Penegakan agama atau jihad di jalan Allah menjadi
tanggung jawab kita semua. Karena agama bagian dari diri kita dan tidak
dapat dipisahkan dari hidup kita. Menurut Albert Einstien, “Beragama
tanpa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) akan lumpuh. Dan
iptek tanpa agama buta”. Tetapi akhir-akhir ini, pengamalan agama
mulai diabaikan oleh para pemeluknya. Bahkan agama dianggap menghambat
kemajuan iptek. Sungguh ironis sekali, sebab agama justru sebagai
penyelamat dan pembawa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi umat manusia.
Sebenarnya
pendalaman terhadap pemahaman agama sudah banyak dilakukan, baik di
pondok-pondok pesantren, sekolah-sekolah, maupun di lembaga-lembaga
masyarakat. Namun karena menjadi manusia pilihan atau manusia
bermartabat harus melalui tahapan-tahapan dan proses yang panjang, serta
melalui apllikasi yang tidak gampang, maka manusia pilihan tidak
menjadi penghuni mayoritas dalam suatu wilayah/negara tertentu.
Jika mereka menjadi penghuni mayoritas, maka negara akan makmur dan sejahtera. Allah berfirman :
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.”(QS 7:96).
Sebagian
besar penghuni wilayah negara Republuk Indonesia adalah bukan manusia
pilihan meskipun warga negara RI mayoritas muslim. Maka yang terjadi
bukan rahmat dan kasih sayang, tetapi kegelisahan hidup, kekerasan,
pertikaian antar umat untuk bersaing berebut uang, harta, kekayaan dan
kedudukan. Hukum rimba yang berlaku, bukan hukum Islam, yang kuat yang
menang, yang berduit yang selamat, dan yang berkuasa yang aman dan kebal
hukum. Uang menjadi segala-galanya bagi manusia, lantas mendorong
mereka untuk berambisi mencari uang sampai membutakan mereka dari jalan
yang benar, lalu menghalalkan segala cara.
Sebenarnya
tempat-tempat peribadatan seperti masjid, musholla dan langgar adalah
tanggungjawab pemeluknya dan tidak mungkin muslim yang mayoritas ini
akan membiarkan masjid atau musholla terbengkelai tidak diurus, apalagi
sampai tidak memiliki kas dana untuk memakmurkannya. Tetapi kenyataannya
akhir-akhir ini kurang mendapat perhatian dari pemeluknya. Untuk rehab atau
pembangunan masjid saja melalui cara-cara yang kurang etis dan
memalukan, seperti meminta-minta amal jariyah di jalan-jalan raya umum
yang kini merebak di mana-mana, sampai menganggu arus jalan lalu-lintas
utama. Ini akibat dari kedangkalan pemahaman dan kesadaran agama mereka
yang berimbas kepada ketidakpedulian terhadap masjid atau tempat-tempat
ibadah. Sehingga dalam pengamalan agama pun bisa terjadi melalui
kekerasan atau pemaksaan karena tidak ada kesadaran. Mungkin saat ini
dianggap aneh kalau orang sholat harus bayar. Tetapi suatu ketika bakal
terjadi. Karena shalat memakai air untuk wudhu dan untuk upah penjaga
kebersihan.
Dulu
orang kencing di toilet masjid atau musholla tidak dimintai bayaran.
Sekarang sudah mulai banyak toilet-toilet masjid atau musholla di
tepi jalan yang dijaga oleh pemungut bayaran. Kalau suatu ketika mau
sholat harus bayar, betapa susahnya hidup ini, karena untuk sholat saja
harus bayar. Bisa jadi nanti imam sholat jamaah pun minta bayaran. Tidak
bisa dibayangkan dampaknya nanti jika orang sholat di masjid atau
musholla harus bayar. Gratis saja, orang sudah enggan mendirikan sholat,
apalagi suruh bayar. Siapa orangnya yang mau?
Dulu
pemakaman mayat dikunjungi oleh handai tolan, tetangga dan orang-orang
muslim yang ikhlas membantu dalam segala proses pemakaman, dari
memandikan, mengkafani, menyiapkan sarana dan prasarana hingga tuntas
pemakaman. Keluarga musibah tidak direpotkan dengan tetek bengek urusan
mayat. Bahkan dihibur oleh para pelayat. Dan kita mengira bahwa tradisi
yang baik ini akan berlangsung terus menerus sebagai wahana ibadah
sekaligus perekat sosial. Tetapi kini keadaannya menjadi lain meskipun
di daerah-daerah tertentu masih mempertahankan budaya tersebut. Keluarga
musibah harus mengeluarkan banyak uang untuk biaya pemakaman. Bahkan
memilih lokasi pemakaman pun harus membayar sampai jutaan. Apalagi di
kota-kota besar. Dengan demikian arena ibadah atau tolong-menolong
menjadi semakin sempit.
Demikian
halnya soal air minum yang bersumber dari mata air bumi. Orang-orang
tua kita dulu menyediakan kendi-kendi yang berisi air minum dipajang di
depan rumahnya untuk orang lewat yang kebetulan haus dan membutuhkan
tanpa dipungut uang. Namun kini dengan kreatifitas otak, air minum yang
gratis itu yang bersumber dari (bumi) Allah dikemas dan dijual
dimana-mana. Bahkan dijual lebih mahal daripada harga BBM. Masih
beruntung ada beberapa kantor bank yang masih menyediakan air minum
gratis untuk umum, meskipun tidak termasuk katagori ibadah, karena
diambil dari dana promosi.
Untuk
menuju kepada rahmat dan kasih sayang Allah, semestinya area ibadah
tidak boleh dipersempit, malah harus diperlebar dan diperluas area
gotong-royong, guyub dan rukun antar sesama melalui kegiatan saling
membantu yang dulu dipertahankan oleh nenek moyang kita. Allah berfirman
:
:”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.”(QS 5:2).
Perlu
dimengerti dan disadari bahwa rahmat dan barokah serta kasih sayang
datang dari Allah semata melalui tangan-tangan manusia. Demikian juga
rizki, besar kecil, sedikit banyak, yang menentukan Allah bukan manusia
meskipun melalui sebab-sebab yang logis dan rasional. Sehingga manusia
tidak boleh berlawanan atau bersaing dengan manusia dan tidak boleh
saling memaksa. Tetapi harus sesuai dengan perintah-Nya, manusia harus
saling memberi dan menerima, saling melengkapi, saling membantu dan
saling berkenalan untuk tujuan yang sama, yaitu beribadah kepada Allah
swt Allah berfirman : “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS 49:13).
wallahu'alam