di atas punggungmu."

Sang darwis menatap penjahat dengan cemas, "mengangkat keledai?"

Si penjahat menghunus pedangnya. "Au bilang, angkat ia dan letakkan di atas punggungmu!"

Dengan enggan sang darwis pun menurutinya. Kemudian si penjahat membentaknya, "sekarang, bawalah keledai tersebut ke atas bukit."

"ke atas bukit?", sang darwis terkejut.

Kembali si penjahat tersebut menghunus pedangnya. "Bawalah keledai tesebut ke atas bukit," perintahnya.

Sang darwis mulai berjalan menaiki bukit dengan keledai di atas punggungnya. Setiap kali menoleh ke belakang, ia melihat penjahat tersebut mengawasinya, dengan pedang terhunus di tangannya. Akhirnya, sang darwis yang kelelahan tersebut mencapai bukit. Ia menurunkan keledai tersebut dan kembali berdo'a kepada Allah. Ya Allah, aku mengetahui bahwa Engkau Maha Melihat dan mengetahui segala sesuatu. Namun, terkadang Engkau memahami secara terbalik."

Seperti halnya darwis yang malang tersebut, sebagaian besar kita membawa keledai di atas punggung kita. Kita telah bekerja untuk nafs kita, untuk kepribadian kita, dan bukan menjadikannya bekerja untuk kita. Tuhan menjadikan nafs sebagai alat bagi kita, dan tentu saja kita lah yang telah mebuat segala sesuatunya menjadi terbalik.

Nafs dalam bahasa bahasa Arabnya lebih sering diterjemahkan sebagai diri, yakni dalam penggunan sehari-hari, seperti diriku dan dirimu. Ketika kaum sufi menggunakan istilah nafs, mereka merujuk pada sifat-sifat dan kecenderungan buruk kita. Pada tingkatannya yang terendah, nafs adalah yang membawa kita kepada kesesatan. Kita semua berjuang untuk melakukan hal-hal yang jelas-jelas kita ketahui harus kita lakukan. Kita kerap berjuang, bahkan lebih keras lagi, untuk menghindari perilaku-perilaku yang kita ketahui sebagai hal yang buruk dan merusak.

Mengapa berjuang? Jika pikiran kita satu, maka tidak ada istilah berjuang. Namun, pikiran kita terbagi-bagi, bahkan ketika kita yakin akan apa yang benar, ada sebagain dari diri kita yang berusaha untuk membuat kita melakukan yang sebaliknya. Bagian tersebut adalah diri rendah (nafsu-nafsu), khususnya tingkat terendah nafs kita, yakni nafs tirani.

Nafs, sebagai proses yang dihasilkan oleh interaksi roh dan jasad, bukanlah struktur psikologis yang bersifat statis. Sama sekali tidak ada yang salah dengan roh dan jasad. Namun, proses yang dihasilkan oleh keduanya dapat saja menyimpang. Ketika ruh memasuki jasad, ia terbuang dari asalnya yang bersifat immateri, kemudian nafs tersebut mulai terbentuk.dengan demikian, roh pun menjadi terpenjara di dalam benda materi dan mulai menyerap aspek-aspeknya.

Karena nafs berakar di dalam jasad dan roh, ia mencakup kecenderungan material dan spiritual. Pada mulanya, aspek material mendominasi; nafs tertarik kepada kesenangan dan keuntungan duniawi. Apa yang bersifat materi secara alamiah cendrung tertarik kepada dunia materi. Ketika nafs bertransformasi, ia menjadi lebih tertarik kepada tuhan dan kurang tertarik pada dunia.

Nafs dalam syairnya Bakharzi dibahasakan sebagai nyala api yang menyimpan keindahan sekaligus memiliki kemampuan membakar yang lainnya, tetapi ia juga  membakar dirinya sendiri. Begitulah nafs di samping mempunyai sisi positif juga menyimpan kekuatan yang berpotensi melahirkan nilai-nilai perilaku negatif dan menjerumuskan pemiliknya.

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa Nabi saw usai perang Badar pernah mengatakan bahwa masih ada perang yang lebih dahsyat di banding dengan perang Badar. Perang itu adalah perang melawan hawa nafsunya sendiri. Jihaddunnafsu itu bahasanya, inilah jihad yang harus kita jalani untuk meraih takwa, mengapa demikian? Karena jihad ini adalah jihad hakikat, yang lawannya tidak dapat diindentifikasi dengan inderawi namun jika tidak diperangi terus menerus dengan konsisten justru akan melemahkan cahaya iman itu sendiri. Termasuk di dalamnya pergulatan untuk menyuruh rasa, malas, jenuh dan kebosanan yang muncul ketika berusaha untuk menata hidup kita menjadi lebih baik lagi.

Nafs rendah yang masih menggelayuti pemikiran dan menyebabkan tingkatan kita keluar dari rel keshalehan agama maupun sosial sudah selayaknya ditarik ke nafsu muthmainah. Nafsu muthmainah dalam bahasa al Qur'annya merupakan nafsu ridha. Nafsu ini adalah nafsu yang diridhoi oleh Allah dan nafsu yang akan kembali  kepada Allah. Nafsu ridha menjadi penting karena nafsu ini adalah nafsu yang mempumyai tingkatan yang lebih tinggi diantara tingkatan nafsu-nafsu yang lain.

Pada tingkat ini, kita tidak hanya merasa puas terhadap takdir kita. Kita juga merasa puas terhadap segala kesulitan dan ujian kehidupan, yang juga berasal dari Tuhan. Kondisi nafs yang ridha ini sangatlah berbeda dengan cara yang bisa kita lakukan di dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Ketika rasa syukur dan cinta kepada Tuhan demikian besarnya, bahkan yang pahit pun terasa manis bagi kita, maka kita telah mencapai stasiun nafs yang ridha. Ciri-ciri lain tingkat ini adalah kejaiban, kebebasan, ketulusan, perenungan, dan ingat kepada Tuhan. Keajaiban adalah hal yang mungkin karena Tuhan menjawab do'a yan tulus dari orang-orang yang berada di tingkat ini.. sebagai contoh, begitu banyak orang suci yang do'anya untuk menyembuhkan orang sakit telah dikabulkan oleh Tuhan. Kebebasan muncul karena kita tidak lagi tergoda oleh sesuatu apapun di dunia ini.perhatian kita di tujukan pada batiniah kita dan pada Tuhan.

Jiwa-jiwa yang tenang dibutuhkan di zaman sekarang ini, mengingat zaman sekarang penuh dengan berbagai macam kerancuan, baik kerancuan pemikiran maupun kerancuan pola budaya. Seolah-olah semuanya telah tercampur dalam satu wadah yang bernama dunia dan hiruk pikuknya sehingga jika tidak hati-hati menilai apalagi sampai menjustice permasalahan tersebut keliru maka berarti kita telah berbuat dzolim kepada pihak lain. Dengan jiwa yang tenang kita bisa menjadi orang yang mencari nilai kebenaran dan kejujuran bukan hanya mencari siapa yang kita benci dan kita senangi. Berpikir secara arif dan bicara yang tidak sekedar waton ngomong adalah kunci untuk mencari keselamatan diri.

Khoirul Anwar, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini terinspirasi oleh buku Hati, Diri, dan Jiwa karya Syekh Ragib al-Jerahi
[ Read More ]

    close
    Banner iklan disini

    Kunjungan Anda

    Total Tayangan Halaman